Bisikan Asa

182 25 2
                                    

Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa sudah satu bulan pemuda berambut putih itu berada di markas militer itu. Sang komandan pun sudah berangsur pulih, namun sayangnya ia belum juga ada tanda-tanda akan siuman.

Saat ini pemuda berambut putih itu tengah membersihkan tubuh sang komandan dengan air hangat, penuh hati-hati ia mengelap tubuh itu dengan handuk agar luka yang berada di sekujur tubuhnya senantiasa bersih.

Ia berharap pria yang berada dihadapannya itu segera siuman sehingga ia bisa kembali ke desa, pasti kedua orangtuanya sangat khawatir tentang keadaan dirinya.

Akhirnya hari itupun tiba juga, tiba-tiba jemari pria itu bergerak. Dengan sigap ia pun mengambil air minum untuk pria itu, saat ini hatinya merasa senang bukan main.

Pemuda itu pun menyodorkan gelas itu kepada sang komandan dengan senyuman tipis. "Minumlah terlebih dahulu, Tuan."

Pria itu pun segera menengguk habis air yang ia berikan lalu mengembalikan gelas kosong kepadanya. "Siapa kau? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya."

Pemuda itu pun meneguk ludahnya gugup. "Aku Ledib, aku petugas kesehatan tambahan," jawabnya gugup, pria itu hanya mengangguk. "Pergilah, aku sudah tidak membutuhkan bantuanmu."

Entah mengapa rasanya sakit, dirinya sendiri pun tidak tahu mengapa hatinya merasa sakit. Bukankah yang dikatakan pria itu memang benar? Tetap saja langkahnya terasa berat untuk meninggalkan tenda sang komandan, yang mana tentu saja itu adalah hal yang aneh.

"Permisi, Paman? Komandan Ayon sudah sadar," ucapnya begitu tiba di tenda prajurit yang langsung membuat atensi semua orang yang ada di sana teralihkan kepadanya. Raut wajah bahagia terukir jelas, akhirnya komandan mereka telah siuman.

Beberapa prajurit pun segera keluar dari tenda, mereka sangat tidak sabar bertemu kembali dengan sang komandan. Kini hanya tersisa beberapa orang di dalam tenda, Ledib pun bersidekap dada. "Apakah dengan ini aku sudah bisa pulang, Paman?"

Pria yang menjadi alasannya ada di sini pun mengangguk. "Aku akan mengantarmu besok pagi. Tapi malam ini, kita semua harus berpesta sejenak mengingat ini juga malam terakhir ada di sini. Besok pagi kami sudah harus kembali ke pangkalan militer, kabarnya keadaan sudah aman."

Ah, mengapa dirinya merasa sedih atas kabar itu? Bukankah itu adalah hal yang baik?

Pria itu pun merangkul pundak pemuda itu. "Ayo kita lihat keadaan komandan, jangan pasang tampang aneh seperti itu."


T. B. C.

Saṃskṛtabhāsa [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang