taj 3

2 2 0
                                    

Hanya kata tidak yang ingin kuucapkan ketika begitu manis tuturmu membelenggu dibenakku yang akupun tak tau mengapa kata iya pun begitu mudah pada akhirnya
.
.
.

Tok.. tok.. tokk
"Masuk"
Terdengar suara lembut mengintrupsi dari dalam ruangan, membuat seorang gadis yang sedang berdiri di depan pintu yang sebelumnya sudah dia ketok perlahan melangkahkan kakinya masuk keruangan kerja CEO tempatnya bekerja.

"Permisi ka. Ira mau menginformasikan jadwal ka risa untuk hari ini"
Ya, gadis tersebut merupakan ira, dan ruangan yang dimasukinya adalah ruang kerja milik risa.

Terlihat risa sedang memandang jalanan melalui kaca yang membatasi balkon dengan ruang kerja. Risa duduk dibangku kebesarannya dengan masih memegang pensil, dan selembar kertas berada dihadapannya.
Bisa dipastikan jika ia sedang mendesign gambar di kertas tersebut.
Dan tujuanya melihat ke arah jalanan adalah agar ia bisa berimajinasi untuk designnya.

Bagi risa, jalanan merupakan objek yang paling tepat dan menarik untuk inspirasi design.

"Iya ira, silahkan"
Sahut risa beralih menatap ira, menanti informasi jadwal kerjanya hari ini.

"Hari ini ka risa ada jadwal pertemuan dengan klien di cafe andara, saat jam makan siang nanti kak."
Ira diam sebentar melihat ke arah risa, ingin mengetahui reaksinya.

"Lalu? " Tanya risa untuk jadwal kelanjutannya.

"Tidak ada kak. untuk hari ini, itu saja jadwal ka risa yang diluar butik. Selebihnya nanti sore ada beberapa tamu yang ingin fitting baju pengantin."
Jawab ira dengan lugas dan mudah dipahami.

"Baiklah ira, terimakasih. 10 menit sebelum otw, kamu ingatkan saya lagi ya!.

"Tentu ka rissa, siap laksanakan"
Jawab ira, sambil memberi hormat pada risa
Lalu setelahnya ia berbalik keluar dari ruangan itu.

Risa memghirup udara dalam dalam. Lalu menghembusnya perlahan. Menatap lurus kedepan, dimana ia bisa melihat lalu lalang orang orang, baik yang berjalan kaki, maupun yang berkendara.
.
.

'Andai saja dalam keramaian itu ada 'dirimu'
Tentu saja mataku tak akan berhenti mencari dimanapun keberadaanmu. Hanya dengan mengingatmu berada dalam keramaian dihadapanku saja sudah membuat jantungku berdegup tak karuan.
Apalagi harus membayangkan jika ternyata dari sana 'dirimu' sedang menatap keberadaanku juga.'

Risa memejamkan matanya sebentar, lalu kembali melihat jalanan itu. Ia tersenyum mengingat bahwa barusaja dia sudah berandai andai akan kehadiran 'dirinya' di dalam keramaian itu

"Astaghfirullah"
Risa berucap istigfar ketika sadar bahwa rindunya sudah semakin tak terkendali. Hingga dia tanpa sadar sudah mengandaikan sesuatu yang mustahil terjadi.

Risa beralih menatap kertas disignnya. Mulai menggerakkan pencil di atas kertas itu. Tangannya begitu lihai menuangkan ide dalam fikirannya kepermukaan kertas putih tersebut
.
.
.

Setelah 1 jam berlalu, risa tersenyum menatap hasil disignnya. Menaruhnya kedalam mab, dan melatakkan map tersebut dengan susunan map lainnya di ujung meja kerjanya.

Risa menatap jam yang melekat di pergelangan tangannya. "Hufhh... Sepertinya ini hampir jam makan siang. Kebiasaan, pasti ira lupa lagi mengingatkan jadwalku kembali."
Risa terburu buru menggapai tas dan handphonnya. Lalu segera membuka pintu dan keluar, ia akan menemui ira. Dan bertemu kliennya.

Terpaut Akan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang