🌷🌷🌷
Bos besar sebuah perusahaan itu, bernama Fandi. Dia menikah dengan Dewi, karena perjodohan. Istrinya seorang foto model yang cukup laris juga. Kehidupan selebriti pun cukup kental menaungi hari-hari Dewi. Maka, ketika ia menikah dengan Fandi, dia mengajukan syarat. Jika tidak ingin memiliki anak dari pernikahan itu.
Alasannya, supaya bentuk tubuhnya tak berubah. Dan juga, karena ia tak mau direpotkan dengan anak kecil. Adapun Fandi, semula ia menikmati saja kehidupannya menjadi suami seorang selebritis. Tapi, makin lama, ia merasakan hidupnya makin tak nyaman.
Apapun bisa ia beli. Tapi, kehidupan rumah tangga yang tenang, tidak terganggu oleh hingar bingar dunia artis, belum ia dapatkan. Seringkali, Dewi meninggalkannya sendiri, selepas ia pulang kerja, karena jadwal pemotretan, atau sekedar nongkrong dengan teman sesama artisnya.
Fandi kesepian. Juga sering kedinginan. Dalam arti, tak setiap saat ia butuh teman ranjang, Dewi bisa menurutinya. Seminggu sekali, itu pun tak pasti. Fandi sudah mencoba membicarakan hal itu dengan Dewi, tapi istrinya hanya menganggap keluhan Fandi seperti angin lalu.
Terkadang, ia sampai berkeluh kesah pada pembantu lamanya, yaitu, wanita yang membawa Erika bekerja di rumahnya. Tapi, bagaimanapun, wanita itu tak bisa memberinya solusi. Dia hanya meminta Fandi untuk sabar.
Dan, ketika ia melihat sosok Erika yang pagi ini sudah mulai membuatkan sarapan untuknya dan Dewi, Fandi memperhatikannya dengan serius.
"Eh, maaf, pak. Saya kira bapak belum bangun. Kopi nya mau dibuatkan sekarang pak?,"sapa Erika saat melihat keberadaan Fandi di belakangnya, duduk di kursi makan, dan memperhatikannya dalam diam.
"Boleh. Oh ya, kamu buat apa untuk sarapan hari ini?,"
"Karena kata ibu, bapak tidak pilih-pilih menu, untuk sarapan kali ini saya buatkan orak-arik buncis dan telur, sama kerupuk udang, pak. Terus, kopinya tidak terlalu manis kan pak?,"
"Iya, sudah hafal kamu ya,"
"Berusaha dihafalkan pak, supaya majikan saya tidak kecewa dengan kerja saya,"
"Hm, baguslah,"
"Ini kopinya pak, silakan diminum,"
Dewi berjalan dengan anggun menuju meja makan.
"Pagi mas,""Pagi. Pulang jam berapa kamu semalam?,"
"Jam dua kayaknya,"
"Jam dua malam baru pulang, dan sepagi ini, kamu mau pergi lagi?,"
"Udah deh mas, jangan mulai ribut. Ini udah kebiasaanku kan,"
"Ka, mana jus saya?,"
"Iya bu, sebentar saya ambilkan,"
Setelah meminum jus nya, Dewi pun pergi dengan berpamitan secara singkat pada Fandi.
"Bapak, sarapannya saya ambilkan sekarang?,"
"Boleh. Sedikit dulu ya,"
Erika dengan cekatan mengambilkan nasi putih dan tiga sendok orak-arik ke dalam piring Fandi. Lalu menaruhnya dengan sopan di depan Fandi.