PROLOG

534 18 3
                                    


"Kenapa lagi sekarang?"

Tak salah tebakkan Jovan jika dibalik perpustakaan lah yang akan menjadi latar. Sepasang mata sengit yang menoleh kearahnya membuat Jovan tertantang untuk semakin beranjak menghampiri.

Kepulan asap nikotin tentu saja tetap menjadi pemandangan pertama. Jovan bersidekap bersama raut tak tergambar.

"Iseng."

Bravo. "Sampe rusakin cctv?"

Axel membasahi bibirnya setelah kembali melepas kepulan asap rokok, dia masih dengan posisinya yang duduk lebar bersandar. Tak berminat menjawab apa yang terlontarkan.

Hal itu mengundang eksistensi Jovan untuk merebut batang rokok yang tersisa kurang dari setengah dan lalu menghisapnya.

Axel menajam dan protes atas aksinya yang tiba tiba.

"Apa apaan sih lo, hah?!"

Jovan duduk disebelahnya, tak memperdulikan balik protesan itu dan berucap, "Adek kelas jangan kurang ajar."

"Gue peduli?" Axel ketus buang muka.

"Harusnya sih, gue berkuasa loh." Jovan sengaja meledek nada bicaranya.

"Kuasa, ngen**t."

Jovan terkekeh, dia membuang dan menginjak puntung rokok bersamaan dengan asap terakhirnya yang ia hembuskan.

"Bilang."

Axel tak mungkin tak mendengar, tapi dia tak minat menjawab. Bahkan wajahnya masih setia berpaling dari Jovan.

"Axel, lo mau lumpuh lagi?"

Sinis, apa apaan suara menjijikan itu? Axel lantas menoleh tajam menunjukkan kerisihannya secara terang-terangan.

"Mau lo apasih?"

Mengundang Jovan tersenyum tengil.
"Lo."

"Muka lo ke-"

Tercekat. Tanpa aba aba lehernya ditekan dan ditarik paksa hingga mereka saling bertaut. Axel otomatis mencengkram kedua pundak Jovan untuk menahan pagutan beringas mendadak itu.

Dirasa tak ingin kalah saat Jovan membuatnya kewalahan, dia akhirnya dengan kesal menghisap kuat kuat bibir bawah Jovan dan merapatkan mulutnya saat lidah bajingan laknat itu hendak menerobos rongganya.

Jovan berbengis menyadarinya, tangannya terangkat untuk menjambak undercut Axel hingga keduanya pun terlepas. Axel mendongak membuat sisa benang saliva mereka terputus.

Oh, Bocah kurang ajar ini manis sekali saat melawan.

Menggunakan tangan yang satunya, Jovan sedikit kuat menepuk rahang tegas Axel bergantian dan menggertak gemas.

"Perlawanannya norak banget asli."

Axel meringis akibat jambakan dan tamparan ringan itu, namun tak luput dia tetap mematri seringai setia menantang.

"Lo, loser."

Hanya itu kata yang Axel keluarkan sebelum dia mengerang hebat saat Jovan bergerak meraih lehernya untuk lelaki itu penuhi dengan bercak bangsat sialan yang tak mungkin hilang sebentar.








Can u type hi for me?

Stupid Boom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang