Langkah gontai meninggalkan krematorium yang belum usai merampungkan proses kremasi. Air mata seolah tidak mampu menetes. Bukan, dia bukan tak bisa menangis. Lagipula ia sadar, menangis tidak akan mengembalikan nyawa orang berharganya.
"Ah, Geto-kun! Tumben sekali kau ke lab hari libur begini"
Sapaan sesama mahasiswa tak digubris. Tatapan matanya kosong. Hanya tertuju pada ruang terlarang yang disegel di ujung sana.
"G-Geto-san kau mau ke mana? Itu ruang terbatas loh" cegah kawan lain yang juga asisten peneiliti dosen.
"Minggir" komentarnya menyibak kerumunan.
Berwajah datar. Berhati dingin. Kehilangan membuatnya mengerti, usahanya masih belum cukup.
Aku tidak akan melakukan kegagalan yang sama!
Tangan Suguru menggenggam erat. Dengan kebulatan tekad, dirinya masuk dan mengunci tabung yang hanya bisa dihuni satu individu. Merupakan suatu keberuntungan menjadi dewan mahasiswa kepercayaan fakultas untuk memegang aset penelitian penting.
"Masa ka? Kau mau mengoperasikan mesin yang dipaksa hibernasi itu?!"
Mesin waktu. Satu-satunya penemuan besar universitas yang masih dalam tahap pengembangan. Sekurang-kurangnya, instrumen itu telah memakan satu korban.
"Apa kau tidak tau resiko penggunaan mesin waktu itu?"
"Wakatta, yo!" bentak Suguru gemetar.
Mustahil mahasiswa berprestasi itu tak paham. Profesor Yaga, ahli yang menaungi proyek, sengaja ingin menciptakan mesin waktu demi kembali menghidupkan putranya. Sayang naas, setelah terlempar-lempar ke garis waktu acak, tubuh profesor mengalami kecacatan permanen ketika berhasil kembali ke garis waktu utama.
"Ada harga yang harus ditebus untuk mengubah takdir!"
Suguru terdiam. Bisakah dia berkorban? Apakah dia siap?
".. dan yang paling mahal adalah nyawamu sendiri!"
Para mahasiswa yang berada di lab instrumentasi silih berganti membujuk. Beberapa mencoba mendobrak paksa. Namun Suguru tidak goyah.
Tapi profesor berhasil hidup dengan putranya lagi.
Membuang rasa peduli. Membuang kecemasan. Suguru mengeraskan hati. Merubah masa lalu adalah apa yang ia harapkan.
Di hadapannya terpampang tiga slot berurutan. Tahun-bulan-hari. Pertanda, seberapa jauh penumpang akan pergi.
Aku hanya butuh satu minggu kemarin untuk mencegah kecelakaan Satoru.
***
Silau jingga membasuh wajah yang diterpa suntuk. Lamat-lamat terbuka, meneliti sekitar. Pupilnya melebar kala mendapati sosok yang ia cemaskan.
"Kirei na~" perempuan surai coklat meregangkan tubuh. Lengannya memanjang ke belakang, menyangga punggung pegal akibat duduk terlalu lama sewaktu menempuh mata kuliah terakhir.
"Shoko!" lelaki bernama Geto Suguru langsung memeluk gadis di samping yang sedang mengagumi senja.
Hangat. Itu bukan tubuh yang terbujur kaku beberapa jam lalu.
"Apa yang sedang kita lakukan?"
Shoko menaikkan satu alis. Pertanyaan bodoh apa yang dilontar Suguru? Padahal mereka baru bicara sesuatu belum semenit terlewat.
"Tentu saja membahas bagaimana caranya membuat Gojo pulang dari luar kota"
"Apa kita sudah membuat rencana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐎𝐆𝐄𝐓𝐇𝐄𝐑 𝐄𝐍𝐃𝐄𝐃 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐎𝐔
Fanfiction| On Going || #sashisu pairs | JujutsuKaisen ⚠ Violence/Disturbing Chapter included ⚠ "𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘵𝘪" --- Trio SaShiShu, begitulah orang menyebut mereka. Gojo Satoru, bocah sableng dan angkuh tiba-tiba datan...