Kirana Sasmaya

848 41 0
                                    

Maaf kalau ada typo.
____________________________________

Gadis SMA bernama Kirana Sasmaya ini, dia sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dia memakai seragamnya dengan rapi, dan menyisir rambutnya yang indah, lalu memasukkan semua buku yang harus dibawa kedalam tas.

Dia kemudian mendekati cermin dan melihat dirinya di pantulan cermin itu. "Sip, hari ini watashi cakep banget. Pasti Dazai makin suka, anjay."

Gadis yang layaknya wibu stres ini semakin candu dengan wajahnya sendiri. Dia berdiri didepan cermin selama 5 menit. Saat fokus-fokusnya mengaca, tiba-tiba suara ibunya terdengar dan mengagetkan dirinya.

"Kirana! Ayo makan!" teriak ibunya dari dapur.

Kirana yang mendengar teriakkan ibunya dari arah dapur, dengan cepat bergegas keluar. Tapi bukannya berlari kearah pintu, dia malah berlari kearah lain dan...

TUNG!

Dia tertabrak dinding lalu jatuh kebelakang. "Tembok sialan... Watashi tidak akan memaafkan anata."

Dia beranjak berdiri, lalu berjalan keluar kamar dan pergi ketempat dimana ibunya berada.

Saat sedang berjalan menuju dapur, dia mencium aroma makanan yang sangat lezat. Dia mengendus, karena bau makanan ini tampaknya sangat lezat dan membuat dia ingin segera melahap makanan ibunya ini.

Saat di dapur, dia sudah melihat ibunya dengan dua mangkok soto diatas meja makan.

Dengan cepat, Kirana mendekati meja makan dan duduk dikursi itu lalu mengambil semangkok soto. Pasti enak sekali. Tentu saja, karena ini adalah masakan ibunya.

Aurora Grace layaknya ibu Kirana ini sangat jago memasak. Masakan apapun itu, pasti rasanya selalu enak dan membuat Kirana tidak ingin berhenti makan.

"Cepat makan, nanti terlambat ke sekolahnya," ucap Aurora pada Kirana dengan nada yang lembut.

Bukan hanya pintar masak, Aurora juga sangat perhatian pada Kirana meski pekerjaannya banyak. Dia bisa membagi waktu sehingga Kirana tidak pernah merasa kesepian.

Kirana menatap soto buatan ibunya itu, lalu mengatakan, "Itadakimasu..."

"Heh, baca apaan itu? Bukannya berdoa malah bilang begituan," ucap Aurora dengan wajah agak kesal.

Kirana yang mendengar itu langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia terkekeh. Kemudian, dia membaca basmalah dan berdoa.

4 menit kemudian, Kirana selesai makan dan dia dengan cepat pergi ke kamarnya untuk mengambil tas ranselnya.

Beberapa menit berlalu, kini Aurora berada dihalaman rumah. Kirana meraih tangan Aurora yang cantik, dia perlahan mencium tangan sang Mama dengan penuh hormat.

Aurora kemudian mencium kening Kirana sebagai tanda kasih sayangnya.

Jarak antara rumah Kirana dengan sekolahnya tidak terlalu jauh, jadi dia bisa jalan kaki saja untuk pergi ke sekolah.

____________________________________

Saat pelajaran matematika, Kirana sama sekali tidak mengerti bagaimana cara menyelesaikan soal yang sulit ini. Sebenarnya, Kirana sangat buruk di pelajaran matematika.

Pak Ego layaknya guru matematika yang paling mengerikan di sekolah ini, dia menyuruh para murid untuk mengumpulkan tugas yang ia berikan tadi.

Ketika semuanya telah mengumpulkan tugas, Kirana baru menyelesaikan satu soal, karena saat ini dia sangat kebingungan.

Caily atau bisa disebut juga sebagai teman sebangku Kirana, dia menatap Kirana dengan tatapan agak khawatir.

"Ki, yang lain udah ngumpulin tugas. Kamu udah selesai belum?" bisik Caily pada Kirana. Namun, Kirana tidak menjawab. Dia benar-benar takut dimarahi oleh pak Ego sampai-sampai tidak mendengar bahwa Caily bicara padanya.

"Kirana, mana tugas kamu?" secara tiba-tiba pak Ego bertanya pada Kirana. Cara bicaranya benar-benar menyeramkan, membuat satu kelas merinding.

"Ki-Kirana ga ngerti cara menyelesaikan soal-soal ini, pak. Kirana masih belum terlalu paham."

"Perasaan itu terus yang kamu katakan. Belum terlalu paham, belum terlalu paham, dan belum terlalu paham. Tuh otak dipakai yang bener. Sekarang, cepat kumpul, ga ada penolakan."

"Iya, pak."

Kirana bangkit dari kursinya dan mengumpulkan tugasnya, dia baru mengerjakan satu soal. Tapi mau bagaimana lagi? Dia tidak berani membantah pak Ego.

Saat jam istirahat, Kirana hanya diam dikelas. Dia masih merasa sangat sedih karena tidak bisa mengerjakan soal matematika lagi. Dan tiba-tiba seorang murid laki-laki yang bernama Fabian mendekati Kirana dan berkata, "Woi anak ga guna, kok lu sebodoh itu, sih? Otak lo letaknya dimana ya? Di kaki? Jawab, sialan."

Fabian kesal karena Kirana tidak menjawab. Jadi, dia menjambak rambut Kirana dan menatap mata Kirana dalam-dalam.

"Lepasin gue, Fabian... Lepas..."

Mendengar suara Kirana yang memohon, Fabian semakin bersemangat untuk menjambak rambut Kirana. Dia sama sekali tidak peduli bahwa Kirana ini kesakitan.

"Udah goblok, lemah lagi. Ga banget, ewww."

Fabian menatap Kirana dengan tatapan jijik. Dia kemudian berhenti menjambak Kirana, dan mulai mengambil tas milik Kirana.

"Hei, lo mau ngapain?" panik Kirana. Dia bingung, apa yang akan Fabian lakukan pada tasnya?

Sekarang, Fabian membongkar isi tas milik Kirana, dan akhirnya dia mengambil uang Kirana yang berwarna biru itu.

"Anjay. Buat gue, ya?"

"Ga, kembalikan duit gue."

Kirana berusaha mengambil uangnya kembali, tapi dia malah didorong secara kasar oleh Fabian. Alhasil, Kirana terjatuh dan itu membuat kepalanya hampir mengenai meja.

Kirana menyerah, dia tidak kuat untuk melawan Fabian. Kemudian, dia berjalan keluar kelas, terlihat jelas bahwa dia itu sedang menahan tangisan.

"Apaan sih, lemah banget tuh cewek," ucap Fabian dalam hati. Dia terkekeh.

__________________________________

Kirana yang sedang berada di toilet, dia menangis tanpa suara. Tiba-tiba dia memukul-mukul kepalanya sendiri, dia sangat kesal pada dirinya sendiri.

"Ayo dong otak... Plis... Mohon kerjasamanya, otak. Kenapa kamu lelet banget, sih? Dah lah, aku ini tolol banget, ya?"

"Aku ga berguna banget, ya? Kalau gini ceritanya, gimana Mama mau bangga sama aku coba? Aku aja tolol begini, otakku ga berjalan lancar. Sialan emang."

Dari tadi Kirana terus-menerus menyebut dirinya itu bodoh. Setelah tiga menit, dia mengusap air matanya dan melihat wajahnya di cermin.

"Udah jelek, malah tambah jelek."

Kirana tidak sadar bahwa sejak tadi, dia hanya menghina dirinya sendiri. Dia benar-benar kecewa pada dirinya. Kapan dia bisa membanggakan ibunya? Mengapa dia terus begini?

Beberapa menit kemudian, sekarang Kirana mulai tenang. Dia tersenyum tipis, dan memastikan bahwa matanya tidak merah. Karena dia tidak ingin teman-temannya tahu bahwa dia sehabis menangis.

"Cengeng banget sih diriku," ucapnya. Dia menghela nafas, masih sangat kecewa pada dirinya. Andai saja dia bisa menjadi pintar.

____________________________________

Bersambung.

"Tadi watashi habis lihat sempak gambar Frozen terbang, punya siapa?" -Kirana Sasmaya.

Penyesalan--angst.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang