1.Pancake dan kopi

295 36 7
                                    


Hari Haruto dimulai sama seperti biasanya.

Junkyu bangun lebih dulu,buru-buru mandi dan bersiap seperti biasa.Tak masalah karena itu berarti ada waktu tambahan tidur untuk Haruto,demi apapun Kasur memang yang terbaik di pagi hari.

Si Watanabe masih ada di batas kesadarannya,dengan isi kepala masih berkabut namun rungunya samar bisa mendengar Junkyu bernyanyi kecil dari dalam kamar mandi dengan suara manisnya. 

Hal-hal kecil seperti ini—bonus lima menit tidur, mendengar suara Junkyu, berguling di dalam selimut tebal dan hangat ditengah hawa dingin pagi hari...Entah,membuat euphoria kecil di perut Haruto.Samar senyumnya terulas sembari kembali eratkan selimut.

Suara shower dimatikan,Haruto bisa dengar pintu kamar mandi dibuka disusul derap langkah cepat menuju Kasur kemudian—

"Aigoo—"

Haruto terlonjak sedikit diatas Kasur saat beban tubuh lain menimpanya.

"Heiiii,Kim Junkyu!"seru si Pria Watanabe dengan suara serak tanpa kehilangan senyum di wajah bantalnya.Junkyu tertawa kecil namun masih tetap berada di posisinya.

"Bangun Haru! Yaampun sudah pagi ini!"

"Lima menit,lima menit lagi."

"Oke,Cuma lima menit lho ya."Junkyu mengalah,perlahan turun dari punggung si pria.

"Aku buat sarapan dulu,kalau kau lebih dari lima menit—aku habiskan pancakemu!"

"Pancake?" Haruto angkat wajahnya dari bantal,bersitatap dengan Junkyu yang menatapnya geli.Cukup anggukan sebagai jawaban,dan Haruto lepas senyumnya lagi.

"Aku suka pancake."

"Yeah,aku tahu,"Junkyu terkekeh kecil lalu bersedekap,"karena itu jadi anak baik dan segera mandi lalu makan sarapanmu,Watanabe,"lanjutnya

"Tapi aku butuh energi buat bangun,Kyu." Haruto,seperti biasa juga menatap sosok di hadapan dengan mata bulat diimut-imutkan.Sangat tidak sinkron dengan suara baritone nya.

"Dasar bayi besar,"Junkyu menggerutu namun tetap menunduk untuk beri kecupan kecil di bibir Si Watanabe.

"Aku berani sumpah kau lebih mirip anak 15 tahun daripada 25 tahun,Watanabe Haruto."Junkyu suka sekali mencela Haruto tanpa ampun,tapi senyum lembut dan hangat tetap saja tersungging di bibir ranumnya.

"Tapi kau tetap cinta,kan?"Haruto tersenyum tengil dengan wink kecil di sudut mata.

Junkyu putar bola matanya malas,"Ya ya ya...tapi Bosmu tidak kalau kau terlambat kerja lagi,tuan Watanabe." Haruto mengerang malas,sebentar kemudian bangkit untuk bersiap kerja setelah Junkyu beri ciuman lain di bibir—sedikit lebih panjang

" Haruto mengerang malas,sebentar kemudian bangkit untuk bersiap kerja setelah Junkyu beri ciuman lain di bibir—sedikit lebih panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau bisa kan ikut makan malam dengan Jihoon dan Kak Hyunsuk?"

Tanya Junkyu sekali lagi,menarik Haruto menghadapnya setelah masuk kedalam lift.Jemari lentiknya terampil betulkan dasi Haruto.

"Ngg,mungkin bisa?aku usahakan,"jawab Haruto tidak yakin.Ia sudah lama tak bertemu dua sahabat mereka—Jihoon dan Kak Hyunsuk—dan tentu Haruto ingin bertemu mereka,meski sekedar minum kopi sebentar mungkin? Tapi akhir-akhir ini ia sibuk dengan proyek baru kantornya—ah,Haruto jadi ingat 'kan.

"Entahlah,aku tak bisa janji Kyu."

Bibir Junkyu terkulum,mencoba mengerti sembari mengeratkan simpul dasi Haruto lanjut blazer hitamnya.

"Ya sudah,kita bisa makan malam bersama lain waktu 'kan?berempat"

"Yap,harus.Sudah lama sekali..."Haruto mengiyakan.Lift sampai di lobi dengan dentingan halus.Tangan tetap bertaut sampai di depan gedung apartemen,sebelum akhirnya Junkyu lepas tautan mereka lebih dahulu.Kantor Haruto dan Junkyu ada di arah berlawanan oleh karena itu mau tak mau mereka harus berangkat terpisah.

"Jangan lupa makan siang,okay?"

Haruto terkekeh,"Kak Yoshi bakal menendangku kalau aku skip makan siang,sayang."

"Selamat bersenang-senang dengan Jihoon dan Kak Hyunsuk,nanti aku hubungi."Junkyu mengangguk,berjalan berlawanan arah dengan Haruto.

"Hati-hati di jalan!Sayang kam!" Baiklah,keduanya mungkin bukan lagi dua remaja yang dimabuk cinta,tapi kata-kata manis penuh afeksi ini tak segan mereka lempar satu sama lain.

"Hmm,aku juga!"Junkyu tersenyum manis hingga tampakkan samar lesung pipi,melambaikan tangan pada Haruto terakhir kali.Yang lebih tinggi balas lalu perhatikan punggung kesayangannya itu menghilang perlahan dari pandangan,sebelum berlari mengejar busnya sendiri.

.

.

.

"Ah,bisa gila aku!" Jeongwoo—rekan kerja Haruto—menggerutu keras,melirik sekilas Haruto yang menatap intens layar desktop.Haruto mengerjap matanya,dan bersandar kembali pada kursi—meregangkan kedua bahu yang rasanya sudah minta diajak pulang.

Hampir jam sepuluh malam waktu Haruto baru buka ponselnya,dan ia masih tertahan di kantor.Tanpa pikir panjang ia buka aplikasi hijau di ponsel,mengetik beberapa kalimat disana untuk Junkyu kalau ia bakal pulang malam hari ini dan tidak bisa makan malam bersama dua sahabat mereka.Tapi itu hampir tiga jam lalu,dan Junkyu belum membalas sampai sekarang.

Sudah pulang?

Pasti kau sedang bersenang -senang dengan Jihoon dan Kak Hyunsuk,aku-nya dilupakan :(

Kau merindukanku tidak?

Hee aku serius :(

Aku merindukanmu..

Haruto menatap ponselnya,mengerinyit karena Junkyu tak kunjung membalas pesannya,tak seperti biasanya.Yah barangkali Junkyu terlalu asyik bertemu Jihoon dan Kak Hyunsuk...

Hujan turun di luar,deras tapi tak ada seorangpun sadar karena suara musik yang Jeongwoo putar sampai Yoshi berseru keras,"Woah hujan!"

Haruto memutar kursinya,menatap keluar jendela yang sebagian tertutup tirai dan benar saja,Hujan masih turun deras,rintiknya jatuh menghantam jendela.Si pria Watanabe diam,mulai bertanya-tanya dalam hati apa Junkyu mengenakan lapisan yang cukup hangat tadi pagi,apa ia membawa paying atau tertinggal di dalam lemari seperti biasa.

Dimanapun itu,Haruto berharap Junkyu akan tetap aman dan hangat.

Sayang sekali,padahal Haruto sudah berharap akan bergelung dengan Junkyu dan minum cokelat panas sepulang kerja—mumpung hujan deras dan memang begitu biasanya.

Tapi deadline adalah deadline,pekerjaan tetap pekerjaan.Mau bagaimanapun Haruto tidak bisa merubahnya.

Suara Jeongwoo yang melempar candaan receh memecah lamunan Haruto,mengundang semburan tawanya juga. Jarum jam menyentuh pukul 10.09 malam saat Haruto mengangkat panggilan masuk dari ponselnya.

Bukan nomor yang ia kenal—mau tak mau ia angkat yang barangkali telepon dari klien,dengan sisa tawa masih menggantung.

"Halo,dengan Watanabe Haruto disini—"bahkan tak mengindahkan fakta kalau saat ini hampir larut malam dan klien mana yang menelpon lewat jam kerja kantor?

Tawa si Pria Watanabe hilang perlahan begitu sebuah suara formal menyapanya balik.Darahnya seolah berhenti mengalir saat suara seorang wanita menyahut,

"Terjadi kecelakaan tuan,Kim Junkyu ikut menjadi korban karena tertabrak mobil—" [ ]

10:09-HarukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang