Leon baru saja selesai membersihkan tubuh Luisa setelah menyelesaikan kegiatan panasnya tadi, ia menidurkan tubuh gadis itu di atas ranjang besarnya.
Senyum Luisa terus terpatri di wajah cantiknya sejak tadi, pria itu memperlakukannya sangat manis.
"Terima kasih sudah memandikanku untuk yang terakhir kali," ucapnya.
Leon tampak bingung tapi mengabaikan hal itu begitu saja, "Aku lapar, mau menemaniku makan malam?"
"Tentu!" Riangnya. Leon segera membungkus tubuh mungil Luisa dengan jaket kebesaran miliknya sebelum beranjak menuju ruang makan.
"Kita hanya mau makan malam, mengapa kau memakaikanku jaket?"
Leon tertawa melihat ekspresi bingung Luisa, "Cuaca pukul tiga dini hari sangat dingin Luisa, kau aneh sekali memintaku memandikanmu pada dini hari."
"Habisnya tubuhku lengket, aku tak bisa tidur nyenyak dan bertemu tuhan jika tak membersihkan tubuh dulu."
"Kau hanya ingin tidur, mengapa membawa-bawa tuhan segala," Leon menggelengkan kepalanya.
Dapur tentu sudah sangat sepi pada pukul tiga dini hari, Leon memutuskan untuk memasak ramen kemudian menyeduhnya dengan air panas.
"Untukmu, kau pasti lapar juga." Leon menyodorkan satu cup ramen yang sudah diseduh pada Luisa.
"Ah tidak terima kasih, aku sudah kenyang karena memakanmu tadi." Luisa menolak sopan, namun kalimat terakhirnya membuat Leon merona.
Gadis-Ah, wanita bersurai hitam itu sejak tadi memperhatikan Leon yang sibuk menyantap ramen nya sesekali berbincang kecil.
"Sebenarnya aku ingin juga, namun tidak bisa," Leon yang mendengar ucapan Luisa sontak saja bingung.
"Ada apa, jika kau tak bisa memakan yang pedas akan aku buatkan yang tidak pedas untukmu," pemuda itu menawarkan.
"Tidak perlu, omong-omong notifikasi ponselmu terus saja berbunyi sejak tadi, apa tak sebaiknya dilihat terlebih dulu, siapa tahu penting."
Leon menggeleng, "Aku akan menyelesaikan makan terlebih dulu, kau serius tidak lapar?"
Lagi-lagi Luisa menggeleng membuat Leon mengangguk paham, mungkin saja gadis itu alergi pada ramen atau tak bisa mengkonsumsi makanan sejenis mie.
Beberapa menit kemudian, "Aku selesai, terima kasih sudah menemaniku makan malam, terima kasih juga untuk malam ini."
Luisa hanya tersenyum, ia memperhatikan Leon yang bersenandung kecil sambil membuka benda pipihnya.
Beberapa detik kemudian air wajahnya berubah, ia terkejut saat membaca pesan yang dikirim oleh pemilik club.
Leon mengangkat satu alisnya dan menatap ke arah kursi yang tadi diduduki oleh Luisa. Kosong, tak ada siapapun di atas sana.
"Luisa ini tidak lucu, jangan bercanda," Leon berusaha menetralkan jantungnya yang berdegup kencang.
"Astaga Luisa kau dimana, aku sungguh sedang tak ingin bermain-main."
Leon segera berlari keluar menuju halaman rumah, tak memperdulikan dirinya yang masih mengenakan sandal rumahan berbulu dengan karakter kelinci merah muda.
Pak Bhadra mengernyit melihat majikannya yang tampak panik, dahi pria itu bahkan dipenuhi oleh peluh.
"Apa ada yang bisa saya bantu tuan?" Tawarnya.
"Tadi, apa tadi ada seorang gadis bersurai hitam yang memiliki poni masuk ke dalam kamarku?" tanya pria itu memastikan.
Pak Bhadra mengangkat satu alisnya, "Sejak tuan pulang tak ada siapapun yang datang."
"Terus yang tadi..." Belum selesai berucap, kesadaran Leon sudah lebih dulu hilang, pria itu benar-benar kehilangan kesadarannya membuat pak Bhadra panik tak karuan melihat majikannya yang tergeletak begitu saja di depan gerbang rumahnya.
Finn.
Leonard Weasley
Christina Luisa
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot | Liskook
Fanfic[ 18+/21+ ] just lisa and jungkook oneshoot - twoshoot