Akhirnya...

716 65 7
                                    

"Mbak Yuna, Mbak Lia? Tolong tata sarapannya di meja makan ya, saya mau bangunin anak-anak dulu." Pinta Yeonjun sembari mematikan kompor, ia bergegas menuju kamar ketiga anaknya setelah mendapatkan anggukan dari dua gadis tersebut.

Pagi ini terasa begitu tenang bagi Yeonjun karena ketiga anaknya masih terlelap. Ketiganya memang tidur cukup larut semalam, tak heran jika mereka bangun lebih lambat. Namun Yeonjun bersyukur karena bisa merasakan ketenangan walau hanya sesaat.

"Selamat pagi istriku sayang." Sapa sang suami yang baru saja keluar dari kamar. Pria gagah nan tampan tersebut lantas bergegas menghampirinya dan menggendongnya seperti koala.

"Ih, ngapain digendong kaya gini sih? Turunin! Malu kalau dilihat sama anak-anak." Ujar Yeonjun sembari menyentil dada sang suami, rona merah merambati pipinya.

"Ya emang udah lihat! Itu mereka." Tunjuknya pada ketiga bocah yang berdiri tak jauh dari mereka, sontak saja membuat Yeonjun langsung meloncat dari gendongan.

"Eh, anak-anak Mami udah pada bangun, baru aja mau Mami bangunin." Ujar Yeonjun sembari menghampiri ketiga anaknya yang masih bermuka bantal, bahkan jejak ingus yang sudah mengering masih terpampang di wajah Hueningkai.

"Papi sukanya gitu deh. Kalau kita minta gendong, katanya sakit punggung. Giliran Mami digendong sambil dicium-cium." Ujar Beomgyu dengan wajah masam.

"Loh? Kalau buat gendong Mami kalian sakitnya langsung hilang." Ujar Soobin dengan senyum mengejek, sontak saja membuat ketiga anaknya merengek.

"Ningning hidungnya masih tersumbat gak?" Gelengan kepala si bungsu membuat Yeonjun merasa lega, pasalnya semalam sang anak terus mengeluh jika hidungnya tidak berfungsi semestinya.

"Tapi tadi malam Ningning belnafasnya pakai mulut."

"Huweek!"

"Loh? Adek kenapa?" Soobin dan Yeonjun mendadak panik saat Taehyun tiba-tiba mengeluarkan suara khas orang muntah.

"Adek jijik lihat ingusnya Ningning!" Tunjuknya pada ingus yang sudah mengering di pipi saudaranya.

"Oalah, Mami kira kenapa, Dek. Kalau gitu Adek sama Abang ke ruang makan dulu ya sama Papi. Mami mau bantu Ningning bersihin ingusnya." Kedua anaknya mengangguk patuh.

"Papi, mau gendong. Kita masih ngantuk, nanti takutnya ngegelundung pas turun tangga." Ujar Beomgyu sembari menarik kecil celana sang Papi.

"Ya udah, karena suasana hati Papi lagi baik, Papi gendong ke ruang makan." Kedua anaknya langsung memekik senang.

"Ih, pipinya Adek kok merah lagi sih? Digigit nyamuk ya?"

"Di kamal ndak ada nyamuk, Papi. Adanya Abang!" Ujarnya dengan nada kesal.

"Hah? Maksudnya?"

"Pipinya Adek habis Abang kenyot, soalnya chubby, terus empuk." Ujar Beomgyu sembari mencolek pipi sang adik, membuat sang empu langsung mencondongkan tubuhnya untuk menghindar.

"Ini mereka bertiga harus pisah kamar deh kayanya, bahaya soalnya kalau si Abang sekamar sama si Adek lama-lama." Batin Soobin.
























"Abang? Ayo bantuin Adek cali belalang." Pinta Taehyun sembari menepuk-nepuk punggung sang Kakak yang sedang tidur tengkurap bersama si bungsu.

"Ngapain cari belalang panas-panas gini? Mending Adek bobo sini bareng Abang sama Ningning." Taehyun menggelengkan kepalanya, ada rasa pensaran yang merambati pikiran setelah membaca buku yang berada dipelukannya.

"Siput atau cacing aja, Tyun. Ningning sama Abang punya banyak!" Ujar si bungsu dengan bangganya, namun bukan kedua hewan itu yang diinginkan.

"Ndak mau, maunya belalang." Rengeknya sembari duduk di samping Beomgyu, berharap sang Kakak mau menuruti keinginannya.

Keluarga Bapak Soobin [2nd Book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang