Dia membuka matanya, dengan perlahan memperlihatkan kemilau matanya yang telah lama terpejam. Pria dengan helai merah itu memperhatikan sekeliling dalam diam. Gelap tanpa sedikitpun cahaya, sebuah kegelapan yang sempurna, absolute darkness. Dia tidak terbiasa, setelah selama empat tahun penuh dirinya menghabiskan waktu bersama keluarganya, sang empu dengan helai rambut merah itu menjadi tidak terbiasa dalam kesendirian.
Belum apa-apa, dirinya sudah merindukan suara anak-anaknya, keluarganya.
"Manusia! Cepat bangun! Ayo kita berjalan-jalan bersama Noona dan Hyung!"
"Nya! Benar! Ayo berjalan-jalan bersama!"
"Ehem! Benar kata adik kecil. Mungkin berjalan-jalan sebentar tidak apa, kan?"
Dirinya memang sedikit malas untuk beranjak dari tempat tidur, tapi akhirnya menyetujui. Dia tidak akan pernah bisa menang dari anak-anaknya. Lagi-lagi, pria itu memejamkan mata, mengingat semua memori dari empat tahun yang telah terjadi. Dan mungkin sebelum dirinya mengalami transmigrasi.
{Cale.}
Sebuah suara memanggilnya, memberinya keinginan untuk membuka mata dan mengerjap atas apa yang terlihat oleh iris coklat kemerahannya.
Nyala lilin berada di sekitar tubuh yang tersembunyi di balik kain polos dengan warna hitam gelap. Bahkan dengan cahaya lilin pun akan sulit untuk melihat wajahnya. Suaranya dalam, dan bisa dibilang mengerikan, sehingga mengingatkan pria dengan helai merah layaknya senja itu akan kematian. Tapi setelah diberi kesempatan untuk mati, yang kemudian hidup kembali, dirinya masih memiliki energi untuk mencaci.
"Hey, dasar sialan."
{Jahatnya.}
"Aku tidak punya banyak waktu untuk melayanimu."
Sosok itu terbatuk.
{Melayani?!} Dia memekik.
Satu kata yang terlalu ambigu.
{Tidak, tidak, aku lupa kalau kamu masih bisa disebut polos...}
"Death."
Hanya sekali panggilan saja, God of Death memperbaiki kembali postur tubuhnya.
{Maaf. Kamu sedang berada di duniaku, World of Gods. Dan aku memanggilmu kesini karena aku butuh bantuanmu. Bisa dibilang, hanya kamu yang bisa melakukannya.}
Cale, pria dengan helai merah dan netra bagai permata itu menyilangkan tangan. Jika hanya dia, pasti itu merepotkan.
{Aku tau kamu akan menolak, tapi tolong pikirkanlah lagi. Orang yang meminta bantuanku adalah orang yang pernah membantuku menyelamatkanmu.}
Jadi aku harus balas budi?
Dirinya diam sejenak, memikirkan kembali atas apa yang dikatakan oleh God of Death. Di sekitar mereka sangat hening, sunyi, terlalu sunyi untuk sebuah dunia yang dipenuhi oleh para dewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[[ A G A P E ]] | ORV X TCV FANFICTION
FanfictionPertemuan mereka tidak mengesankan, cukup buat bingung. Helaian layaknya ruby selalu memanjakan, iris hitam seolah langit malam juga sama. Bukan jatuh cinta, mungkin sebatas terpesona. Namun, kenapa selalu bertaruh nyawa untuk melindungi yang lainn...