CHAPTER 51
Sepulang sekolah, Zevannya menepati janjinya, tidak berniat untuk menghindari lebih lama. Mereka janjian untuk bertemu di kafe yang tak jauh dari sekolah.
Zevannya sudah terlihat lebih tenang dari sebelum nya. Ia tetap menyambut Revangga dengan senyum dan tatapan lembut nya. "Kita makan dulu ya? Aku udah pesen soalnya" ujar Zevannya dengan lembut.
Revangga tidak menanggapi. Ia menunggu sembari bermain ponsel, sesekali melihat ke arah luar melalui jendela di samping nya. "Siap ini kamu mau kemana?" Tanya Zevannya yang sedari tadi hanya mengamati calon mantan pacar nya itu.
"Ngumpul sama temen" balas Revangga singkat. Selanjutnya, keduanya sama-sama terdiam hingga pesanan datang. Mereka juga langsung makan tanpa banyak bicara.
15 menit kemudian.
Akhirnya keduanya selesai makan. Zevannya berulang kali mengatur nafas nya. Ia kembali menatap Revangga yang seakan menunggunya bicara lebih dahulu.
".. I want to ask one more time, kamu .. memang mau putus?" tanya Zevannya dengan suara pelan. "Menurut lo gue main-main?" balas Revangga dengan suara datar nya.
"Jujur, sebenarnya ini terlalu tiba-tiba buat aku. Tapi aku paham, situasi saat ini memang ga memungkin kan buat kita tetep jalani hubungan ini," Zevannya berhenti sejenak.
"Aku menghargai keputusan kamu yang mau berhenti dari hubungan kita saat ini, aku ga ada hak buat ngelarang kamu, apalagi kamu anak satu-satu nya. Pasti orang tua kamu berharap besar buat kamu,"
"em .. aku mau bilang makasih banyak buat dua tahun ini, aku bahagia banget karena ada kamu. Maaf kalau misalkan aku banyak ngatur kamu, ngelarang kamu selama ini. Bukan karena aku ngerasa aku hebat, tapi aku ga pengen kamu nerima resiko yang besar,"
".. aku sayang banget sama kamu. So if you feel like I've been too restrictive to you all this time, I'm sorry. Sejujurnya aku cuman ga mau kamu kenapa-napa"
Zevannya terdiam kembali, seakan memberi Revangga kesempatan untuk bicara. Namun lelaki itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Setelah ini, baik aku atau kamu bebas ingin lanjut sama siapa aja. Tapi janji ya? Sama-sama kenalin" tutur Zevannya kembali. Mendengar kalimat itu Revangga mengalihkan tatapan nya ke arah lain. Secuil rasa bersalah hinggap di hatinya.
"Yaudah kita balik ya. Tapi .. boleh ga aku peluk kamu untuk terakhir kalinya?" Zevannya mengecil kan suaranya dikalimat terakhir. Namun masih dapat didengar Revangga.
Keduanya berdiri, seakan ingin meninggalkan kafe. Zevannya mengira Revangga tidak mendengar nya, jadi ia hendak berjalan dahulu. Tetapi sebelah tangan nya ditarik oleh Revangga, lalu tanpa bisa bereaksi lebih dulu, ia merasa pergerakan nya dikunci oleh tangan lelaki itu yang melingkar di pinggang-nya.
Sial! Rasa takut kembali menyerang nya. Bagaimana jika tidak ada Revangga? Apa ia akan kesepian seperti dulu? Tidakkah ia boleh tetap disamping Revangga? Bohong jika ia bilang ia merasa baik-baik saja dengan segala situasi ini.
Ia butuh Revangga.
"Walaupun aku udah ga ingatin kamu lagi, jangan sering-sering ngevape ya, jangan suka ngebut-ngebut di jalan, jangan suka pulang larut malam, jangan suka balap liar,"
"Janji ya saling ngenalin dengan siapapun nanti kita jadinya? Jaga diri baik-baik. I love you sayang"
FLASHBACK OFF.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit.
Teen FictionMemang benar cinta banyak tantangan. Tapi bukan berarti kita ga mampu?! Gerald dan Mikha hanya 2 remaja labil yang saling terjebak dengan banyak nya kondisi dan perasaan yang silih berganti. Spoiler : "A*jing" umpat Gerald. Davendra Gerald Alaskar...