Kamu Berharga

32 1 0
                                    

Galang Pov

Sepulang dari rumah Agatha, pikiranku masih saja terfokus pada masa lalu Zea yang begitu kelam.
Bagaimana mungkin dia masih bisa tertawa, bercanda padahal jauh di hatinya tersimpan trauma yang begitu menyayat hatinya.

Ku rebahkan punggungku di atas ranjang tempat tidur ku sembari menscroll foto-foto Zea yang pernah dia kirimkan untukku.
Aku tersenyum melihat potret Zea yang tersenyum manis.

Aku tersenyum melihat potret Zea yang tersenyum manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu tetap berharga bagiku Ze" kataku lirih.

Disaat aku melihat-lihat gambar lainnya, aku berinisiatif untuk menghubungi Zea.
Baru dua kali berdering, Zea pun mengangkatnya.

"Hallo Ze, hari ini kamu...." Kataku terpotong.
"Lang, tolong aku" suara Zea terdengar parau di tambah isak tangisnya semakin membuatku kalut.
"Ze, posisi ?" Tanyaku
"Rumah semalam" aku langsung menyambar jaketku dan segera pergi ke tempat Zea.

Ibuku sempat menanyaiku ketika aku berpapasan dengannya di ruang tamu.

"Galang mau kemana kamu nak ?" Tanya ibuku

"Ke rumah Zea bu, Zea dalam bahaya"

"Siapa Zea. Pacarmu ya ?"

"Iya do'a kan. Ceritanya nanti saja. Bye Bu"

Aku hanya mengacungkan jempol ketika Ibuku berpesan untuk hati-hati.

Di sepanjang jalan, aku terus merapalkan do'a semoga Zea baik-baik saja, semoga Zea tidak nekat dan semoga aku bisa mengatasinya.

20 menit aku sampai di kediaman Zea. Aku langsung berlari dan masuk rumah tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Aku meneriaki nama Zea dengan brutal namun tak ada jawaban.

Hingga aku melihat sebuah kamar yang tertutup bertuliskan Frederica Zea M yang ku yakini itu adalah kamar Zea. Ketika aku memutar knop nya ternyata terkunci dari dalam.

Prang...

Terdengar suara benda jatuh dari dalam kamar Zea. Aku langsung memanggil-manggil nama Zea namun tak ada sahutan, hanya terdengar suara isak tangis.

Dengan terpaksa aku mendobrak pintu kamar Zea agar terbuka. Aku hanya takut Zea menyakiti dirinya sendiri.

Dua kali hentakan akhirnya pintu itupun terbuka. Aku terbelalak melihat kondisi kamar Zea. Kaca yang tingginya kisaran 2m itu pecah dan barang-barang milik Zea benar-benar berantakan seperti habis terkena badai.

Ku lihat Zea duduk dengan memegangi lututnya di pojokan kamar.
Kondisi Zea tak kalah buruk, di lengan dan dadanya terlihat bekas cakaran tangan hingga memerah.

Ketika aku hendak menyentuhnya, Zea langsung berteriak.

"JANGAN SENTUH AKU. PERGIII" teriaknya

Zea memukuliku dengan brutal hingga lenganku juga ikut tergores oleh pecahan kaca yang Zea pegang.

ANXIETYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang