Tepat seminggu mereka berkemah di tepi sungai di tengah hutan belantara. Putri Hinata yang kini sudah tidak peduli akan penampilan nya kini berusaha untuk tetap hidup ditengah hutan nan suram ini. Ia berusaha menangkap ikan di sungai dan mengumpulkan daun serta buah-buahan yang bisa dimakan seorang diri.
Ia dengan wajah yang murung dan pakaian lusuh, berjalan memasuki tenda yang terbuat dari ranting-ranting pohon seadanya.
"Yang mulia, cepatlah sadar. Aku tahu anda bukanlah orang yang lemah. Hiks." Ia kembali menangis. Hampir setiap hari ia menangis, putri Hinata adalah perempuan berhati lembut. Ia tak tahan dengan keadaan yang menimpanya maupun keadaan yang menimpa raja Naruto.
"Aku sangat merindukan keluargaku, yang mulia. Jadi cepatlah bangun dan antarkan aku kesana." Ujarnya kepada raja Naruto yang saat ini masih tak sadarkan diri.
Siang pun berganti malam setelah mematikan api unggun, Hinata pun memasuki tenda dan berbaring disebelah raja Naruto.
Tanpa sadar ia pun terlelap.
"Putri..." panggil raja Naruto pelan.
"Kita dimana?" Tanyanya pada putri Hinata yang masih tertidur disampingnya.
Naruto berusaha bangkit, lelaki gagah itu mencoba sekuat tenaga untuk bangun meski kepalanya terasa sangat pusing.
"Ugh!" Serunya.
"Hah, yang mulia anda telah sadar! Aku akan segera mengambilkan air." Hinata bergegas keluar tenda dan menampung air bersih untuk diberikan kepada raja Naruto.
Setelah itu ia kembali menghidupkan api unggun untuk menciptakan cahaya ditengah malam hari ini.
"Putri, kenapa kau tidak kembali ke keluargamu?" Tanya raja Naruto.
"Aku sangat ingin, tapi aku tidak bisa dan tidak sanggup. Aku terlalu takut untuk keluar dari hutan, dan aku juga tidak sanggup meninggalkan anda, yang mulia."
Entah kenapa hati raja Naruto menjadi menghangat. Hanya satu orang yang sangat setia kepada dirinya, yaitu putri Hinata. Sejak dirinya memimpin kerajaan, hanya satu orang yang bersedia berada disisinya yaitu putri Hinata. Egois pun muncul di benaknya untuk menjadikan putri Hinata sebagai pasangannya, yang bersedia hidup semati bersama dirinya. Tapi ia kembali tersadar bahwa sejak awal ia telah menolak menikahi putri dari raja Hiashi ini. Ia pun merasa malu. Dan menepis sikap egoisnya.
"Besok aku akan mengantarmu ke kediaman keluargamu. Kembalilah tidur putri!" Perintah raja Naruto.
Mendengar hal itu putri Hinata merasa berat hatinya. Raja Naruto hanya berkata akan mengantarnya, yang artinya mereka akan segera berpisah. Malam ini adalah malam terakhir mereka bersama.
"Yang mulia, tidurlah di sampingku." Mohonnya.
Naruto tak kuasa menolak permintaan putri Hinata. Ia berpikir bahwa ini adalah yang terakhir ia dapat bertemu dengan putri Hinata.
"Aku akan berdoa agar anda selalu diberi kesehatan yang mulia." Ujar putri Hinata.
"Terimakasih, aku juga akan berdoa agar kau segera menikah dan mempunyai kehidupan yang layak tuan putri."
Mendengar hal itu, putri Hinata kembali menangis, hatinya sangatlah berat. Apakah ia telah jatuh cinta dengan lelaki ini?
"Jika aku ingin bertemu. Dimana aku harus mencari mu yang mulia?" Tanyanya.
"Aku untuk sementara akan menetap disini. Dan mulai sekarang jangan panggil aku yang mulia, aku sudah menyerah." Naruto menundukkan wajahnya, ia tidak memiliki ambisi apapun lagi.
Brug. Hinata memeluk erat tubuh lelaki itu. Jantung keduanya berdegup kencang seakan ingin lepas dari tubuh keduanya. Mereka pun menulikan telinga. Dan tertidur dengan pelukan yang saling menghangatkan sepanjang malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemanah Ulung Dan Putri Raja
FanficBarang siapa yang dapat menghilangkan panas yang sangat dahsyat tersebut akan memerintah di kerajaan yang sedang dipimpinnya tersebut. Tapi seorang Naruto Uzumaki bukanlah raja yang baik. Bagaimana ia mempertahankan kerajaannya. *** Ini fanfiction p...