Takdir Semesta

201 26 0
                                    

Air susu dibalas air tuba. Sebuah pepatah yang senantiasa mengingatkan kita untuk berhati-hati saat berbuat baik kepada orang lain.

Sebuah petaka terjadi saat pemuda berambut putih itu tengah membantu sang ibu untuk menjemur pakaian, sebuah kesalahan yang amat fatal dalam hidupnya.

Pada awalnya, ia tak sadar bahwa ada seseorang yang mengawasinya sedari tadi. Dirinya terus melakukan pekerjaannya hingga ia mendengar ada suara bising dari salah satu pohon yang berhasil mengalihkan atensinya. Terdorong oleh rasa penasaran, ia pun mendekati suara tersebut.

Belum sempat ia menemukan apa yang menyebabkan suara bising itu, pandangannya sudah menggelap. Seorang pria memukul tengkuknya dengan cukup keras hingga dirinya tidak sadarkan diri, lalu kemudian muncul tiga pria lagi dari balik pepohonan.

"Ini pemuda yang mengobatiku tempo hari, aku yakin ia juga mampu mengobati komandan," ucap pria yang memukul tengkuk pemuda malang itu, salah satu rekannya pun mengangguk. "Aku tidak meragukan ucapanmu, dapat terlihat bahwa anak ini sangat berbakat dalam hal medis. Kita membutuhkan dirinya di barak."

"Ayo kita pergi, kita tidak boleh sampai terlihat oleh siapapun," ajak rekannya yang lain, mereka pun mengangguk dan segera mengangkat tubuh pemuda malang itu ke Jeep milik militer.

"Ku rasa komandan akan sangat marah jika mengetahui bahwa anak ini masih keturunan Belanda," ucap pria pertama, rekan yang berada di sebelahnya pun mengerdikkan bahu. "Setidaknya ia masih berguna, aku yakin komandan tidak akan sekejam itu untuk membunuh orang yang telah menyelamatkan nyawanya. Karena itu kita harus menyembunyikan hal itu."

"Semoga kau benar."

Jeep itu terus melaju di antara pepohonan hingga akhirnya tiba di barak militer yang berada di hutan, keempatnya langsung menggotong tubuh pemuda malang itu ke dalam tenda medis.

"Astaga, siapa yang kalian bawa ini?" tanya salah satu tenaga medis saat melihat keempatnya masuk dengan membawa orang yang tengah tidak sadarkan diri. "Dia adalah orang yang akan membantumu di sini."

Jawaban itu membuat tenaga medis itu menepuk dahi. "Kalian menculik seseorang untuk dijadikan tenaga medis di barak ini? Yang benar saja ...."

"Ayolah, lagipula hanya ada kalian berdua dan banyak di antara kita yang terluka parah sebab serangan tempo hari. Lagipula kemampuannya tidak dapat diragukan. Kabari kami jika ia sudah sadar, kami harus lanjut berpatroli."

Tanpa persetujuan dari pria yang bertugas sebagai bagian medis itu terlebih dahulu, keempatnya pergi dari tenda medis. "Yang benar saja mereka, menculik seseorang dari desa kemari."

Butuh beberapa lama hingga pemuda berambut putih itu siuman, ia meringis kecil sebab merasakan nyeri di tengkuknya. Pria yang sedari tadi diminta untuk mengawasinya pun segera memberikannya segelas air putih.

"Aku ... dimana?" tanya Ledib pelan setelah meminum segelas air tersebut, tenggorokannya masih terasa kering.

"Kau ada di markas kami. Tunggulah sebentar, biar aku panggilkan orang-orang yang bertanggungjawab atas hal ini," ucap pria berkacamata itu sebelum pergi keluar tenda. Tak lama kemudian, ia kembali bersama dengan seseorang yang nampak familiar di matanya.

"Kita bertemu lagi, Nak. Terima kasih sudah menolongku tempo hari dan maafkan aku karena telah membawamu ke tempat ini dengan cara yang seperti ini." Pria itu pun menghela napas. "Komandan kami terluka parah, kami juga kekurangan tenaga medis. Karena itulah kami membutuhkan bantuanmu, Nak."

Ledib pun menggeleng. "Apa yang kau harapkan dariku, tuan tentara? Aku bukanlah orang yang cukup berpendidikan, selama ini aku juga hanya belajar dari ibuku. Aku memang tahu hampir semua tumbuhan herbal, namun bukan berarti aku mumpuni dalam hal ini."

Pria itu pun terkekeh sebelum menepuk bahu rekannya. "Karena itulah Nakki akan mengajarimu beberapa hal kecil."

"Tunggu dulu, apa?" tanya pemuda berkacamata itu tidak percaya dengan ucapan rekannya itu, bagaimana bisa pria itu melibatkan dirinya juga dalam hal ini?

"Tentu saja engkau, siapa lagi? Kau yang paling berpengalaman di sini, jadi tentu kau yang mengajarinya beberapa hal."

"Kau ini benar-benar seorang bedebah, Lik."

T. B. C.

Saṃskṛtabhāsa [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang