YANG BACA BANYAK YANG VOTE DIKIT BANGET BIKIN MALES LANJUTIN CERITA HEHE
...
“Kau tidak mendengar ku, ya?”
Tubuh Vias tersentak kecil karena Shandy menyentuhnya membuat Vias tersadar dari lamunan. “Kau bicara soal apa tadi? Maaf, aku tidak fokus.”
Shandy menghela nafas. “Vias apa semuanya baik-baik saja? Sejak tadi aku perhatikan kau banyak melamun, apa ada masalah? Beritahu aku.”
Mengambil tangan Shandy yang ada pada bahunya untuk ia genggam kemudian Vias tersenyum. “Semuanya oke, aku hanya memikirkan soal pekerjaan saja.”
“Aku bisa meminta Alferd mencarikan mu pekerjaan.” hidup Vias sudah cukup berat Shandy ingin meringankannya sedikit.
Pria berusia 24 tahun itu menggeleng tidak setuju selama ini dirinya sudah banyak merepotkan Shandy. “Aku bisa mendapatkan pekerjaan karena usaha ku sendiri, tidak perlu mengkhawatirkan aku Shandy.”
Bagaimana tidak khawatir semua orang juga bisa melihat berapa banyak Vias kehilangan berat badan selama setahun ini, gajinya dihabiskan untuk pengobatan Ayah dan bayaran sekolah adiknya.
Shandy hanya bisa menahan tangisannya. “Kalau kau butuh bantuan jangan sungkan untuk memintanya padaku. Aku harus kembali ke kantor karena jam makan siang sebentar lagi habis.”
“Hati-hati, titip salamku untuk Giel.”
Tersenyum sembari melambaikan tangan pada Shandy tiba-tiba Andrick sudah duduk didepan Vias. “Kau tidak makan karena tidak punya uang ya?” karena tidak ada bekas piring apapun di meja depan Vias karena itu Andrick langsung menyimpulkan bahwa Vias tidak memiliki uang untuk makan.
“Sedang diet,” jawab Vias asal.
“Diet? Kau ingin berjalan hanya dengan tulang saja? Coba lihat tubuhmu bahkan aku bisa menebak berat badan mu tidak sampai setengah dari berat badanku.”
“Tuan Rield apa kau tidak memiliki pekerjaan lain selain duduk disini?”
“Kalau punya aku tidak akan duduk di depanmu bodoh! Aku kasihan melihat wajah kurang tidurmu itu.”
“Apa aku perduli dengan itu?”
“Aku punya tawaran bagus untukmu.”
Vias hanya menatap datar dan kembali fokus pada ponselnya sesekali ia akan meminum minuman yang dipesan hingga kalimat Andrick selanjutnya membuatnya menyemburkan air dari dalam mulut.
“Jadi partner sex ku.”
“WHAT THE FUCK, VIAS!”
“Maaf, maaf, aku tidak sengaja.” Vias membantu Andrick mengelap jas serta pipinya yang terkena semburan air berwarna. “Kau benar-benar menyebalkan, Vias!”
“Jadi bagaimana apa kau setuju?”
Mendorong kursi cukup keras Vias tersenyum kemudian menyiram sisa minumannya pada Andrick. “Jangan berharap kau bisa merasakan tubuhku lagi keparat!” setelahnya Vias beranjak pergi dari sana meninggalkan Andrick yang diam karena shock dengan minuman yang membasahi seluruh wajahnya.
Karena tidak tau akan kemana Vias memilih pergi berjalan kaki untuk pulang ke apartemen, anggap saja ia tengah menikmati perjalanan sebelum bergulat dengan hangatnya tempat tidur. Di tengah perjalanan ponsel Vias berbunyi, “Hello?”
“Kakak, Ayah masuk ruang operasi.”
Detik itu juga persendian otot Vias melemah ia bahkan lupa caranya berdiri tegak sampai panggilan itu terputus barulah Vias berlari menuju halte bus, tanpa membawa baju salin Vias akan pulang ke kampung halaman menemui keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn temptress [MJ]
أدب الهواةAndrick merasakan amarah menguasai dirinya saat Vias, karyawan yang bekerja di perusahaannya menolak ajakan kencan yang Andrick tawarkan hingga bermula dari penolakan itu berakhir dengan sebuah dendam yang menimbulkan dampak penyesalan di akhirnya.