3

296 22 5
                                    

Doyoung tak akan pernah melupakan pertemuan pertamanya dengan Taeyong. Tiap kali Doyoung teringat hal itu, ia tak pernah menyangka bahwa suatu saat Taeyong akan menjadi suaminya.

Siapa yang tidak mengenal Doyoung, Jungwoo dan Jaehyun. Ketiganya sudah terkenal sebagai sahabat baik semenjak duduk di bangku sekolah. Bagai kembar yang tak terpisahkan, mereka pun selalu bersama kemanapun mereka pergi. Tak terkecuali saat kuliah, secara ajaib mereka bertiga diterima di universitas dan jurusan yang sama.

Saat di tahun kedua kuliah, hubungan mereka bertiga sedikit berubah. Sebenarnya hanya hubungan Jungwoo dan Jaehyun saja, yang semula sebagai sahabat berubah menjadi sepasang kekasih. Selebihnya tak ada yang berubah, mereka masih selalu bersama kemanapun mereka pergi. Walaupun itu artinya Doyoung harus siap menjadi obat nyamuk.

Seperti saat ini, ia menatap jengah pada kedua sahabatnya yang sedang tersipu malu. Melihat telinga Jaehyun yang memerah, Doyoung bisa tahu jika keduanya kini tengah bergandengan tangan di bawah meja. Ingin rasanya ia kabur saja dari sini, jika tidak ingat dengan tenggat waktu laporan yang sudah sebentar lagi.

“Aku mau ambil minum lagi.”

Pada akhirnya Doyoung menyerah, ia pun bangkit dari kursinya sambil membawa botol minum yang telah kosong. Tak perlu menunggu persetujuan keduanya, ia melangkahkan kaki ke arah dapur rumah Jaehyun yang berada di lantai bawah. Ia sudah terbiasa berada di sini, hingga tak perlu arahan dari si pemilik rumah yang asyik berpacaran.

Sembari memggerutu ia mengisi botol air minum, hingga sebuah suara pintu yang dibanting mengagetkannya.

“Kamu kalo kayak gini terus gimana mau jadi orang, Taeyong.” Doyoung terkesiap, itu suara papa Jaehyun, Yunho. Sepertinya ia sedang memarahi kakak Jaehyun yang bernama Taeyong.

Jaehyun dan Doyoung mungkin sudah bersahabat lama dan saling mengenal orangtua masing-masing. Tapi Doyoung tak pernah sekalipun bertemu dengan kakak Jaehyun yang terkenal nakal dan berandalan. Jaehyun pun seakan tak mau repot-repot memperkenalkan kakaknya kepada dua sahabatnya itu.

“Ya ini kan aku udah jadi orang, Pa. Emangnya selama ini aku apa? Monyet?” Doyoung berusaha keras tidak tertawa mendengar jawaban Taeyong yang tengil. Tapi segera ia menyadarkan dirinya, ia seharusnya tidak boleh mendengarkan percakapan keduanya. Ia harus segera kembali ke kamar Jaehyun, tapi Doyoung tak bisa kemana-mana karena hanya ada satu jalan keluar. Dan tidak mungkin juga ia berjalan begitu saja melewati keduanya.

“Kamu itu ya, bisa aja ngejawab kalo papa bilangin. Taeyong…kamu mau kemana?”

“Kamu siapa?”Doyoung terlonjak saat sosok Taeyong tiba-tiba sudah berdiri di depannya.

Seakan membatu, Doyoung hanya diam saja sembari memperhatikan penampilan Taeyong. Taeyong yang menggunakan kaos tanpa lengan, memperlihatkan tato tato di lengannya yang tidak hanya ada satu jumlahnya. Belum lagi warna rambut Taeyong yang diwarnai dengan warna mencolok, jingga terang. Secara keseluruhan, ia mengenakan pakaian yang melekat dengan kesan berandalan pada otak Doyoung.

“Doyoung? Kamu di sini? Lagi ngerjain tugas ya?” Sapaan papa Jaehyun, memecahkan lamuan Doyoung. Buru-buru Doyoung mengalihkan perhatiannya dari Taeyong. Sadar ia mungkin saja membuat Taeyong tak nyaman.

“I-Iya, om. Lagi ngerjain laporan.”

“Oh, mata kuliah apa?”

“Ehmm..sebenernya bukan tugas kuliah sih om. Cuman kita bertiga diminta dosen buat ikut lomba gitu, jadi kita kayak disuruh buat rencana strategis bisnis buat perusahaan baru gitu.”

“Wahh…bagus dong itu. Kalian masih lama ngerjainnya?” Doyoung tiba-tiba teringat dua sahabatnya yang mungkin saja sekarang di kamar Jaehyun sedang saling merayu. Yah…sepertinya laporan mereka tidak akan selesai dalam waktu dekat.

Kembali PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang