|Melodi piano kanggo aku|
• sing wedi peteng •Kakiku melangkah lunglai, menapak jalan yang sudah di penuhi dedaunan busuk di kanan-kirinya. Cuaca hari ini sama seperti biasa, dingin berkabut dan lenganga. Wajahku masih sangat kusut, tak seulas senyum terukir di bibir yang subuh pagi ini terlihat pecah-pecah. Waktu menunjukkan pukul 05.30 seperti biasa, aku harus sekolah pagi dan pulang siang hari.
Jogjakarta tempat tinggal baruku dan ayahku, aku harus pindah sekolah dasar ku gara-gara ikut ayah ke Jogyakarta untuk kerja dinasnya, Aku berjalan sendirian melewati Jalan Setapak biasa yangku sering lewati, dan akhirnya sekolah dasar telah ada di depanku Aku berjalan masuk ke sekolah dasar itu.
Kelas 1A itu kelasku Aku berjalan masuk dan menaruh ransel ku di belakang bangku, itu dan aku terduduk di bangku Sekolah Dasar aku dekat jendela, hari-hari telah kulalui dan setiap hari aku sering bertanya kapan selesainya sekolah dasar ini.
Dan berapa bulan terakhir ini aku mulai membolos sekolah dengan berjalan-jalan sendiri sambil menggendong ranselku, kadang-kadang aku duduk di bawah pohon dekat dengan sekolahku, namun itu selalu gagal karena guru Pjoka ku selalu menemukanku di mana-mana guru Pjoka ku pak edi guru yang Kubenci sekaligus guru yang selalu menghukumku.
Sampai suatu ketika aku dikata-katai teman kelasku dengan sebutan bocah ngayal itu membuatku kesal namun mau bagai mana lagi. Saat itu aku masih belum biasa bergaul dengan teman-teman di sekolah dasar. Sebagai anak pindahan dari ibukota ke kota lain, aku merasa perakuan mereka sedikit kurang bersahabat. Entah mungkin karena rasa tidak percaya diriku, atau sedikit perploncoan padaku sebagai anak baru.
Minggu-minggu Pertamaku di kota Jogjakarta terasa amat menyiksa ku, di tambah lagi dengan suasana sekolah yang terasa sangat tidak menyenangkan bagiku. Perasaan itu muncul akibat Perlakuan teman-teman di sekolah yang kurang menyenangkan. Aku berlari dari sekolah kabur saat Seharusnya aku masih harus duduk di kelas hingga pukul 12.00 siang. Saat itu waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi. Tanpa memperdulikan apa kata teman-teman, dan Pak Guru nanti, Aku berlari menuju rumah sambil menangis terisak.
Ku banting tas sekolah, dan naik ke tangga kayu menuju loteng samping yang ada di atas garasi rumah dinas, aku bisa melepaskan Isak tangisku dengan bebas lepas di sana. Letak loteng Itu Memang agak jauh dari ruangan-ruangan lain. Aku duduk di pojok loteng sambil Mendekap kaki dengan kedua tangan. Kepalaku menunduk rapat menempel pada lutut. Aku merindukan mama, teman-teman ku, dan saudara-saudaraku lainnya. semua terasa tidak adil karena aku harus hidup terpisah dari mereka.
Tiba-tiba saja aku mendengar suara berat yang membuatku sedikit bingung karena aku sendirian di ruangan itu tak ada orang lain pun di sini, suara itu terdengar berat dan tenaga itu berbicara.
“jangan terlalu takut dengan mereka, jika kau masih takut akan kubantu dengan doronganku, tetap****” mendadak suara itu hilang dan diriku merasa sedang dipeluk dengan seseorang, kehangatan itu membuatku akhirnya tidak menangis lagi.
Sekolah ku berjarak 3 kilometer, dari rumah dinas ayah, dan saat aku ingin pergi ke sekolah aku tidak bisa bangun karena pelukan hangat itu masih ada, beberapa menit kemudian pelukan hangat itu hilang dan akhirnya aku bergegas pergi ke sekolah lagi sesekali aku berhenti dan melamun tentang suara tadi, sesampainya di sekolah ku bu niken wali kelas ku hawatir
Kerena aku tiba-tiba lari pergi entah kemana pergi nya namun syukur alhamdulillahnya aku kembali lagi ke sekolah, Bu Niken menyuruh ku untuk masuk ke dalam kelas untuk melaksanakan pelajaran lagi.
Jam menunjukkan pukul 11.30, sekolah pun di bubarkan karena jam terakhir telah selesai, semua anak-anak dan guru-guru pulang termasuk aku yang sedang berjalan sendirian melewati jalan setapak dan sawah besar. Saat aku sampai di rumah dinas.
Seperti biasa diriku menaruh tas di tempat nya, dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan yang penuh dengan keringat, setelah itu aku memakai pakaian bermain seperti biasanya.
Aku pun berjalan ke halaman belakang rumah dinas ku, tepat ada pohon jati yang sering sekali aku naiki dan aku juga bermain di ayunan nya.
Aku menaiki ayunan kayu itu dan mulai bernyanyi lagu Rasa Sayange “Rasa sayang nge, rasa sayang-sayang nge, ku lihat dari jau rasa sayang-sayang nge” lagu yang terus-menerus mengisi waktu bermain ku di halaman belakang rumah dinas, walaupun hanya sendirian namun aku merasa senang.
Setelah berapa Jam aku bermain ayunan dan sambil menyanyi-nyanyi riang aku pun memutuskan pergi dari halaman belakang menuju Tetangga sebelah. Tetanggaku sudah lansia dia tinggal sendiri di rumahnya yang besar nama tetanggaku adalah mbah Nur, beliau yang memberikan Ku makan dan uang jajan saat Ayah bekerja.
“assalamualaikum Mbah?,Mbah?!, ini Aurel Mbah!” aku berjalan masuk ke halaman belakang tepatnya di gubuk biasa Mbah nur menjahit pakaian dan benar saja, Mbah nur sedang duduk sambil menjahit pakaiannya, aku bergegas menghampiri Mbah nur sambil berteriak-teriak “mbah! Mbah! Aku pulang!”.
“Wis mulih durung?, Sedhela wae, Mbah arep ngeterake kita nedha awan” Mbah nur pun berjalan pergi ke dapur untuk mengambil makanan untuk aku dan Mbah nur makan bersama-sama.
“Ayo padha mangan, ing sekolah, kepiye carane Aurel kekancan?” tanya Mbah nur sambil ambilkan nasi putih untuk ku, aku tidak mau Mbah nur terkejut dengan perilaku teman ku jadi aku terpaksa berbohong pada nya“ iya Aurel punya temen banyak!” ucap ku berbohong.
Dan akhirnya aku dan Mbah nur pun makan siang bersama, selesai makan aku membantu Mbah nur membawakan piring-piring kotor yang tadi buat Lawu dan aku pakai buat makan. Setelah itu seperti biasa Mbah Nur mengajakku menyuci baju di kali dan aktivitas-aktivitas lainnya.
Sampai tak terasa Senja pun mulai datang matahari sudah ingin pergi dan terlihat langit orangnya yang indah aku pun memutuskan untuk pulang dengan semangat aku pun berlari sambil berteriak-teriak Kalau sebentar lagi ayah akan pulang.
Singkat cerita malam telah tiba, Aku sedang duduk di meja belajarku sambil mengerjakan PR sekolah, sementara Ayahku sibuk menonton televisi di ruang tengah, Jam menunjukkan pukul 08.00 malam, dan akhirnya pr-ku selesai aku juga mendengar suara TV di ruang tengah hilang mengandalkan Ayah sudah selesai menonton televisi.
Aku pun mematikan lampu dan tidur di ranjang ku di temani cahaya dari lampu tidur ku yang menyala-nyala membuat ku tertidur lelap, namun tiba-tiba aku terbangun karena ingin ke kamar mandi tapi saat itu, Jam menunjukkan 02.30.
Saat ku kecil aku terlalu takut dengan gelap, dan saat itu aku masih percaya dengan hantu-hantu lokal, seperti kuntilanak, pocong, genderuwo, dan lain nya, Namun karena sudah tak tahan lagi aku pun memutuskan memberanikan diri untuk menuruni tangga kayu namun mendadak aku mendengar suara.
Melodi dari piano yang ada di ruang tengah, melodi-melodi yang dihasilkan itu membuatku sedikit tak takut lagi aku pun mulai berjalan turun dan lihat siapa yang memainkan piano itu.
Seorang tentara terduduk di Kursi keyboard / Piano bench, melodi-melodi yang dihasilkan tentara itu membuatku penasaran siapa tentara itu, Namun karena sudah kebelet jadi aku berlari Pergi ke dapur untuk buang air kecil.
Sesudah nya aku kembali ke ruang tengah namun tak terdengar lagi suara melodi yang dihasilkan Yang kulihat hanyalah kegelapan dan tak ada tentara yang memainkan piano itu lagi Batinku“ Yah... tentara nya pulang, yasudah tak masalah yang penting tadi dia bertamu ke rumah ku!”batin ku yang positif.

KAMU SEDANG MEMBACA
nyawa mati
No FicciónAntara kau dan aku saja yang tahu kelu kisah ku dengan Entitas-entitas yang berbeda alam semesta ini, Itu benar-benar Nyata, awalnya aku tak percaya dengan mereka namun mereka membuktikan sendiri bahwa mereka itu hidup berdampingan dengan kita. Nama...