Kyungsoo bangkit, membersihkan dirinya, dan mengganti pakaian. Sementara Eunri sibuk dengan boneka besar yang Kyungsoo bawa itu. Setelah selesai, Kyungsoo kembali lagi, duduk di hadapan Eunri. Menatap gadis itu lamat-lamat.
Hanya fisiknya yang berubah, sifatnya mirip yang dulu. Sudut-sudut bibir Kyungsoo naik, tersenyum kecil. "Kau tunggu di sini, ya?" ujar Kyungsoo.
Eunri mengangkat kepalanya. Menatap Kyungsoo bingung. "Kenapa?"
"Aku akan kembali!" hanya itu jawab Kyungsoo. Dengan tergesa-gesa dia keluar dari kamar, menuruni tangga, memakai sepatu, dan kabur. Bahkan tak dipedulikannya teriakan Sang Ibu.
"KYUNGSOO KAU BELUM SARAPAN!!!"
Kyungsoo berjalan santai, tadinya. Tapi kakinya bergerak makin cepat. Lebih cepat. Makin cepat. Sekarang dia berlari. Berlari. Berlari. Berlari seperti orang gila. Beberapa orang ditabraknya dan dia hanya mengucap maaf, lalu berlari. Terus. Hingga dia berhenti di depan sebuah toko. Masuk dengan terengah.
Permen Wajah Malaikat. Wajah Kyungsoo memerah, kelelahan, dan kehabisan nafas. Tapi dia tersenyum. Tersenyum lebih lebar dari biasanya. Terlihat bukan seperti Kyungsoo.
"Kau? Apa kau berlari? Hei, ini hari Senin 'kan? Kenapa kau tidak sekolah?" Permen Wajah Malaikat –Joonmyeon, menghujaninya dengan pertanyaan.
"Bolos," jawab Kyungsoo asal. Dia masih terengah. "Kau sendiri?" Kyungsoo bertanya, sembari beringsut mengambil permen yang biasa dia beli. Dua buah lollipop besar, dan dua kantung permen-permen kecil, lagi-lagi rasa jeruk.
"Sekolahku itu milik Ayah, jadi terserah aku mau masuk atau tidak. Lagipula minggu ini diliburkan karena ada renovasi." Jawab Joonmyeon. Kali ini dia tidak bicara sendiri. "Yang seperti biasa? Harganya kudiskon 20% bagaimana?" dia menawarkan dengan kekehan.
"Terserah," jawab Kyungsoo. Pemuda itu memberikan sejumlah uang, lalu keluar dari sana.
"Bertahun-tahun belanja di sini, baru kudengar suaranya." Joonmyeon asik mengomel sendiri di dalam toko.
...
Kyungsoo berdiri bingung. Kenapa aku lari? Kenapa aku beli permen hari Senin? Dan kenapa aku ada di danau ini ...? Dia sibuk berpikir. Alasannya sederhana, Jeruk Bulat Besar-nya terlalu nyata.
Kyungsoo duduk, mengamati angsa berenang. Terkadang menengadah menghadap kanvas biru maha luas. Tapi sekarang, dia berbaring di atas rumput. Bungkusan berisi permen itu terletak di sebelahnya. Tergeletak pasrah. Kyungsoo berpikir terus. Mungkin nanti otaknya menguap hingga tak tersisa. Huft.
"Ya! Kau sedang apa di sini?" seseorang tiba-tiba datang. Tubuhnya membungkuk di atas Kyungsoo. Mata sipitnya memandang penuh selidik. "Kau membolos, huh?" dia bertanya lagi.
"Iya," Kyungsoo tidak tahu kenapa dia membalas pertanyaan orang asing itu.
"Kau siapa?" tanya pemuda bermata sipit itu. Duduk di samping Kyungsoo, memeluk kakinya. "Kalau aku –huft- panggil saja ... Suara Merdu. Jeruk Bulat Besar yang memberikan nama itu." Ah! Byun Baekhyun! Benar-benar dia. Mata sipitnya itu menerawang, seakan ada film lama yang berputar di depan matanya. Ah, kenangan.
"Siapa namamu tadi?" Kyungsoo beringsut bangun. Menatap Baekhyun dengan sejumlah rasa tanya di otaknya. Dunia ini sempit, Man. "Dari mana kau kenal Jeruk Bulat Besar, hah? Jawab aku!"
Baekhyun terkejut. Mundur ke belakang karena mata besar Kyungsoo memelototinya. Jujur saja, itu seram. "Kau kenal Jeruk Bulat Besar?" dia balik bertanya.
"Kutanya dari mana kau kenal Jeruk Bulat Besar? Kenapa kau balik bertanya?!"
"Ya! Adik-Adik Manis, apa yang kalian ributkan?!" seseorang lagi menginterupsi. Tinggi sekali tubuhnya itu. Tebak siapa? Benar, dia Park Chanyeol. "Sudah membolos, bertengkar pula!" tegurnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/42004416-288-k85230.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dont [EXO D.O Fanfiction]
Fanfic[REPUBLISH] Inspired by Ano Hana. Anak itu ... sekarang menjelma menjadi dewasa. Entah bagaimana caranya. Terlalu mengagetkan, untuk hidup Si Pemuda yang sempurna berubah. Insiden itu, mengubah segalanya.