Kebahagiaan terkecil.

1K 167 8
                                    

Jeonghan sudah siap-siap untuk pergi bekerja, ia tersenyum cerah sekali. Karena sudah tidak sabar untuk bertemu dengan murid-muridnya yang lain.

Ia tidak suka libur, sukanya berada di sekolah dan bertemu dengan teman-teman kecilnya.

"Adeee, kaka pergi yaa. Sarapan udah ada." Jeonghan memakai sepatunya, Jihoon hari ini kuliah siang katanya, jadi Jeonghan biarkan untuk tidur lebih lama.

Semua pekerjaan rumah sudah selesai, tetapi Jeonghan mengingatkan Jihoon untuk mengangkat baju jemuran sebelum pergi.

Jeonghan ini sebanyak apapun masalah di sekolah, tidak pernah membuat dirinya sedih atau patah semangat, apalagi hanya masalah-masalah kecil saja.

Perjalanan hari itu seperti biasa, tidak ada yang aneh atau berbeda. Jeonghan naik angkutan umum, dan saat sampai langsung absen pagi, lalu menyimpan tasnya di meja dan mengecek kembali pelajaran yang akan ia berikan hari itu.

Kali ini, Jeonghan akan mengajarkan tentang omnivora dan herbivora, ia juga sudah membuat contoh-contoh hewannya.

"Pagi bangeeett datangnya." Ujar Ten yang baru masuk, ia langsung duduk ditempatnya.

"Biasanya juga aku datengnya pagi." Ujar Jeonghan.

"Pak Jeonghan.. ada tamu."

"Tamu?" Jeonghan melirik jam dipergelangan tangannya, ini masih terlalu pagi untuk kedatangan tamu.

"Siapa pak?" Tanya Jeonghan, ia bangkit dari kursinya dan menuju satpam yang berdiri di depan ruang guru.

"Orang tua murid, anaknya dikelas bapak. Siapa ya tadi namanya.. Gian."

Mendengar nama Gian, Jeonghan sudah tahu siapa yang akan ia hadapi.

"Selamat pagi, ayahnya Gian." Jeonghan sedikit menunduk, memberikan salam. Ia tidak melihat anak kecil itu disekitar mereka.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Jeonghan, pria yang berdiri dihadapannya mungkin berumur tidak jauh darinya.

"Bisa kita ngobrol sebentar?"

"Boleh, silahkan masuk ke ruangan." Jeonghan mengajak pria itu masuk ke ruang konseling, yang sudah pasti sepi.

Jeonghan mempersilahkan untuk duduk.

"Kopi atau teh?" Tanya Jeonghan.

"Air aja.."

Jeonghan mengangguk, ia mengambil satu botol air mineral yang memang disediakan.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Gian.. Gian nolak buat pergi sekolah."

"Karena?"

Seungcheol menggelengkan kepalanya, ia tadi bangun pagi-pagi, hendak menemani Gian untuk sarapan, tetapi sang putra menolak untuk sarapan.

"Saya kurang tahu alasannya.. tapi tadi dia juga menolak untuk sarapan, apa ada yang bisa diceritakan tentang kemarin?" Tanya Seungcheol.

"Ah.. kemarin saya bertemu Gian saat pulang bersama adik saya, dan ya.. Gian berada dipinggir jalan sambil menangis, saya cuman tau gitu aja pak. Saya ngga tau Gian kesitu sama siapa, soalnya saya ngga ngeliat orang dewasa disekitarnya."

Seungcheol menghela nafas.

"Ada apa.. pak?" Jeonghan bertanya dengan takut-takut.

"Gian pergi dengan ibunya, lalu saya ngga bisa ngehubungin ibunya, dan ya.. setelah itu Gian ditemuin kamu."

"Ibunya..?"

Seungcheol menggelengkan kepalanya, bahunya turun dengan lesu.

"Ngga bertanggung jawab banget sama anak! Gimana kalau anaknya hilang? Atau diculik? Atau kecelakaan? Di luar sana banyak banget yang mau jadi orang tua! Ini punya anak bukannya diurus? Dijaga dengan baik!"

Pieces Of My Heart || jeongcheol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang