✈️ Prolog ✈️

96 8 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prolog

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prolog

Awan menghampar sejauh mata memandang. Kadang biru, kadang mengabu. Kadang pula hitam pekat bersama kilat guntur, menyampaikan amarah. Rintik-rintik berjatuhan menyamarkan tangisan. Off pergi dengan tangan yang menggengam erat kepingan hati.

Tak semua cinta berakhir bersama. Kadang cinta harus dibayar dengan rasa kecewa. Off tak tahu cara rela, cara dimana tangannya tak lagi menggenggam tangan kekasihnya. Pelukan yang hangat itu kini tak lagi sama.

"Off, lo mau kemana?"

Pertanyaan itu terlontar sesaat setelah Off menggeret kopernya. Alice menggenggam pergelangan tangannya sembari menggeleng. Off melihat bulir air mata menumpuk di pelupuk mata sahabatnya ini. Off hanya tersenyum dan ibu jarinya cekatan menghapus bulir pertama yang terjatuh di pipi.

"Gue harus pergi, lice. Kemana pun asal gak tinggal di Jakarta."

"Sayang, tahan Off."

Alice menoleh pada Arm, memohon bantuan tapi sang kekasih hanya menggeleng. Arm mendekat hanya untuk melepaskan genggaman tangan Alice di pergelangan tangan Off.

"Kalo kamu sayang Off, biarin dia pergi dari Jakarta."

Off mengangguk menyetujui kalimat Arm.

"Off..."

Tangisan Alice pecah. Tidak menyangka malam ini dia akan mengantarkan sahabatnya sebagai penumpang ke bandara. Arm mengusap punggung Alice untuk menenangkan.

"Doain gue kuat-kuat ya, Lice, Arm. Makasih juga udah mau peduli ke gue. Gue gak tau harus kemana waktu itu kalau gak ke kalian. Maaf, kalau gue ada salah sama kalian. Gue cuma mau titip mama gue aja. Sesekali kasih kabar tentang beliau. Gue masih butuh waktu buat nerima keadaan ini. Tapi gue yakin gue bisa."

"Lo juga berhak bahagia, Off."

Arm merangkul bahu Alice dan menepuk-nepuk untuk menenangkan kekasihnya itu. Off tersenyum getir seraya mengangguk, seakan ingin meyakinkan Alice kalau dia akan baik-baik saja. Memang Off tak mengatakan kapan dia akan kembali, tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Punggung Off kini mulai menjauh, menyisakan Arm yang memandang tegar dan Alice yang menangis dalam pelukan. Tak ada ucapan selamat tinggal dari keduanya, karena mereka yakin Off akan kembali membawa bahagia ke hadapan mereka meski tidak tahu kapan itu akan terjadi. Tapi Arm dan Alice yakin itu akan terwujud nanti.

Soekarno-Hatta, Jakarta 2021

Kisah tentang insan manusia yang sedang menjahit luka di atas awan membelah cakrawala. Berkelana, menemani bumi mengitari matahari, berharap cahaya senjanya kembali menyemai cinta yang telah lama mati. Negara demi negara kakinya dipijak, namun tak ada orang yang berhasil menetap.

Akankah Jakarta akan menyambutnya kembali?

Jakarta hari ini....

Jakarta Hari IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang