Lili di Musim Semi

145 21 4
                                    

Aku sendiri. Meringkuk kedinginan di gubuk kumuh di hamparan bunga lili. Jendela kusam tak menutupi pandanganku melihat ke arah luar. Aku bisa melihat bangunan megah dengan gemerlap cahaya lampu mengalahkan rembulan. Roda ini terlalu cepat berputar sampai aku tak lagi merindukan musim semi ini datang.

Darah telah kutumpahkan hanya untuk mengambil cinta seseorang. Tuhan saja membenciku apalagi orang itu. Rasa sakit yang kurasakan hari ini rasanya belum sepandan untuk sebuah pengampunan. Banyak kata maaf yang kuucapkan dan aku menerima segala perlakuannya padaku, tapi tetap saja menurutnya aku tidak tulus dalam berucap. Bagaimana cara meminta maaf yang pantas atas dosaku?

Kali ini adalah kehamilanku yang ketiga  semenjak dia mengubahku menjadi omega. Sampai saat ini pun aku masih mengingat rasa sakit saat melahirkan anak pertamaku. Tubuhku terlahir sebagai alpha, tapi dipaksa untuk hamil dan melahirkan, jadi bisa dibayangkan bagaimana rasa sakitnya. Tapi dia bilang itu karma untukku seorang pendosa dan itu belum seberapa dengan rasa sakitnya.

"Selamat Sir, bayimu seorang omega." Kalimat yang sempat kudengar sayup-sayup.

Aku tidak tahu jenis kelaminya. Aku pun tak tahu rupanya. Dia langsung menyuruh pelayan membawa bayinya keluar ruangan. Bagaimana bisa seperti itu? Aku yang mengandungnya. Aku yang membawanya dalam perutku selama sembilan bulan lamanya. Aku juga ingin tahu tentang anakku.

"Dia tidak mati, kan? Aku tidak akan membiarkan dia mati semudah ini." Namun itu kalimat yang dilontarkannya untukku.

Aku menyibak hamparan bunga lili dengan sisa tenagaku. Menodai warna putih kelopaknya dengan merahnya darahku, hanya sekedar untuk melihat anakku. Aku tak sempat masuk karena dia langsung menatap nyalang padaku.

"Off, bagaimana keadaan anakku?"

"Anakmu? Dia anakku."

"Tapi aku yang melahirkannya, Off. Kau ingin seorang omega dan anak bukan?"

"Kau? Menjadi omegaku? Aku hanya mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Kau bukan omegaku hanya karena kau melahirkan anakku."

"Ini terakhir kali aku melihatmu muncul di jedela ini, Gun. Tak sepantasnya seorang menjijikan sepertimu berada di sini. Pergi ke rumah kecilmu itu."

Mekarnya bunga lili pernah menjadi sebuah pengharapan untukku setiap musim semi. Membuka jendela dan melihatnya terhampar luas sejauh mata memandang membuatku bahagia. Namun kini tanpa alas kaki aku berjalan di antaranya menuju gubuk kumuh di ujung taman.

Off Jumpol Adulkittiporn bangsawan dari desa nun jauh di sana berhasil merampas segalanya. Bukan hanya harta dan kuasa, bahkan rasa bangga dan jumawaku pun diambil olehnya. Bodohnya, aku masih bisa mencintainya.

Aku tersingkir dari singgasanku sendiri.

"Kau pantas mendapatkannya."

Off tak sering mengunjungiku. Terkadang sekali dalam seminggu. Dia pun tak banyak mengajakku berbicara. Saat dia datang berkunjung, dia hanya menginspeksi setiap sudut ruangan seakan aku akan mencuri hartanya, sedangkan aku cuma berdiam diri di belakangnya seraya memperhatikan. Setelahnya, Off akan pergi meninggalkanku dengan membanting pintu.

Terkadang Off juga mengunjungiku tiba-tiba. Duduk diam di seberangku seraya memperhatiku yang sedang melipat baju. Aku sedikit melirik, takut-takut mencuri pandang padanya. Sempat kulihat dia tersenyum tipis, tapi saat aku juga bereaksi dia malah beranjak pergi.

Aku kembali tersadar. Aku kini meringkuk sendirian tanpa perapian menyala. Sebuah jas hangat tiba-tiba menyelimuti tubuhku. Aroma sitrus yang menguar membuatku tahu siapa pemiliknya. Off datang berkunjung malam ini. Tapi aku tetap diam tak bergeming masih meringkuk memeluk perutku.

Hello Babii with LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang