♦♦♦
Di tempat yang sangat hancur dan tidak ada satupun mahluk hidup selain mayat saja.
Mayat itu tidak normal karena mereka adalah manusia tapi disaat yang sama juga bukan manusia.
Di tengah tumpukan mayat itu seseorang berdiri dan menatap sekitarnya dengan tatapan kosong.
Rambutnya sudah menjadi kusut karena darah dan wajahnya sudah tidak bisa dikenali karena darah yang menutupinya matanya dipenuhi dengan banyak emosi yang bercampur seperti senang, marah, sedih, kecewa dan lain sebagainya.
Dia menatap sekelilingnya sebelum akhirnya sebuah kata-kata keluar dari mulutnya.
"Perang sudah berakhir dan sekarang hanya aku yang tersisa." Dia menatap langit malam yang indah dengan bulan merah bersinar menghiasi langit bersamaan dengan bintang-bintang.
"Heh tidak ku sangka kalian berbohong padaku tapi… Kurasa… Berbohong sesekali juga tidak apa-apa."
"Yah aku telah memenuhi janjiku tapi kalian malah pergi meninggalkanku sendirian disini." Sejenak dia menatap mayat-mayat yang ada dibelakangnya dan itu adalah mayat teman-temannya.
"Semuanya sudah berakhir jadi biarkan aku pergi ke tempat kalian berada." Dia kemudian mengeluarkan pedang miliknya dari sarungnya dan hendak menusuk jantungnya sendiri sebelum... Beberapa tangan transparan muncul dan menghentikannya.
"Tidak kamu masih belum boleh." Ucap salah satu sosok wanita berambut putih pendek dan mata biru itu mencoba untuk menghentikannya dari aksi bunuh dirinya.
"Hahaha! Dia benar! Kamu masih belum boleh pergi ke sini sebelum kamu memenuhi janjimu padaku!" Sosok pria berbadan besar rambut coklat dan mata coklat tertawa dan melarangnya sebelum janjinya terpenuhi.
"Tapi… Kenapa? Aku… A-aku sudah memenuhi janjiku tapi kenapa aku tidak bisa pergi ke tempat kalian berada? Kenapa?" Dia bertanya pada teman-temannya dengan suara gemetar dan sebuah air mata keluar dari sudut matanya.
"Itu karena masih belum waktunya untuk kamu pergi." Sosok wanita berambut hitam dan mata hitam dengan tiga bekas luka bakar kecil di bawah mata sebelah kirinya muncul dan memeluknya dari belakang.
"Tidak…"
"Aku memang benci untuk mengakuinya tapi untuk kali ini aku setuju dengannya." Ucap sosok pria tinggi berambut pirang dan mata hijau zamrud didepannya dengan tangan bersilang.
"T-tidak… T-tidak kalian sangat tidak adil! Kalian pergi meninggalkanku sendirian dan sekarang… S-sekarang…" Dia sudah tidak bisa menahannya dan mulai menangis di dalam pelukan wanita berambut hitam dan dia mempererat pelukannya.
"Hidup memang tidak adil jadi kamu harus membiasakan dirimu."
"Kurasa itu memang benar dan sepertinya waktu kita sudah tidak banyak." Pria berambut pirang menyadari jika tubuhnya mulai memudar yang menandakan waktunya sudah tidak banyak.
"Ah sial padahal aku ingin menghabiskan waktu sedikit lebih banyak daripada ini."
"Haha hal itu memang sangat disayangkan." Ucap wanita berambut hitam yang melepaskan pelukannya.
"K-kalian sudah akan pergi?"
"Aw ayolah kawan kamu seorang pria jadi jangan berekspresi seperti itu!"
"Ahaha sebenarnya kami memang ingin tinggal sedikit lebih lama tapi sepertinya itu tidak memungkinkan."
"Jangan terlalu sedih karena meskipun kami mati kami masih akan selalu hidup didalam hati dan ingatanmu."