CHAPTER 48:
Regard[Playlist: EXO – Baby Don't Cry]
***
21 Oktober 2021
Bergabung kembali ke tengah-tengah perkumpulan setelah lama absen ternyata tidak seseru yang dibayangkan, tidak semenyenangkan malam-malam silam, tidak semembahagiakan saat—Rose akui—laki-laki itu menjadi salah satu manusia yang menyumbang presensi di sana.
Obrolan, permainan, candaan, semuanya Rose ikuti dengan tidak bergairah, tetapi tetap mengusahakan ulasan senyum ramah ketika orang-orang mengajaknya berbincang atau ketika ia harus menerima konsekuensi setelah menjatuhkan susunan papan jenga karena tidak fokus menata kala tiba bagiannya.
Bagaimana ia bisa fokus ketika berada di tempat ini, sebuah kafe sederhana agak jauh dari pusat kota, agak terpelosok, berada di ketinggian 250 meter di atas permukaan laut ini adalah tempat sakral yang bahkan lampu pijarnya saja begitu magis menyorot cerita jumpa pertama sepasang manusia?
Ini adalah tempat Rose menjumpai pertama kali pemilik dua netra cemerlang dengan wajah angkuh tapi di saat yang sama juga menawan. Dan ini juga adalah tempat Rose mendengar secara perdana, rasonan bariton lembut menyulam bincang dengannya.
"Segelas americano dingin"
"Tulisanmu bagus", dan—
"Kalau begitu beritahu aku ke mana aku harus memberi kabar?"
Saat itu rasa-rasanya akal Rose seperti lapuk dimakan karat. Ada banyak kekonyolan yang ia perlihatkan lantaran sukar merotasikan akal dengan benar untuk bersikap rasional:
menumpahkan kopi panas hingga mengenai sebuah jaket dan mengakibatkan tangan pemiliknya memerah, menarik sekian helai tisu dengan gegabah untuk membantu membersihkan noda-noda, berinisiatif mengobati redam yang merusak keindahan tangan korban dengan keahlian pas-pasan, dan tersenyum tolol hanya karena diberi sebuah plester untuk menutupi luka di kakinya sendiri yang bahkan tak ia sadari. Saat itu, mencuci jaket saja rasanya seperti mendapat trofi di ajang penghargaan bergengsi.
"Telepon mantan pacar dan bilang kalau kamu merindukannya!"
Menyingkirkan yang fana, kembali kepada yang nyata ada di depan mata. Rose pandang setiap mata di sekitarnya yang menanti agar ia segera memenuhi konsekuensi. Ponsel dioperasikan, sebuah kontak dicari, lalu dengan ragu ia gulirkan ikon dial.
memanggil ...
Ponsel diletakkan di atas meja agar semua anggota perkumpulan dapat menyaksikan bahwa tidaklah sesiapa yang Rose hubungi selain
... Jung Jaehyun
Lantas, setiap wajah dihiasi rasa bersalah, satu sama lain saling bersipandang seolah bertanya-tanya sejak bila status antara Rose dan Jaehyun berubah, apa mungkin ketika mereka datang terakhir kali.
"Halo. Chaeyoung ini benar kamu?"
Fitur loudspeaker dinyalakan sehingga setiap telinga bisa mendengar dan memastikan bahwa itu benar-benar Jung Jaehyun yang mereka kenal, bukan Jung Jaehyun yang lain.
"Eum, ini aku."
Meski dikerubungi rasa gugup, Rose mengupayakan tenang agar tetap menutupi permukaan.
"Sudah selesai memikirkan apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku?"
Jaehyun membawa konteks berbincangan mereka sebelumnya, yang mana jelas tidak berhubungan dengan maksud dan tujuan Rose menelponnya malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET
Fanfictionkamu tahu, kamu tidak boleh menerima cinta kalau tidak sepaket dengan pahitnya. ©2022 LINASWORLD START: 24/08/22 END: 3/10/23