Chapter1. My Boyfriend

3.3K 100 5
                                    

#Inilah Akhir Kisahku

Chapter 1. My Boyfriend

"Ali?" Teriak seorang gadis berseragam Amoera High School, dengan kemeja berwarna putih dilapisi rompi berwarna merah muda dan dasi berwarna senada beserta rok kotak-kotak berwarna senada perpaduan dengan warna kemeja dan rompinya.

Dengan senyuman yang manis gadis itu menyapa sang pujaan hatinya. "Ini buat kamu, aku sengaja buatin kue ini buat kamu." Ali hanya menatap gadis itu malas kemudian membuang kotak kue itu ketempat sampah.

"Gue gak butuh," ucap Ali. Mata Prilly kian memanas, nafasnya terasa tercekat, Ali selalu saja membuatnya meneteskan air mata. Untuk yang kesekian kalinya Prilly merasakan sakit yang luar biasa karena orang yang sama.

Ali kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Prilly yang masih terpaku dikoridor sekolah. "Li" Lirihnya. Langkah Ali pun terhenti.

"Sampai kapan sih kamu kayak gini? aku sayang sama kamu. Kapan si kamu berhenti nyakitin perasaan aku? Aku juga ingin ngerasain bahagia. Aku cape sama keadaan ini. Aku cape ngeliat sikap kamu yang gak akan pernah berubah sama aku. Aku cape sama keadaan ini," lirihnya. Matanya masih memanas, air mata itu masih saja menetes membasahi kedua pipi chubby miliknya.

"Bukannya dari awal gue udah nolak perjodohan ini? Tapi lo yang maksa, jadi gue ngerasa ini bukan kesalahan gue." Air mata itu semakin menjadi, rasa sakit mendengar ucapan Ali yang penuh emosi membuat dirinya kembali meneteskan air mata.

"Aku terima semuanya karena aku sayang sama kamu, Aku cinta sama kamu. Aku rela ngorbanin semuanya asalkan aku sama kamu. Pernah gak kamu pikirin perasaan aku? Aku sayang kamu Li, tapi gak gini caranya. Aku sayang tapi kenapa harus rasa sakit yang aku terima dari kamu?" Tiba-tiba sebuah tangan menarik Prilly kedalam pelukan, Prilly kembali mencurahkan semua rasa sakit yang ia punya dalam dekapan lelaki yang selalu ada untuknya.

"Lo pengecut, lo gak pantas disebut lelaki. Bisa gak sih lo selesain masalah lo secara gentleman bukan lampiasin semuanya ke Prilly, lo pikir dia batu? Lo buat sesuka lo dia gak papa. Gue kasian sama dia, kenapa dia bisa secinta ini sama lo, padahal lo selalu nyakitin dia," ucap lelaki yang masih setia memeluk Prilly yang masih saja menangis dalam dekapannya.

"Lo gak tau apa-apa. Jadi please tutup mulut lo itu, lo gak punya berhak ngatur-ngatur hidup gue, kalo lo mau, lo aja yang tunangan sama dia gue ogah. Gue banyak urusan, jadi tolong lo liat dia jangan sampe buat ulah dan ganggu gue lagi. Permisi tuan Evan," Ucap Ali, lalu kembali berjalan meninggalkan Prilly dan Evan yang masih berada dikoridor sekolah.

"Kalo lo butuh sandaran, gue selalu siap!  Selama gue ada disini, gue bakal selalu nyiapin dada gue buat lo curahin semuanya. Gue harap, saat ini lo curahin semua rasa sakit lo. Gue siap dengerin semua curhatan lo." Evan masih setia memeluk Prilly yang tetap bergeming dalam pelukannya.

"Gue cinta sama dia, Van. Gue sayang sama dia. Apa salah kalau gue terlalu berharap dia ngebalas rasa suka gue? Apa gue salah terpaku pada hati yang tak pasti?" Prilly masih saja menangis dalam dekapannya.

"Lo gak salah! Dia yang bego sia-siain cinta tulus yang lo punya. Dipikiran dia itu cuman kebencian, sampe rasa manusiawinya hilang gitu saja." Tangan Evan membelai rambut Prilly dengan lembut, menyalurkan kasih sayang yang ia punya.

"Gue sayang sama dia, Van. Gue cinta sama dia. Gue maunya dia Van bukan yang lain," teriak Prilly dalam dekapan  Evan. Suaranya serak, nafasnya masih tak teratur, bahunya naik turun. Air matanya belum berhenti sampai saat ini.

"Lo tenang yah Prill, percaya sama gue, kalau Ali emang jodoh lo, suatu saat nanti kalian akan bersatu gimanapun caranya."

"Kenapa dia Van?"

Inilah Akhir KisahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang