...
Sepanjang perjalanan Vias duduk melamun di kursi penumpang, setelah kehilangan pekerjaan ia tidak tau harus menghasilkan uang darimana lagi mengingat di zaman sekarang mencari pekerjaan sangatlah sulit.
Vias hanya lulusan sekolah menengah atas, dapat masuk ke perusahaan keluarga Andrick adalah sebuah keberuntungan dan Vias telah kehilangan keberuntungan itu. Jangan lupakan juga peran penting Shandy yang memasukan Vias kedalam perusahaan milik Andrick karena waktu itu perusahaan masih di pegang oleh Alferd--kekasih Shandy alias Kakak laki-laki Andrick.
Tentang Shandy dan Alferd ceritanya sangat panjang tapi yang pasti saat ini Alferd tengah berada di Amerika atas perintah Ayahnya untuk menangani permasalahan anak perusahaan yang terjadi di sana.
“Tuan sudah sampai.” Vias tidak sadar kalau taksi yang membawanya pulang sudah berhenti didepan apartemen kecil miliknya.
Memberikan uang sesuai tarifnya Vias berjalan lesu menaiki anak tangga menuju pintu apartemen, apartemen milik Vias tidaklah mewah bahkan lebih terlihat seperti rumah susun, tapi jangan salah uang sewa apartemen ini juga tidak kalah mahalnya-- kalau menurut Vias.
Bisa tinggal disini saja sudah bersyukur daripada harus tinggal di jalanan. Vias membuka pintu lalu menutupnya kembali, ia melempar asal tas kerjanya kemudian melangkah ke arah dapur-- lebih tepatnya mendekati lemari pendingin, mengambil sekaleng Coca-Cola dan meminum seperempatnya. Vias meletakan kuat kaleng tersebut diatas meja pantry sambil menggerutu.
“Cih! Mengajakku berkencan? Memang dia pikir ada orang yang ingin di ajak berkencan hanya dengan sekali bertemu? Cinta pandangan pertama itu bohong, mana ada orang jatuh cinta pada pandangan pertama?” meminumnya lalu meletakkan secara kasar terus-terusan begitu hingga pintu apartemennya ada yang mengetuk.
Vias cukup menyesali keputusannya membuka pintu apartemen.
“ANDRICK MEMECAT MU?!”
“VIAS SUDAH AKU BERITAHU UNTUK TIDAK MACAM-MACAM DENGANNYA LIHAT SEKARANG AKIBAT DARI PERBUATAN MU SENDIRI. APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN SAMPAI ANDRICK MEMECAT MU, VIAS?!”
“Kenapa kau datang langsung mengomel begitu,” balas Vias sedikit bergelayut manja pada Shandy, ia harus bersikap begitu agar tidak dimarahi lagi. Lagipula Vias itu memang anak yang manja hanya saja pada siapa dia berhadapan.
Shandy mengatur napasnya agar lebih tenang, ia melenggang masuk meninggalkan Vias yang menutup pintu. Keduanya duduk di sofa dekat televisi di sana Shandy sudah menunggu untuk Vias menjelaskan permasalahan yang terjadi hari ini.
“Cepat katakan, kalau bukan karena Alferd mana tau aku Andrick memecat mu! Aku sedang banyak kerjaan jadi tidak bergosip belakangan ini tapi tiba-tiba Alferd menanyakan tentang pemecatan mu padaku ya mana aku tau!”
Vias menunduk seperti sedang dimarahi Ibu nya, Shandy yang mengomel itu jauh lebih buruk dari apapun karena kalau sudah mengomel tidak ada yang bisa menghentikannya kecuali Alferd.
Di hentikan dengan ciuman tentunya.
“Jawab, Vias!”
“Bagaimana aku bisa menjawab kalau kau mengomel terus!” rengek Vias.
Melihat Shandy yang sudah cukup tenang namun masih menatapnya bengis Vias hanya bisa memberikan senyuman terbaiknya. “Jadi begini .. si idiot itu mengajakku berkencan dan tentu aku langsung menolaknya tapi si brengsek itu malah memecatku!”
“Tunggu, tunggu, kau bilang apa?”
“Dia memecatku karena aku menolak ajakan kencannya, Shandy.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn temptress [MJ]
FanfictionAndrick merasakan amarah menguasai dirinya saat Vias, karyawan yang bekerja di perusahaannya menolak ajakan kencan yang Andrick tawarkan hingga bermula dari penolakan itu berakhir dengan sebuah dendam yang menimbulkan dampak penyesalan di akhirnya.