🌷🌷🌷
"Erika!! Kebiasaan banget sih. Kalau ganti baju tuh ditutup pintunya. Kita nggak berdua aja sekarang. Mbak udah nikah. Ada mas Galang di rumah ini,"
"Iya iya. Lupa mbak,"
Erika tak menghiraukan kesewotan Gina, kakaknya. Dari kecil memang suka seenaknya tuh bocah, eh udah perawan sekarang, hehe. Bukan apa, takut banyak laki-laki pengin ngentotin dia, karena bodinya yang aduhai itu.
Gina aja ngaku kalah sama postur bohai adiknya. Eh, si adik malah masih selengekan buka baju tidak menutup pintu dulu.
"Ada apa sih Gin, udah ribut aja pagi-pagi gini,"
"Eh, anu mas. Itu, negur si Erika. Suka bertingkah sembarangan aja, padahal udah gede gitu,"
"Udah ah. Sama adik sendiri masa ribut terus. Anaknya mana? Suruh sarapan bareng sini,"
"Kaa, ayo sarapan, udah ditunggu mas Galang nih,"teriak Gina dari ruang makan.
"Iya kak. Bentar,"sahut Erika tak kalah keras dari kamarnya.
Galang hanya geleng-geleng kepala. Sudah sejak sebelum menikah, ia terbiasa dengan dua kakak beradik yang sering beda pendapat itu.
Erika segera bergabung di meja makan. Gina menatap penampilan adiknya yang masih tidak pas di matanya.
"Baju kamu itu apa nggak ada yang lebih longgar gitu? Pakai baju suka yang ketat-ketat. Kurang sopan tahu,"gerutu Gina.Erika hanya menatap sekilas pada kakaknya itu. Dia cuek saja sambil tetap meneruskan sarapannya. Usai sarapan, Erika segera berangkat ke tempat kerjanya mengendarai motor matic kesayangannya.
"Mas mbak aku berangkat dulu ya,"
"Iya, hati-hati. Kalau udah waktunya pulang, langsung pulang,"
"Iya mbak. Kalau nggak lupa ya, daaa,"dan tertawalah Erika sambil mengendarai motornya, meninggalkan kakaknya yang masih sewot.
"Udah-udah. Ayo berangkat. Telat nanti,"
"Punya adik satu aja, nggak berhenti-berhenti ngeselin orang,"gerutu Gina.
"Yang merasa kesal kan kamu. Santai aja lah ngadepin Erika. Dia itu kalau kamu bersikap keras, justru nggak akan didengerin. Sambil lalu aja, ngingetinnya,"ujar Galang menenangkan istrinya.
"Mas juga, kenapa belain Erika terus sih?,"
"Aku bukannya belain dia ya. Tapi, karena aku sayang dan peduli sama istriku, aku nggak mau, istriku marah-marah terus tiap hari. Nanti cepat tua, loh,"
Gina tak lagi menjawab kata-kata Galang. Dia hanya masih cemberut saja. Kantornya memang searah dengan kantor Galang, jadi Galang pun tak masalah kalau mengantar jemput istrinya itu.
"Mas, ini kan ada promosi jabatan di kantor aku. Yang terpilih nanti, akan ditempatkan di luar kota. Mungkin sekitar satu atau dua tahun. Kalau aku dapat, gimana mas?,"
"Ya, asal kamu bisa jaga diri, aku tak masalah. Toh komitmen kita dari awal, aku nggak akan membatasi kamu, selama itu baik,"
"Terima kasih ya mas. Mas paling ngerti deh sama aku,"