Matahari di atas sana seakan sedang berbaik hati, meneduhkan cahayanya di atas kota kecil itu. Awan-awan seakan berbaik hati, menutupi sinar matahari yang sudah teduh. Awan-awan lebih baik lagi, menghujam mereka dengan ribuan bulir air yang sejuk. Berusaha membasuh luka empat manusia itu hingga sembuh.
Percayalah, mereka sembuh dengan cepat ....
===
Eunri tertatih-tatih berjalan, entah kenapa kakinya berat sekali. Mencari entahlah, apa saja yang dapat diraihnya, ditulisi, dan untuk bisa menulis. Membongkar kamar Kyungsoo, membuat kamar itu berantakan lagi. Gadis itu nyengir ketika membuka laci. Ada buku dan sebuah pulpen.
Eunri menulis, menggurat kalimat di atas putih itu. Menggigit bibirnya, seperti menahan sakit. Keringat mengalir begitu saja, entah kenapa menulis menjadi begitu susah. Eunri tidak mengerti ... yang dia mengerti adalah ... dia ingat sesuatu.
Eunri ingat sesuatu ....
Eunri ingat apa yang dilupakannya ....
Karena itu muncul begitu saja tanpa diminta ....
Gadis itu masih dalam posisi tiduran di atas karpet beludru yang menutupi lantai kamar Kyungsoo. Merentangkan tangannya. Entah kenapa rasanya legaaaaa sekali. Eunri tidak mengerti perasaan apa yang buncah di dada dan perutnya. Rasanya seperti air mendidih, meletup-letup. Rasanya seperti mercon yang baru disulut, meledak-ledak. Entahlah, Eunri tidak mengerti perasaan semacam ini ....
Dia hanya bahagia ....
Brak! Pintu terbuka. Memperlihatkan Kyungsoo terengah. Dada pemuda itu naik-turun tidak karuan. Wajahnya merah padam seperti menahan emosi yang membuncah. Eunri menatap Kyungsoo, sinar matanya lembut sekali, dan tersenyum manis. Tidak nyengir seperti biasa.
"Si Aneh Do ... Kyungsoo ... aku ... bahagiaaaa sekali ...!"
Tapi Kyungsoo tidak menghiraukan pengaduan Eunri. Pemuda itu justru menarik tangan Eunri, menatap ke dalam mata gadis itu, menyeringai takut. "Ikut aku!"
Tapi percuma, tenaga seperti tersedot habis. Berdiri pun tak mampu. Gadis itu jatuh terduduk, tersenyum lemah kea rah Kyungsoo. Kyungsoo berjongkok di depan Eunri. "Naik! Naiklah! Semua ... semua ingin bertemu denganmu! Ayo!"
Kyungsoo menarik tangan Eunri melingkari lehernya. Pemuda itu menahan air matanya. Menyingkirkan kemungkinan terburuk yang muncul. Tidak ... Jeruk Bulat Besarnya tidak boleh pergi lagi ....
-o-
Kyungsoo berlari. Berlari. Berlari. Lebih cepat. Secepat yang dia mampu. Eunri hanya menaruh kepalanya di atas bahu sempit Kyungsoo. Lihat ... Kyungsoo tidak seperti kebanyakan pemuda yang berbahu lebar, dan punya punggung yang luas. Kyungsoo hanya Kyungsoo, dan Eunri menyukai fakta itu.
Eunri bahagia menyadari fakta kalau dia menyukai Kyungsoo. Mungkin mencintai. Eunri bahagia karena merasa nanti Kyungsoo pasti menemukan kertas-kertas itu berserakan. Nanti Kyungsoo pasti membacanya. Nanti pasti Kyungsoo tahu segalanya. Gadis itu bahagia karena sebab yang begitu mudah.
Kemudian memikirkan kenyataan terburuk. Tulisan Eunri jelek. Bagaimana kalau Kyungsoo tidak bisa membaca tulisannya? Bagaimana kalau Kyungsoo tidak mengerti? Bagaimana kalau Kyungsoo tidak akan tahu segalanya ...?
"Kyungsoo ...," suara Eunri begitu lirih. Gadis itu mengukir senyuman di wajahnya. Perlakuan Kyungsoo padanya selalu istimewa. Eunri selalu menyukai Kyungsoo. "Maaf ya kalau tulisanku nanti sulit dibaca ...."
===
Waktu berlalu dengan cepat. Seperti halnya desau angin di musim panas. Ringan, dan hangat. Tidak pernah ada masalah bagi para anak manusia. Masih sama seperti tahun-tahun berikutnya. Namun, hati mereka lebih tertata; senyum mereka lebih indah; wajah mereka bersinar riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dont [EXO D.O Fanfiction]
Hayran Kurgu[REPUBLISH] Inspired by Ano Hana. Anak itu ... sekarang menjelma menjadi dewasa. Entah bagaimana caranya. Terlalu mengagetkan, untuk hidup Si Pemuda yang sempurna berubah. Insiden itu, mengubah segalanya.