"Barou. menurutmu apa kamu bisa membuat jingle song untuk toko permen ini?"
.
.
Kalian tahu kan, kalau kalian punya keahlian khusus – misalnya, menggambar atau main piano– saat pulang kampung dan saudara berkunjung, ada saja anggota keluarga yang minta kita untuk menunjukkan keahlian itu. Kira-kira itulah yang Barou rasakan saat Marco memintanya membuat jingle song.
Marco tampak bersemangat, matanya berbinar-binar. Suasana dapur terasa sangat bahagia dengan aroma kue yang menguar, terlalu ironis rasanya jika terjadi penolakan.
Barou menatap Marco dengan skeptis, "Masalahnya Pak Marco, aku nggak punya peralatan yang memadai untuk menyusun komposisi musik di sini. Gitar saja aku nggak bawa."
Marco tidak gentar, ia mengacungkan jempolnya ke depan. "soal itu tenang saja, Ikuti aku."
.
.
Siang itu Barou dan Marco berdiri di depan sebuah piano kayu tua yang letaknya ada di dinding belakang area Toko Permen Helianthus. Piano ini sudah ada sejak toko permen dibuka, hanya saja terlalu minim interaksi yang terjadi sehingga tidak ada kesempatan untuk menjelaskannya dengan detail. Berdiri dengan elegan, piano itu terbuat dari kayu mahogani. Di atas board tempat tuts-tuts hitam-putihnya terdapat logo merk yang sulit dibaca karena cat dari engravingnya hilang tergerus waktu.
"Piano ini sudah ada sejak lama ya?" Barou bertanya, Ia berjalan mendekat ke piano dan mengangkat penutupnya.
TANG. Jarinya menekan salah satu tuts berwarna putih.
"Oh, masih bagus." Barou berkomentar.
"Tentu saja, kakekku merawatnya."
"Kakek pak marco dulu sering main piano?"
Marco menjawab sambil memutar kembali sebuah kenangan lama, "Piano ini milik nenek. Dia sering memainkan lagu Bengawan Solo saat aku masih belum masuk sekolah. Tapi aku pun tidak ingat banyak, nenek jatuh sakit dan meninggal saat aku berumur 8 tahun."
Barou bisa melihat wanita kurus dengan senyuman hangat, dan berdiri di sampingnya, seorang pria dengan bentuk wajah kotak dan kacamata bulat. Mereka berdua tersenyum dari balik bingkai foto yang dipajang diatas piano itu.
"Sejak itu kakek mengurus toko ini sendirian, tapi ia rutin mendatangkan tukang servis piano setahun sekali untuk tuning, tapi aku belum sempat memanggilnya lagi, haha. Dicoba saja dulu."
Barou menggeser kursi kayunya sedikit sehingga ia bisa lebih leluasa untuk menekan tuts-tuts piano. Debu-debu tipis membekas di jemarinya ketika ia mencoba beberapa tangga nada.
TING.
Suaranya terdengar lembut, terlalu lembut malah, ada sedikit ekstra gema yang terpantul dari dalam piano, mungkin karena belum diservis kembali atau memang suaranya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toko Permen Helianthus: ARC 2
General FictionToko permen itu ada di Ujung jalan. Oh ya? kalian sudah tahu? sepertinya memang video tic-tac tersebar dengan cepat ya. belakangan Toko Permen Helianthus trending karena maskot lucunya yang bisa bermain piano. kata Pak Marco sih ini menguntungkan...