0| Memperkenalkan

1.7K 203 24
                                    

1. Sekar Widari (1910-1976)

"Perempuan berhak merdeka di atas kakinya sendiri! Tolong jaga ucapanmu dan bukalah pikiranmu, Soeria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perempuan berhak merdeka di atas kakinya sendiri! Tolong jaga ucapanmu dan bukalah pikiranmu, Soeria. Bagiku, semua manusia itu setara, baik perempuan atau laki-laki."

2. Peter Egbert (1909-1973)

"Jika Tuhan benar-benar ada dan kehidupan kedua itu nyata, maka aku ingin terlahir di sebuah zaman yang lebih baik dari sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika Tuhan benar-benar ada dan kehidupan kedua itu nyata, maka aku ingin terlahir di sebuah zaman yang lebih baik dari sekarang. Aku ingin terus mencintainya, aku ingin memiliki dia sepenuhnya."

3. Rusdianto (1910-1989)

"Bulan selalu mengingatkanku kepadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bulan selalu mengingatkanku kepadanya. Indah, terang, namun tak mampu tanganku jangkau. Akan kuawasi dia dari sini. Biar kulihat bagaimana ia berjaya di atas segala pengorbanan yang dirinya perjuangkan."

4. Soemitra Soeriaatmadja (1905-1974)

"Akan kupastikan bahwa anak cucu kita nanti dapat menikmati damainya dunia tanpa penjajahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akan kupastikan bahwa anak cucu kita nanti dapat menikmati damainya dunia tanpa penjajahan. Ambillah resikonya, Wid, maka akan kubantu 'tuk wujudkan cita-cita muliamu itu."

-----

DISCLAIMER!!!

● Cerita ini hanya karangan fiktif semata. Jika ada kesamaan atau terdapat ketidaksesuaian dengan catatan sejarah, semoga para pembacaku yang bijak dapat memberikan pemakluman
Tokoh Sekar Widari terinspirasi dari salah satu pejuang kesetaraan wanita di Indonesia yang bernama Soewarni Pringgodigdo
Apabila saat membaca cerita ini pembaca teringat pada suatu kisah atau riwayat hidup seorang tokoh, maka tidak menutup kemungkinan jika referensi penulisannya memang diambil dari sana

-----

Yak, halooooo! Salspisang di sini!

Setelah menyelesaikan Paradoks yang dibuat untuk mengikuti sebuah kompetisi kepenulisan dan berlatar di tahun 1980-an, aku ingin mencoba membuat cerita dengan genre serupa walau kali ini tahun kejadiannya mundur jauh ke era pra-kemerdekaan.

Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian disclaimer di atas, cerita ini merupakan karya fiksi yang banyak sekali 'diolah' dan dibumbui drama😂

Semoga warga Pis-U semua suka sama ceritanya~

Ditulis dalam sudut pandang orang ketiga, yang mana akan sedikit berbeda dari cerita-ceritaku sebelumnya

Sudah ada 2 part pembuka di bawah, selamat membaca~

W I D A R ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang