PROLOGUE

910 48 26
                                    

CHARACTERS:

Kim Jina - Jane Fletcher (Im Jean) [Mirror Image]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Jina - Jane Fletcher (Im Jean)
[Mirror Image]

Kim Jina - Jane Fletcher (Im Jean) [Mirror Image]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ahn Taehyung Rutledge

Ahn Taehyung Rutledge

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Jungkook

﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏
PROLOGUE:

Bahkan salju turun terlalu deras. Siang yang hangat lenyap dari harapan. Siapa saja akan segan keluar tanpa ada kepentingan. Dari balik kaca berembun mengaburkan pandang pada pepohonan terpopok salju―warna putih telah mendominasi sekeliling di luar sana. Mobil yang ditumpanginya melaju hati-hati kendati tengah terburu. Perintah tetaplah perintah. Orang seperti ia dan sang sopir di kursi depan, tak sepantasnya memprotes tugas. Berkat mantel dengan warna cokelat memudar badannya terlindung, walau sama saja di dalam mobil tertutup aman dari udara luar. Namun ia tidak hanya akan diam duduk menunggu pekerjaannya beres sendiri.

Jalanan licin membuat roda mobil menggelincir tidak pasti dan memengkol-mengkol. Atau sebab sang sopir belum ahli?

“Oh sial, jalan utama telah ditutup.” Ada keuntungan dari radio penyiar yang terus dibiarkan mengoceh memecah hening.

“Kita harus sampai pukul satu, tidak bisa lebih dari itu.” Dengan khawatir, ia tahu pasti jika mereka telat ke tempat tujuan, segalanya akan lebih buruk dari badai tadi pagi.

Tidak ada lagi obrolan, keduanya sama-sama tahu konsekuensi yang ditakutkan. Ketika mobil tiba di persimpangan, jika ke kanan mengarah pada jalan utama yang ditutup, ke sana tidak lagi menjamin mereka bisa lewat. Maka si pengemudi mengambil jalur kiri, mereka akan sampai mungkin tepat waktu, seminimnya, itu pun dengan kecepatan dinaikkan dari sebelum. Menambah kadar bahaya.

Tiada mobil lain yang lewat, barangkali orang-orang tidak berniat menerobos sisa badai tadi pagi. Langit tampak gelap dan hutan di sisi kanan-kiri. Ia menggigil takut saat roda mobil melaju membuat tubuhnya yang anteng bergoyang. Tidak ada petugas untuk mengeruk salju menumpuk di jalanan. Hujan masih belum terlalu reda hingga terlalu riskan adanya badai susulan.

Ia tengah berpegangan erat pada tali pengaman ketika laju mobil melambat. Atensinya mengarah ke depan menembus kaca yang lebih terang ketimbang di kedua sampingnya. Sejarak tiga meter dari moncong mobil terdapat setumpuk salju tinggi dan seperti sengaja membendung jalan. Namun merasa sekeliling mereka begitu sepi, tidak mungkin orang iseng di tengah kedinginan ini, itu pun bukan ulah dari pohon yang tumbang.

Laju roda lambat mendekatkan lagi sebelum dihentikan, sang sopir tidak mematikan mesin saat keluar dan hawa dingin menerobos ke dalam biarpun cepat-cepat pintu itu ditutup kembali. Ia tidak mendengar dari bibir di luar yang mengepulkan uap. Namun saat pandangnya menuju kembali ke tumpukan salju di depan, dan butuh dua ketukan kesadaran untuk menyadari munculnya percikan api sebelum ledakan seperti gunung erupsi terjadi. Dua detik tidak bisa membuatnya lari. Ledakan dahsyat menimbulkan serangan pecahan kaca dari depan, ia cekatan membuka pintu dan mobil berakhir turut meledak untuk kedua kali. Seperti gunung api yang memuntahkan lava, salju-salju memuncrat, begitu kemudian api melahap-lahapnya sembari di hujani titik-titik putih dari langit tidak lekas memadamkan. []

[A/n]
tenang, ini romance yang santai. lanjut chapter satu jika ada yang minta untuk dikenalkan dengan mr. rutledge.

𝐓𝐚𝐫𝐠𝐞𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang