Pertemuan Kedua₊✮⸜ ༘⋆

380 21 1
                                    

Bastian keluar dari supermarket dan menghampiri Jenny yang duduk di kursi yang ada didepan supermarket tersebut, sekarang sudah lumayan malam, sekitar jam 10 an, festival belum berakhir tapi mereka berdua meninggalkan acara lebih awal. Terlihat Jenny yang sedang mengirimkan pesan pada Elsa terkait dirinya yang harus pulang lebih awal, bersyukur Elsa tidak terlalu mempermasalahkan walaupun dia sempat khawatir karena tiba-tiba Jenny menghilang.

Bastian memberikan air mineral itu pada Jenny setelah membukakan tutup botolnya. "Makasih kak." Ucap Jenny sambil berusaha tersenyum.

Cukup lama  mereka berada disana, Bastian membiarkan Jenny menenangkan dirinya, tidak mau menanyakan apapun selain gadis itu mengatakan sendiri.

"Dia mantan pacar gue." Ucap Jenny yang membuat Bastian menoleh. Sebenarnya Bastian sudah menebak kalau hubungan mereka tidak sederhana, entah apa alasan Jenny putus, yang terjadi sebelumnya sama sekali tidak bisa di benarkan apalagi Jenny mengalami pemaksaan. "Sebelumnya gue putus sama dia dengan cara baik, dalam artian dia nggak akan rugi apapun kalo putus sama gue. Gue nggak mikir bakal sejauh ini di bertindak, karena emang kayaknya nggak mungkin. Dia udah ga suka sama gue, jadi wajar kalo gue mikir hubungan gue berakhir baik-baik aja, semuanya sudah selesai."

"Dia nyesel putusin lo."

"Nggak tau, gue malah berharap dia nggak pernah nyesel dan ngelanjutin hidup dia sendiri."

"Kapan aja dia bisa datang ke lo lagi."

Jenny mengangguk "gue juga ga tau harus gimana, dia terus ngajak gue balikan. Kita putus karena dia selingkuh, sebenarnya gue juga tau perasaannya waktu itu ke gue udah kosong, jadi gue nggak nyalahin dia kalo dia suka sama cewek lain."

Perbincangan mereka sangat lama dan dalam, mungkin karena Bastian anak psikologi jadi Jenny nyaman menceritakan banyak hal padanya. Bastian teman mengobrol yang baik, bagi Jenny dia kakak yang menjaga adiknya dengan baik.

"Gue punya saudara cowok, semester di bawah lo, jurusannya juga psikologi dan di kampus yang sama kayak gue. Kita banyak perbedaan walaupun saudara, tapi sifat itu bisa berubah menyesuaikan keadaan dan waktu. Mungkin lo kenal mantan lo orang yang baik dan lurus, tapi waktu bisa mengubah dia sesuai dengan lokasi dia hidup." Bastian menghisap rokoknya "gue juga punya cewek, ketimbang saling suka, gue cuma mempertahankan waktu yang udah gue habiskan buat dia. Sekarang gue lebih terbuka buat ngapain aja, sebelumnya gue say no buat ketemu bahkan sekedar boncengan motor sama cewek lain karena menghargai cewek gue. Setelah dia selingkuh, gue mulai bodoamat sama hubungan itu, gue nggak pernah ngajak putus, gue maafin dia walaupun pada akhirnya gue bakal sama aja kayak dia."

Jenny melihat ke arah Bastian "Bukannya hubungan lo toxic kak namanya?."

"Ya, lo ga salah kok. Tapi apa yang bisa gue harapkan lagi? semua orang bakal selingkuh pada waktunya, entah cuma memperhatikan atau lebih dari itu. Jen, hubungan itu ga selamanya sama, kadang ada rasa yang buat kita capek, posisinya sekarang udah sama-sama capek tapi kita cuma nggak mau hubungan yang udah kita jalin berakhir gitu aja."

"Apa sekarang aku jatuhnya kayak selingkuhan kak Bastian?."

"Pffttt hahahaha nggak lah, emang lo ngapain? kita cuma temenan, sejak awal lo juga udah bilang kalau mau cari temen kan?."

"Iya, tapi gue takut kalau jatuhnya selingkuhan."

"Nggak, tenang aja, lo sama kayak temen-teman gue juga, temen ga selamanya sesama jenis kan? lawan jenis juga nggak masalah. Ketimbang selingkuhan atau temen, sebenarnya kita lebih cocok seperti adek kakak, lo butuh perlindungan gue dan gue bakal lindungin lo."

Padahal baru dua kali mereka bertemu, tapi sejujurnya Jenny merasa sangat nyaman berada didekat Bastian. Tapi seperti yang Bastian katakan, Jenny tidak menganggap Bastian spesial, dia seperti kakak yang melindungi Jenny.

"Gue anterin lo balik, udah malem."

Jenny mengangguk dan beranjak dari duduknya mengikuti Bastian ke motor pria itu, Bastian benar-benar mengantarkan Jenny sampai didepan kosnya, sebelum masuk, Jenny lebih dulu pergi ke warung terdekat setelah Bastian pergi menggunakan motornya. Ada barang yang harus Jenny beli, warung kelontong biasa yang menjual kebutuhan keseharian, Jenny mengambil dua botol minuman berasa, satunya kopi dan satunya lagi minuman jeruk. Gadis itu juga mengambil roti tawar dan beberapa sosis. Jenny habis di berikan uang saku oleh kedua orang tuanya, jadi dia membeli bahan makanan yang dia inginkan.

"Jenny." Sebuah panggilan membuat jenny menoleh setelah membayar belanjaannya.

Langkah Jenny terhenti saat melihat Dikta berdiri disana setelah turun dari motor, bukan sengaja tapi hanya ketidaksengajaan karena kebetulan kos Dikta tidak jauh dari kos Jenny walaupun kalau jalan kaki lumayan capek juga, tapi masih dalam satu lingkup.

"Dikta."

"Gue nggak sengaja ketemu sama lo."

"Gue tau."

"Mau ngobrol bentar?."

Jenny melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Informasi juga, warung itu bukan 24 jam, kalau malam di jaga suaminya sedangkan kalau pagi di jaga istrinya. Sebenarnya jam 11 sudah di tutup kos Jenny, tapi hari ini khusus jadi Jenny memegang kunci pintu utama kosnya karena sudah ijin pada pemilik kos kalau dia ada rapat dan kemungkinan rapat memang pulangnya selalu lewat dari jam malam kosnya.

"Tapi gue cuma bisa bentar."

"Nggak masalah."

Mereka berdua duduk di salah satu warung kopi atau toko kopi, entahlah tapi masih buka jam segini, mereka tutup jam 12 malam atau kalau rame biasanya tutup lebih dari jam 12 malam.

"Lo mau pesen apa?." Dikta menyodorkan menu yang ada di tangannya.

"Lemon tea aja."

"Makannya nggak?."

"Nggak, gue udah makan." Sebanarnya  belum tapi Jenny mengatakan sudah agar tidak terlalu lama disana.

Setelah memesan makanan dan minuman, Dikta kembali duduk didepan Jenny, pria itu memperhatikan Jenny lekat-lekat. "Gue minta maaf soal kejadian waktu itu, gue tau gue salah, ga seharusnya gue gitu ke lo."

"Nggak papa kok."

"Lo maafin gue?."

"Gue udah lupain kejadian itu, jadi nggak usah ngerasa ga enak ke gue."

"thanks Jen."

"Lo ngajak ngobrol cuma buat itu?."

"Itu salah satunya, gue masih mau temenan sama lo."

"Temen?."

"Iya, Gue rasa cukup cuma jadi temen, jadi ga masalah."

Jenny tersenyum dan mengangguk.

Pesanan mereka pun tiba, Dikta memesan makanan sedangkan Jenny hanya minuman. Yang tidak Jenny sukai dari Dikta itu cara makannya yang kecap dan berantakan, Jenny tau kalau Dikta anak crazy rich tapi melihat cara makannya, ga semua crazy rich tau cara sopan santun di meja makan.

Jenny hanya meneguk minumannya tidak nafsu karena melihat cara makan Dikta, "gue putus sama cewek gue." Ucap Dikta yang membuat jenny mengalihkan pandangannya pada Dikta.

"Kenapa?."

"Menurut lo kenapa?."

"Nggak tau, biasanya selingkuh, atau emang ga suka LDR."

"Selingkuh, dia selingkuh sama sahabat gue, gila kan?."

"Lumayan, gapapa lo berhak dapet yang lebih baik dari itu kan."

"Contohnya lo?."

"Ha? enggak."

"Gue berharap dapet cewek kayak lo." Dikta tersenyum pada Jenny.

₊✮⸜ ༘⋆

All My Love Is Gone - KELAS Vol.2✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang