Page 3

284 14 11
                                    

Bugh!

"Anjing!"

"Apa apaan lo pagi pagi?"

Jovan yang terduduk setelah tersungkur. Ia menyengit tak terima atas aksi Axel yang tiba tiba.

Menahan perih disudut mulutnya.

Ini masih pagi, bahkan Jovan baru bangun 10 menit yang lalu dan hendak mandi.

Entah darimana munculnya Axel tahu tahu sudah berada dibelakangnya dan malah memberikan sentakan tinju yang tidak main main tenaga nya.

Lelaki yang lebih muda itu tetap tidak mematri ekspresi, tapi tak dipungkiri jika amarah dapat dengan jelas Jovan lihat disana.

"Lo brengsek banget asli."

Tuh kan. Dari nadanya pun penuh penekanan. Apalagi tatapannya yang bahkan mampu mengalahkan Jovan saat sedang mendominasi.

Jovan terdiam, membiarkan Axel melampiaskan semua yang ingin ia tunjukkan.

Namun setelahnya malah senyap, nafas Axel yang semula terdengar memburu kini berhenti saat dirinya berpaling dan buang muka.

Ohh. Jovan bergeming sebelum menyeringai.

Dia ngerti sekarang.

Pun cepat saja dia bangkit dan berlari menahan Axel yang baru menggenggam handle pintu.

"Lepas! Jauh jauh lo dari gue anjing!"

Jovan tergelak sambil terus meraih lengan Axel yang semakin menghindarinya. Kadang kala ia meringis saat tangan itu dengan sengaja menggampar lebam tinju lelaki itu sendiri tadi.

"Eh, dengerin gue dulu anjir."

Tak didengar, sekarang mereka beralih berebut handle sampai menciptakan kebisingan.

Mampus saja jika Andara yang berada diluar sampai mendengar keributan mereka sekarang ini.

"Axel."

Rese banget dah nih anak.

"Xel!"

Nah kan, malah Jovan sekarang yang intonasi nya sewot.

Tapi itu tak gagal membuat Axel sawan dan kecolongan sehingga Jovan berhasil mengunci tangannya.

"Maksud lo apaan?!" Axel menggeram hendak memberontak lagi.

"Engga, makanya dengerin dulu."

Tadi itu Jovan bukan balik marah, hanya kesal pada Axel yang sangat batu, namun ia lupa hal ini juga menyebabkan Axel bertambah darting padanya.

Penuh usaha untuk menunggu Axel yang mulai diam walau tidak menatapnya, Jovan perlahan mulai kembali membuka suara.

"Dari dua Minggu kemarin kan gue udah minta sama lo. Tapi lo malah bilang nunggu lo yang minta sendiri, kan?"

Walaupun rautnya jelas berimbuh sinis, tapi Axel tidak protes. Bukan, tapi memang tidak bisa protes, karena tak bohong jika Jovan tak salah mengatakan itu.

"Berarti jangan salahin gue bikin lo tepar kemarin, rut lo itu yang lelet dan buat gue malah lampiasin rut gue dari seminggu yang lalu itu. Kan lo sendiri yang suka nolak."

Jovan mensejajarkan kepalanya pada lekukan leher Axel yang semakin berpaling.

"Bener kan?"

Sebenarnya agak ragu untuk mengucapkan yang terakhir itu, tapi saat Axel menoleh dan menatap tepat ke matanya, rasanya

Stupid Boom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang