⊹ 02| Prelude Op. 26 ⊹

146 18 95
                                    

⊹ 02 ⊹Prelude Op

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⊹ 02 ⊹
Prelude Op. 26
La beauté dans l'équité
Beauty in Equity

✦ ✦ ✦

Malam berakhir dengan teka-teki mengenai dunia asing, Lithia. Sungguh aneh ketika memori milik Daina tidak kembali dengan utuh, sehingga sulit memahami dunia yang berbeda jauh dengan Bumi ini. Gadis itu berpikir keras meski perut terus berteriak. Bukan pertama kali bagi Briar maupun Daina kelaparan, sehingga mudah mengalihkannya.

"... mengalir bak air dan tuntun jiwa yang tersesat untuk kembali ...."

Kalimat yang mengalir bagai nyanyian itu menarik perhatian Daina. Seorang nenek sedang membuang sesuatu ke tanah, diiringi alunan doa lembut. Namun, itu bukanlah sembarang benda. Bagai percik kembang api, cahaya-cahaya kecil berputar dari kedua tangan keriput lalu mengalir dan menghilang saat menyentuh tanah. Keganjilan di luar logika yang sulit Daina cerna.

"Jangan pernah lalai mengembalikan sukma Lithia ke tanah asal," jelas sang nenek sambil tersenyum hangat.

"Mengembalikan ..." bisik Daina. Seperti menemukan kunci yang tepat, pintu yang selama ini terkunci seketika terbuka. Ragam visi berlarian di dalam kepala. Susah payah Daina mencoba memahami semua informasi itu.


Keseimbangan.

Lithia adalah dunia yang keseimbangannya sangat indah. Pada setiap kehidupan yang diambil—baik manusia, hewan maupun tumbuhan—maka akan keluar sukma darinya. Cahaya-cahaya kecil yang terlihat hidup di kedua tangan keriput, yang mengalir bersama darah dari luka yang terbuka, dari dedaunan yang gugur, pula hewan yang tercabik, itulah sukma tersebut. Menjadi kewajiban untuk mengembalikan sukma Lithia ke tanah asal. Tanggung jawab yang tidak hanya menjadi milik manusia, juga seluruh yang bernapas di tanah ini.

Siapa pun yang lalai mengembalikannya, maka bersiap berhadapan dengan amukan Dewa. Namun, bagi mereka yang sukmanya terserap oleh Demon, oh, sungguh sial nasibnya. Sebab, akan menjadi awal kemalangan di mana hidup miliknya berubah menjadi makhluk menyeramkan tanpa akal.


Narasi panjang dalam kepala pun berakhir. Sayangnya itu tidak membantu, hanya membuatnya merinding. Terutama ketika ia sadar monster yang kemarin ia temui, dulunya mungkin adalah manusia biasa. Seberapa besar kemungkinan manusia-manusia ini dapat berubah menjadi monster, adalah pertanyaan menakutkan yang menghantui kepala.

✦ ✦ ✦

Daina tidak lagi fokus pada informasi mengenai dunia asing. Ia bahkan tidak memiliki waktu untuk mencari jalan kembali ke Bumi. Sebab, ada hal lain yang lebih penting dibanding kedua itu.

"Sialan, aku benar-benar lapar," gerutu Daina dengan langkah sempoyongan di tengah hutan.

Ini adalah hutan di mana kehidupan sangat padat mengisi, berbanding jauh dengan tempat di mana ia bertemu monster menyeramkan. Sang gadis mencoba peruntungannya demi mencari buah, akibat ia sudah kalah telak oleh rasa lapar. Gila bila ia membiarkan tubuh itu tanpa makanan berhari-hari, sebab hingga hari ini tidak ada satu pun makanan yang dapat ia nikmati. Namun, belum sempat menangkap satu buah beri, yang ia temukan di dalam sana hanyalah keganjilan lain.

That Bird Who Yearn the Sky [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang