—Tokyo, 2023
Kaca-kaca memburam. Bulir air hujan menutupi pandangan. Langit sore tak berwarna jingga, melainkan hitam pekat. Sesaat terang akibat kilat yang menyambar. Bulan pun sampai tak terlihat, apalagi bintang. Off begitu gusar menunggu jadwal keberangkatan pesawatnya yang sejak tadi terus delay.
Off ingin kembali ke hotel dan mengundur penerbangan tapi maskapai tidak mengijinkan. Semua awak kabin harus tetap berada di bandara. Namun sudah hampir dua jam, cuaca tak kunjung memberi tanda akan reda. Apakah ini pertanda kalau kepulangannya ke Jakarta tak direstui semesta? Jakarta tak lagi sama saat cintanya menoreh luka.
"Lo dimana?"
Off menyambar lebih dulu sebelum Arm bersuara. Terdengar Arm yang sedikit tidak percaya jika Off akan menelepon.
"Ngapain lo telepon gue? Kesambet?"
"Gue tanya lo lagi dimana?"
"Gue lagi di Jakarta. Lagi cuti. Kalo si Tawan lagi terbang ke Doha. Kenapa lo tanya gue dimana? Mau pulang lo? Gak mungkin sih lo pulang."
"Gue emang mau pulang. Makanya gue telepon lo. Gue mau minta temenin kalo gue udah sampe Jakarta."
"Hah? Bercandakan lo?"
"Enggak bangsat. Cuma penerbangan gue delay, hujan deres banget."
"Lo sekarang dimana? Rute mana?"
"Tokyo-Jakarta. Ini gue lagi di Narita. Cuma gak tau bakal terbang jam berapa."
"Off, beneran lo gak papa?"
Off telah dua tahun berkelana di udara. Menghapus Jakarta dari rute penerbangannya. Jakarta kota yang menoreh luka paling dalam. Off menyebrangi hamparan luasnya awan namun nyatanya tak bisa menjahit luka yang terlanjur menganga lebar. Sendirian, berharap akan lebih tegar tapi ternyata dia tak pernah beranjak dari titik awal.
"Gue gak papa. Emang kenapa? Cuma kangen aja ketemu lo sama Alice. Sampe anak kalian udah satu tahun, dia belum ketemu omnya yang paling ganteng."
Off tahu teman dekatnya ini begitu khawatir mengenai perasaannya. Tidak ada yang tidak tahu masalah percintaan Off. Kisah yang tidak pernah bisa mereka lupakan. Betapa gilanya Off karena cintanya yang hilang. Rasa frustrasi membawa jiwa Off pergi.
Arm tahu bagaimana Off bertahan dua tahun ini. Terbang ke sana ke mari dengan perasaan yang belum benar-benar usai. Off melewatinya sendiri tanpa seorang pun yang menemani. Memang sesekali Off bertemu Arm jika dia sedang cuti tapi Off tidak ingin pertemuan mereka berada di Indonesia, tepatnya Jakarta.
"Apa masih sendiri, Off?"
Alice bersuara, terdengar sedikit berteriak. Off hanya terkekeh mendengar pertanyaan yang selalu dilontarkan sahabat-sahabatnya setiap kali mengobrol. Namun sampai hari ini Off belum bisa memberikan jawaban karena memang sampai sekarang pun dia belum menemukan orang baru dalam kehidupan cintanya.
"Hahaha...gue masih belum ada jawaban buat pertanyaan lo itu, Lice."
"Yah, padahal si mantan dah mau berbuntut dua."
"Sungguh?"
Off sedikit terkejut. Lama tidak mendengar kabar dan ternyata sekarang tengah hamil anak kedua.
"Sumpah. Gue ketemu dia waktu lagi periksain anak gue, Off. Tapi ya Off, masa lo beneran gak ada seorang pun? Lo dua tahun terbang terbang ke sana ke mari. Setiap negara lo kunjungin, masa gitu gak ada? Lo jalan lurus dari hotel ke kokpit sambil pake kacamata kuda?"
"Nah, gue juga heran tau, yang. Tampang gak jelek. Pangkat Kapten. Kurang bergengsi apa coba? Minimallah awak kabin."
"Kalo masalah hiburan selalu terpenuhi. Tapi kalo bicara cinta masih belum menemui yang pas di hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Babii with Love
FanfictionSemua tulisan disini tidak saling terikat satu sama lain. Cerita lepas yang berasal dari pikiran halu. Terkadang hanya sekelebat dan dituangkan menjadi sebuah cerita. Update tidak tergantung apapun karena memang ide ini muncul tiba-tiba tanpa rencan...