Ada takdir yang harus mereka terima.

1K 165 13
                                    

Pagi itu, Jeonghan bangun lebih awal. Ia mencuci baju yang sudah menumpuk, tidak adanya mesin cuci membuatnya harus menggunakan tangan.

Biasanya Jihoon ikut membantu, tetapi hari ini ia biarkan sang adik untuk tidur lebih lama dari biasanya. Satu persatu bajunya ia kucak perlahan, sambil mulutnya bernyanyi lagu-lagu secara acak.

Yang ia ingat maka ia nyanyikan, yang tidak ingat ia hentikan menyanyinya.

Otaknya pun sambil berputar, kiranya apa yang akan ia masak untuk hari ini.

"Masak apa ya? Kayanya sup enak sih." Gumam Jeonghan, ia bukan koki yang handal, tapi setidaknya ia dan adiknya tidak kelaparan.

Oh, tentang ibunya Jihoon. Hingga hari ini, Jeonghan tidak pernah bertemu dengan wanita itu.

Sama sekali tidak pernah, apakah ibunya Jihoon masih hidup atau bahkan sudah mati, ia tidak tahu. Tapi bagaimanapun kondisi ibunya itu, Jeonghan harap sang wanita tidak pernah muncul di hadapannya.

Acara mencucinya sudah selesai, ia langsung menjemurkan baju-baju basah itu, Jeonghan berdiri dan meregangkan tubuhnya, hinga beberapa tulangnya terdengar bunyi.

Wangi sabun pencuci kini bisa terhirup olehnya, ia menggantungkan baju satu persatu. Memastikan seluruh kain itu akan terkena sinar matahari dan kering sempurna.

Jeonghan jadi punya ide untuk mengajak Jihoon ke sungai Han, atau mereka bisa sekedar piknik hingga malam hari disana atau sekedar makan mie instan dan main sepedah.

Tapi sebelum itu, ia memasak nasi terlebih dahulu. Lalu duduk di depan tv sambil makan kue kering, habis mencuci biasanya ia kelelahan jadi sebentar saja ia duduk sambil menonton acara drama tv

"Enak kali ya hidup di drama? Tiba-tiba ketemu pasangan tajir, terus ngga usah mikir apa-apa." Gumamnya,

"Eh bisa ngga sih ini hidup aku berubah jadi drama ya? Hahahaha." Jeonghan menggelengkan kepalanya.

Acara menghayalnya sudah selesai, Jeonghan memilih untuk mulai menyiapkan bahan makanan terlebih dahulu, agar nantinya saat masak ia tidak kerepotan.

"Kaak." Suara Jihoon sang adik terdengar.

"Apaa?"

"Aku siang ini mau keluar sama temen ya."

"Ohh udah ada janji sama temen ya? Tadinya sore ini kaka mau ngajak ke sungai han, makan mie." Ujar Jeonghan.

"Eeeh ya udah aku pergi sama kaka aja." Jihoon sudah berdiri di samping Jeonghan, sedang minum.

"Terus sama temennya gimana?"

"Nanti lagi aja, aku maunya pergi sama kaka aja. Udah lama ngga jalan berdua kan."

Jeonghan tersenyum, kepalanya mengangguk setuju.

"Perginya agak sorean ya? Biar keluarnya sampe malem!" Tambah Jihoon lagi.

"Boleh."

"Nanti aku beliin kaka odeng."

"Pake uang kaka maksudnya? Hahaha."

"Nggaaa, aku kemaren habis bantuin temen ngerjain proyek gitu, terus di kasih bayaran. Uangnya mau aku pake buat jajanin kaka."

"Hahahaha iya boleeeh. Aduhh lucunya Jihoonnaaaa." Jeonghan yang tadi sedang memotong sayur, langsung menghentikan aksinya dan memilih memeluk Jihoon.

"AAAAAA! Aduhh bau tangan kakaaa!" Jihoon protes, pasalnya dari jarak sedekat ini ia bisa mencium bau bawang dari tangan itu.

Jeonghan tentu saja tidak perduli, ia tetap memeluk Jihoon erat sambil mengusal-ngusal pipinya pada pipi Jihoon.

Setelah makan siang, keduanya memilih untuk bersantai sambil menonton tv, lalu tidur siang.

Pieces Of My Heart || jeongcheol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang