Gone⊹ ࣪ ˖ 𓇢𓆸 ⊹ ࣪ ˖

443 22 2
                                    

Perasaan itu memang bisa dikendalikan, namun takdirlah yang tidak bisa di kontrol sejak awal. Kenyataannya kehidupan berjalan seperti seharusnya, yang katanya Sena akan mengakhiri pertunangannya, itu hanyalah sebuah kalimat penenang biasa, kejadian itu seakan tidak pernah terjadi sebelumnya. Sena dan Jenny tetap menjadi dua orang asing yang tidak pernah berhubungan.

Jenny cukup berterima kasih karena Sena membukakan pikirannya bahwa kali ini Jenny harus lebih sayang pada dirinya sendiri dan menghabiskan waktu terbaiknya untuk bersosialisasi bersama sahabat dekat dan menikmati kehidupan pribadinya. Manusia tidak bisa mengontrol manusia lain, terutama perasaan, Jenny tidak bisa memaksakan perasaan sukanya pada orang lain, begitupun sebaliknya.

Semester 4 dilalui dengan penuh pelajaran, dari hal-hal paling menyakitkan hingga paling menyenangkan. Namun semua hal yang telah terjadi merupakan bagian dari hidup, jika Jenny tidak melalui hari-hari itu maka hari ini dia akan tetap berada di tempat yang salah. Tidak ada yang perlu disesali semua hal yang telah terjadi, hal paling penting adalah tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Jenny sudah tidak lagi aktif organisasi di kampus seperti sebelumnya, dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk kuliah dan bermain dengan Nadine atau teman-temannya yang lain. Ada banyak hal yang bisa dia lakukan selain bertemu orang random melalui media sosial, Jenny merasa bahwa begitu lebih baik sehingga dia tahu ada orang di sekitarnya yang bisa menjadi teman baiknya, tidak perlu mencari jauh dan mengenalkan dirinya dari awal lagi.

Jenny tersenyum simpul sambil masuk kedalam mobil Jenderal, sudah beberapa bulan sejak kejadian terakhir tangisannya karena Sena. Jenderal senang karena wanita yang dia sukai sekarang lebih cerah dari sebelumnya, Jenny tidak lagi membahas mengenai Sena maupun pria lain yang sedang dia temui, Jenny lebih banyak bercerita tentang dirinya sendiri yang membuat Jenderal merasa hidup dalam kehidupan Jenny.

"Jadi apa cerita yang lucu hari ini?." Jenderal memasang sabuk pengaman sambil sesekali memperhatikan Jenny yang duduk nyaman di sebelahnya.

"Tidak ada." Namun Jenny tersenyum, tandanya memang ada yang lucu tapi tidak ingin dikatakan pada orang lain.

"Dekat sama cowok lagi?."

Jenny menatap ke arah Jenderal dengan wajah kesalnya yang membuat Jenderal malah tertawa, tanda bahwa tidak ada yang dekat dengan Jenny selain dirinya. Memang kampus mereka berbeda, namun Jenderal selalu punya banyak waktu untuk menemui Jenny. Tidak ada hal spesial di antara mereka berdua selain sahabat, Jenny juga sadar bahwa Jenderal masih menyukainya, tapi selama hubungan mereka baik-baik saja, Jenny tidak pernah memikirkan hal itu karena baginya Jenderal masih sama, sama seperti posisi Nadine dalam hidupnya.

"Kenapa nggak lo aja yang deket sama cewek?."

Jenderal tersenyum tipis sambil terus fokus pada jalanan, "Udah, gue udah deket sama cewek."

"Mana? lo nggak pernah kenalin ke gue dan Nadine."

"Masih rahasia, kan belum jadi pacar."

"Lo harus kenalin biar ga salah paham sama hubungan pertemanan kita."

"Ntar aja kalo udah waktunya, gue juga ga yakin bakal jadian sama dia."

"Terus?."

"Kayaknya dia nggak suka gue."

"Lo kan baik, masa sih nggak suka?."

Jenderal menoleh ke arah Jenny saat bersamaan dengan mobil mereka yang berhenti di lampu merah, "Kalo menurut lo, lo bisa suka sama gue karena gue baik nggak?."

"Itu kan beda, lo baik ke gue karena kita sahabat."

"Emang ada ya sahabat antara cowok dan cewek?."

"Ada, kita."

Jenderal tersenyum dan kembali melajukan mobilnya, "Ya lo bener, kalau suatu hari nanti lo dan gue nggak ada pasangan dan posisinya harus menikah, lo mau nggak nikah sama gue aja?."

"GA!."

"Hahahahah gue bakal jadi suami yang baik, lo kan bilang gue baik."

"Ya tapi ga jadi pasangan lo juga."

Mobil Jenderal tiba di basement mall yang menjadi tujuan mereka berdua, Jenderal dan Jenny memang datang kesini sudah janjian dengan Nadine. Tapi mereka berdua tidak tahu kalau ternyata Nadine membawa pacarnya juga, pantas saja Nadine tidak mau ditawari jemputan.

"Kenalin, ini Abim, cowok gue." Ucap Nadine tanpa bersalah, karena sejujurnya Jenny juga terkejut karena Nadine punya pacar secara tiba-tiba.

"Abim."

"Jenderal."

"Jenny."

Sebelumnya berniat tiga orang, malah jadi posisi double date. Jenny dan Jenderal mengikuti Nadine dan Abim yang jalan berdua di depan mereka.

"Mau kesana nggak? biarin Nadine sama cowoknya." Ucap Jenderal yang membuat Jenny melihat kearah yang Jenderal tunjuk.

"Boleh."

Akhirnya mereka berpisah, Jenny bersama Jenderal menuju ke salah satu kedai es krim. Sedangkan Nadine dan Abim entah kemana perginya, mereka berdua tidak peduli lagi karena sejujurnya Jenny dan Jenderal juga kesal karena Nadine tidak pernah menceritakan kalau wanita itu sudah punya pacar. Abim yang entah didapat darimana, karena takutnya Nadine ketemu orang yang salah seperti sebelumnya karena pertemuan melalui dating apps.

"Coklat." Jenderal memberikan es krim yang Jenny inginkan kepada pemiliknya.

"Thanks, berapa?."

"Nggak usah."

"Nggak mau ngutang, kalau gitu ntar gue yang ganti beliin."

"Suka-suka lo deh."

Tidak semua ending berakhir dalam kalimat bersama, ada kisah lain yang seharusnya bisa menjadi ending terbaik dalam hidup manusia. Menerima kenyataan dan bahagia adalah ending terbaik yang sesungguhnya. Kisah romansa dengan akhirnya kebersamaan hanya ada dalam sebuah novel, manusia tidak hidup dalam novel seperti itu. Apalagi saat ini banyak kisah bukan hanya kisah romansa, berbagai macam genre yang bisa menjadi patokan dari kehidupan manusia.

END

Cerita ini, tidak memiliki ending dengan siapa dan harusnya bersama siapa. Terima kasih sudah membaca cerita ini, maaf jika panjang banget sampai berada di ending yang tidak di inginkan semua orang dalam sebuah kisah romansa.

terimakasih dan sampai jumpa di cerita yang lain.

All My Love Is Gone - KELAS Vol.2✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang