Menganggukan kepala secara bersamaan, Min (Y/n) dan Min Hanna berpisah disana. Remaja itu pergi untuk menghancurkan beberapa pondasi sementara (Y/n) sendiri bergerak kearah kepala ular itu. Nekat sekali, tentu (Y/n) tau ini memiliki resiko.
"Oi! Sebelah sini!"
Seruan nya berhasil membuat kepala ular raksasa itu menengok kearahnya. Langsung saja ular itu melata mengejar (Y/n). Kini wanita itu hanya bisa berharap pada keberuntungan dan Hanna.
Berlari denga cepat, (Y/n) menuntun kepala ular tersebut untuk melilit pilar-pilar yang ada disana. Dia sama sekali tidak bersuara lagi, guna menghemat stamina. Sialnya ular dibelakang (Y/n) juga bergerak dengan cepat.
[Skill eksklusif 'Imaginary world' diaktifkan.]
Membayangkan beberapa pedang, (Y/n) memperlambat gerakan ular itu dengan pedang-pedang yang melayang disekitarnya. Ingin dia menusuk mata sang ular, namun tentu tidak semudah itu.
Dihadapannya kini telihat tubuh ular itu. (Y/n) tentu saja tidak bisa melompat karena tubuh ular tersebut tingginya melebihi sang wanita. Karena itu (Y/n) menuntukan tubuhnya untuk melewati sela kecil dibawah tubuh ular tersebut. Saat ini dia berterimakasih karena ukuran tubuhnya cukup pendek.
Disisi lain Hanna tengah meninju-ninju pilar yang menjadi pondasi bangunan. Rasa sakit memang dia rasakan namun tangannya tidak sama sekali terluka.
Meskipun terluka Hanna tidak akan peduli, toh dia melakukan ini juga untuk unnienya. "Grah!" Seru Hanna selesai menghancurkan satu pilar, kini tinggal lima pilar tersisa. Dia hanya bisa berdoa agar unnienya selamat.
Menghindari gigitan ular itu, (Y/n) berhasil menusuk mulut sang ular dari dalam dengan salah satu pedang yang ia buat. Untuk sesaat ular itu terhenti memberikan (Y/n) waktu untuk memperlambat larinya.
Kenapa dia mau senekat ini? Tentu itu karena (Y/n) sadar kalau dia tidak dapat melakukan apapun, dan jika tidak melukan ini maka mereka akan mati.
Terbesit pada pikiran (Y/n) bahwa ular ini tidak akan mati hanya karena timpaan dari sebuah gedung. Menghembuskan nafas, sang wanita menyatukan kedua tangannya. Saat ia menarik kedua tangan itu menjauh dari satu sama lain. sebuah cahaya dengan glitch hologram telihat disana.
Wanita itu melirik kebelakang melihat bahwa ular itu kembali membuka mulut. Dengan sigap (Y/n) melemparkan bola cahaya itu kedalam mulut ular tersebut. "Makan ini kau rakus!" Serunya penuh emosi.
Tentunya, bola itu tidak berdampak apapun kepada ular itu. Setidaknya untuk sekarang...
[10 menit sebelum skenario berakhir.]
"Unnie lari ke pintu keluar! Aku akan segera selesai!"
Aba-aba dari Hanna tidak perlu diucapkan dua kali, (Y/n) langsung berlari kearah pintu keluar. Dibelakangnya tampak Hanna yang mengukti gerakan (Y/n). Semua pilar pondasi sudah hancur, kini tinggal tahap terakhir.
Disaat keduanya menginjakan kaki keluar, terlihat kepala ular itu terlilit oleh tubuhnya sendiri. Mahkluk itu berusaha bergerak namun itu membuat pondasi yang sudah hancur menjadi runtuh.
Gedun kosong tersebut jatuh menimpa tubuh ular raksasa tersebut. Disaat itu pula (Y/n) menjentikan jarinya, membuat bom yang ia rakit meledak didalam tubuh mahkul itu.
"Unnie kita harus pergi!" Seru Hanna menarik tangan (Y/n). Faktanya bangunan yang runtuh tentu bisa membuat serpihannya berceceran. Hanna tidak ingin ada batu yang menimpa tubuh sang unnie.
Selama di tarik oleh Hanna, (Y/n) hanya diam. Mengerikan sekali skill ini, yang tadi dia masukan kedalam mulut ular itu adalah bom yang jika meledak akan membuat puluhan pedang menusuk ular tersebut dari dalam. Untungnya skill (Y/n) hanya bertahan 10 menit setelah lepas dari pengaruhnya, jadi tidak akan ada yang curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐻𝑜𝑤 𝑡𝑜 𝑟𝑎𝑖𝑠𝑒 𝑡ℎ𝑒 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑎𝑔𝑜𝑛𝑖𝑠𝑡𝑠
FanfictionOmniscient reader's Viewpoint, Trash of the count family, The S-classes that i raised, nama-nama itu merupakan judul dari novel yang (Y/n) sukai... Tidak, bahkan dia mencintai novel-novel itu. Ending yang ada membuatnya tidak tenang, membuat wanita...