9. Jihoon

78 11 3
                                    


.

.

.


"Gila,Hujannya deras,"

Jihoon yang setengah mabuk berkomentar,tapi ia tetap terkekeh merasakan rintik hujan jatuh membasahi tangannya.Hyunsuk sudah pulang lebih dulu daripada mereka,memutuskan memesan taksi—karena ia tak bisa menahan mata nya untuk terbuka setelah minum—sementara Jihoon dan Junkyu sepakat untuk berjalan menuju halte bus beberapa blok dari mereka berada ketika hujan turun deras.

Mereka berdua,sayangnya,benar-benar beruntung karena tak ada satupun dari Jihoon maupun Junkyu yang membawa payung,yang berakhir mereka tertahan di pinggir toko kelontong,berteduh dari hujaman hujan.

Junkyu merasa sedikit mabuk karena baik dia maupun Jihoon memang tidak terlalu toleran alkohol.Tapi ia senang,dan puas mungkin bertemu kawan lamanya setelah selama ini hanya berhubungan lewat telepon atau line,jadi rasanya tak masalah ia mentraktir minum dua sahabatnya—meskipun Junkyu harus tetap bekerja besok.

Ada sedikit harapan terselip kalau saja Haruto ada disana melengkapi mini squad mereka,tapi tak apa.Junkyu paham betul Haruto sangat sibuk dengan pekerjaannya.Lagipula masih ada banyak waktu,mereka bisa mengatur janji makan malam bersama lainnya setelah proyek Haruto selesai.

Junkyu rindu Haruto,omong-omong,dan sebuah cebikan kecil darinya tak luput dari perhatian Jihoon.

"Kalian benar-benar lucu," entah itu pujian atau bagaimana,Junkyu terlambat menyadarinya.

"Kalian saling melihat satu sama lain tiap hari,dan kau tetap merindukan si bawel itu?"

"Park Jihoon,aku tak melihat dia selama...14 jam,dan aku boleh secara hukum merindukan dia,"jawab Junkyu sarkas,sementara Jihoon tertawa jijik mendengarnya.Junkyu merotasikan matanya jengah.

"Rasakan sendiri dengan Hyunsuk-mu itu,"

"Benar-benar budak cinta ya..."ejek Jihoon,namun senyum di wajahnya terlihat lebih lembut dari biasanya.

"Hey,kau lihat lampu lalu lintas disana?aku buta tanpa kacamata,kalau kau ingat."

Junkyu memutar matanya jengah lagi,lampu merah Cuma berjarak 300 meter dari mereka.Hanya saja Junkyu juga tak berani menghujat Jihoon karena ia sendiri sedikit kesulitan melihat tanpa kacamatanya.

"Masih merah,kok."

"Well,nanti juga hijau. Mau balapan?" Park Jihoon memamerkan cengirannya. Junkyu mengangkat satu alisnya tapi sebuah cengiran muncul di wajahnya.

" Sampai halte bus?Oke,"

Junkyu setuju,sambil membetulkan sling bagnya untuk bersiap berlari begitu lampu untuk pejalan kaki berubah menjadi hijau. Biasanya Junkyu tak pernah melakukan hal se-sembrono dan kekanakan seperti ini tapi hey,ia perlu bersenang-senang juga kan dengan kawannya?

Jihoon disebelahnya membetulkan topi hitamnya dan melompat-lompat kecil diatas sneaker hitamnya.Ia bahkan meregangkan tangan, melakukan pemanasan dengan berlebih-lebihan—itu membuat Junkyu berpikir kalau ternyata memang ada orang yang tidak berubah oleh waktu,sebut saja Jihoon dan Junkyu akui ia suka sisi itu.

"Hey, beri tahu aku kalau lampunya hijau!—"

Belum selesai kalimat Jihoon, Junkyu melesat berlari secepat mungkin tanpa perlu repot memberi tahu Jihoon.

"Hei Curang!!"

Jihoon menjerit kesal namun Junkyu bisa dengar ia tertawa dan menyusul di belakang. Junkyu tertawa-tawa kecil diantara langkah lebarnya,berbelok melewati kubangan air ketika selewat bayangan Jihoon cepat melewati ia.

"Hah! Dasar lamban!" Pria manis dengan topi hitam itu sempat-sempatnya menjulurkan lidah, sebelum berlari membelah zebra cross.

Junkyu tertawa bebas namun tak ingin cepat kalah dari Jihoon. Sepatunya sudah sangat basah sekarang, rambut kehitamannya bahkan basah oleh keringat tapi ia merasa bebas,merasakan adrenalin penuhi rongga dadanya begitu jarak mereka menipis.

Jihoon sudah terlihat di depan mata dan tinggal sebentar lagi—

Langkah Junkyu tiba-tiba berhenti. Melihat Jihoon berlari menyebrangi jalan sementara lampu lalu lintas diatasnya berubah merah. Panik cepat menjalari dirinya begitu mobil-mobil berjajar mulai bergerak, ketakutan bila mereka tak melihat Jihoon dengan pakaian serba hitamnya.

"Tidak!Jihoon Tidak!!"

Junkyu berteriak,tanpa pikir panjang mengejar kawannya. Netra Junkyu panik melihat sebuah mobil melaju cepat mendekati Jihoon sementara pengemudinya sibuk bicara—berdebat lebih tepatnya di telpon.Dan demi tuhan,jika sesuatu terjadi pada kawannya Junkyu tak akan pernah memaafkan dirinya.Jadi ia berlari lebih cepat,menuju Jihoon yang membeku melihat lampu sorot mobil silaukan pandangan.

Cahaya lampu sorot mobil yang menyilaukan. Suara berdecit yang memekakkan telinga, dan kemudian merah—merah dimana-mana.Ada sekelebat bayangan tentang Haruto dan hidupnya bersama Junkyu terlintas di benaknya sebelum pandangan Junkyu—

Tidak,tidak begini akhirnya.

Haruto tidak akan memaafkan dirinya.Tidak,tidak,ini salah—dan kemudian hanya ada gelap menguasai Junkyu.

.

.

.











Halo!Ada yang masih ingat aku??

10:09-HarukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang