Page 2

347 17 0
                                    

Kembali pada 5 Tahun yang lalu.

Ketika Jovan tiba di halaman rumahnya, tepatnya saat langkahnya terhenti didepan tangga awal pintu utama, matanya tak sengaja menangkap sesuatu yang tergeletak disisi depan bagasi mobil.

Keningnya mengerut beserta gerakan alamiahnya yang terheran.

Bukannya itu sepedanya? Kenapa bisa terguling disana?

Seingatnya benda itu terakhir kali dimainkan setahun yang lalu, dan jelas diletakkan di sebelah rak sepatu.

Tidak masuk akal jika Ayahnya yang tua dan sibuk menyempatkan waktunya hanya untuk menaiki sepeda anak kecil.

Jovan itu anak tunggal.

Mustahil juga jika itu ulah pekerja rumahnya yang kurang ajar menyentuh barangnya.

Dengusan pun keluar. Bodoamat ah.

Lelaki itupun melanjutkan langkahnya yang terhenti.

Tapi baru saja dua langkah masuk melewati pintu, Jovan malah tergelincir dan berteriak karena menginjak sesuatu yang bergerak.

"Anjrit!" Jovan mendesis mengusap tulang ekornya dan mengaduh.

"Apa apaan sih, tai!"

Jovan menemukan mobil remot miliknya yang ia yakini adalah sumber kecelakaannya, kini terlihat beberapa bagiannya telah patah akibat ia injak sendiri.

Siapa? Siapa yang memegang kendalinya?

Jovan mendongak meneliti ke sekelilingnya dengan tajam. Sampai tepat matanya menangkap seorang asing yang berlari tertelan belokan tembok dilantai atas sana.

Jovan bersungut, "Woy!"

Dia bangkit tergesa dari duduknya dan hendak mengejar. Namun sebelum itu, suara orang dewasa beserta dengan wujudnya yang muncul dari arah selatan berhasil mengurungkan niatnya.

"Suara udah kayak badot aja harus pake teriak teriak. Berisik."

Jovan terkejut dan termangu dalam waktu 12 detik.

"Ayah?"

Sungguh pertama kali ia mendapatkan keberadaan ayahnya tanpa adanya kabar lebih dulu. Ada apa dengan 5 menit ini yang memberikannya banyak kejutan sialan?

Andara meletakkan secangkir kopi digenggamannya ke atas meja dan lalu mendudukkan diri. "Udahin kagetnya, toh dia bakal tinggal sama kamu juga."

"Dia?" Apa?

"Axel, kemari."

Jovan terdiam menahan rasa gemuruh tanda tanya nya, sampai saat beberapa detik nyaris beralih menit menunggu seseorang datang dengan langkah lambatnya menuruni tangga, Jovan tak melepas pandangannya barang sedikitpun.

100% dia orang yang sama yang berada diatas tadi. Dan apa maksudnya itu, ternyata sosoknya hanya seorang anak kecil.

Namun raut sengitnya itu. Ada apa dengan wajah kurang ajar itu(?) Tak ayal mengundang kerutan di dahi Jovan.

Andara menyeruput kopinya. "Jovan, ini Axel. Kamu pasti tau rumor Sharon William itu kan?"

Jovan terdiam lama.

Kemudian ia teringat sesuatu. Ini bersangkutan dengan Deanda's Group?

Jovan hanya mendengar kilas pembicaraan beberapa orang selepas dirinya berkunjung ke kantor ayahnya waktu lalu.

Yang jelas ia mendengar jika Sharon William itu bertempat tinggal di Michigan, Amerika.

Tak ada sama sekali kepedulian Jovan tentang konflik peribisnisan sedikitpun, maka dari itu dia tak begitu menghiraukannya saat itu.

Stupid Boom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang