10

4.7K 451 43
                                    

Segerombol remaja berseragam SMA itu melangkah menuju parkiran. Banyak pasang mata tertuju ke gerombolan remaja itu di sepanjang jalan yang mereka lewati. Bahkan banyak yang sampai menoleh dua kali. Karena memang pemandangan para most wanted Fantasia benar-benar tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Altheo dan Gladys kembali menaiki mobil mereka, mereka akan menjemput Leo terlebih dahulu. Teman-teman Arland dan kedua kroni Gladys menaiki kendaraan masing-masing. Mereka berpisah di gerbang karena memang berbeda arah.

Altheo dan Gladys sudah sampai di taman kanak-kanak dimana Leo bersekolah. Mereka memindai bocil bocil yang sedang keluar dari gerbang juga yang sudah bersama orangtua masing-masing.

Karena sudah merasa Leo terlalu lama, mereka berdua memilih memasuki gerbang taman kanak-kanak itu. Sekolah sudah sepi tetapi mereka belum juga bertemu dengan batang hidung Leo. Sebenarnya kemana bocil meresahkan yang sayangnya lucu dan tampan itu.

Nggak mungkin diculikkan? Kasian sama penculiknya soalnya. Pasti akan dibuat tertekan dengan tingkah bocil itu.

"Loh kalian bukannya kakaknya Leo ya?"

Suara penuh nada kelembutan itu membuat Altheo dan Gladys menoleh bersamaan. Terlihat disana seorang wanita paruh baya berpakaian formal khas seorang guru.

"Iya bu. Ibu tau Leo dimana gak?"

"Loh Leo sudah pulang daritadi. Tadi dia dijemput sama papinya"

"HA! PAPINYA!!" pekik Gladys terkejut. Disisi lain Altheo juga membelalakan matanya namun itu tak lama karena wajah Altheo kembali ke stelan pabriknya. Datar.

Guru itu menatap ke arah dua remaja berseragam SMA itu bingung juga aneh.

"Iya"

Gladys tersenyum kikuk mendapat tatapan aneh dari guru wanita itu.

"Kalau begitu kami pamit pulang dulu bu"

Gladys menyalimi tangan guru itu disusul oleh Altheo yang sedari tadi tidak mengeluarkan suaranya.

Tapi walaupun wajah itu tidak memperlihatkan ekspresi apapun alias lempeng lempeng saja, Gladys tau kalau Altheo tengah mengkhawatirkan keponakannya itu sekarang.

Mereka bergegas kembali masuk ke dalam mobil.

"Ke rumah itu?" Gladys menatap Altheo yang tengah menyetir dalam diam.

Altheo mengangguk, "Kak Alya udah nitipin Leo ke kita. Dia pasti marah banget kalau tau Leo di bawa sama si brengsek itu"

Gladys hanya mengiyakan. Di pikirannya terdapat gambaran peristiwa demi peristiwa di masa lalu tentang Kak Alya dan Leo. Ia merasa simpatik dengan Kak Alya.

Karena orang itu, Kak Alya sempat masuk rumah sakit jiwa karena depresinya yang parah. Altheo menjadi orang yang selalu bersikap dingin. Padahal aslinya cowok itu hanya memakai topengnya. Dan juga nyawa Leo hampir tak tertolong.

Dan.. orang itu atau lebih tepatnya mantan suami Kak Alya, dia--

Gladys menghela napas panjang, ia sebenarnya kini merasa takut dengan pria itu. Tidak hanya Leo yang selalu menjadi korban culik dari pria itu. Di ingatannya, tokoh Rifara ini sebenarnya juga sudah beberapa kali tiba-tiba terbangun dengan keadaan dirantai di kamar orang itu. Gladys bergidik ngeri mengingat keadaan Rifara kala itu. Entah apa tujuan pria itu menyekapnya juga. Padahal tokoh Rifara tidak memiliki hubungan apapun dengan pria itu. Yah kecuali ketika pria itu masih menjadi suami kak Alya.

Mobil berhenti, tapi kening Gladys berkerut bingung. Kenapa malah berhenti di depan rumahnya? Gladys menatap Altheo bertanya.

"Kamu di rumah aja ya. Aku tau Glad masih punya trauma sama si brengsek. Nanti aku suruh Asher kesini"

Gladys hanya mengangguk setelah merasakan usapan di rambut sebahunya.

"Jangan lupa kunci semua pintu dan jendela. Balkon jangan lupa. Jangan bukain pintu kecuali kalau itu gue, Asher atau anak ME"

Gladys mengangguk patuh.

"Inget jangan teledor. Kak Alya masih pulang besok soalnya. Keberangkatan pesawatnya ditunda. Aku juga udah nyuruh mbak Lala untuk bersihin rumah besok aja"

Lagi-lagi Gladys mengangguk mengiyakan. BTW Mbak Lala itu pembantu rumah Gladys. Tetapi hanya datang seminggu tiga kali. Itupun hanya membersihkan rumah saja.

Gladys manatap mobil Altheo yang sudah melaju meninggalkan rumahnya. Ia lalu memasuki rumah tak lupa mengunci semua pintu, jendela, dan balkon. Seperti yang sepupu tampannya itu katakan tadi.

•••

"Ayo makan!"

Bocah laki-laki berumur empat tahun itu cemberut menatap sinis pria yang menyodorkan sepiring nasi dengan lauk ayam kecap manis. Perutnya sebenarnya sudah berteriak meminta makanan sedari tadi. Apalagi sekarang disodori lauk kesukaannya itu. Tetapi mengingat siapa orang didepannya ini ia jadi malas menerimanya.

"Leo, papi bilang makan~"

Nada suara yang dilembut-lembutkan itu berhasil membuat Leo bergidik ngeri. Ia jadi penasaran tentang satu hal. Mengapa maminya yang cantiknya aduhay semlehoy ahay itu mau menikah dengan pria gila didepannya ini. Padahal mukanya juga biasa biasa aja kok. Gak kaya Leo yang kegantengannya gak perlu di pertanyakan lagi.

Padahal itu bapak lo loh Leo 😭

"Leo, ayo makan. Papi tau anak kesayangan papi ini suka ayam kecap. Papi udah capek masakin buat Leo loh~"

S

uara pria itu lagi mendayu.

Brak!

Pria itu menggeram kesal ketika ada yang beraninya mengganggu waktunya dengan putra kecilnya.

"BERANINYA KAU-"

"Maaf tuan, tetapi ini penting. Tuan muda Altheo dan teman-temannya datang--"

Tanpa menunggu salah satu bodyguardnya menyelesaikan laporannya. Pria itu langsung pergi setelah meletakan sepiring makanan itu di meja sebelah ranjang. Ia menyempatkan mengelus kepala Leo walaupun langsung ditepis kasar sama si empunya. Pria itu diam tidak membalas karena keadaan sedang mendesak.

Leo yang ditinggalkan menatap santai pintu yang sepertinya dikunci dari luar. Ia lalu memakan nasi dan ayam kecap yang dibawakan oleh papi brengseknya. Mumpung dia lagi sendirian.

Ia yakin om tembok dan teman-temannya itu akan berhasil membawanya pulang kembali. Jadi untuk sekarang, makan dulu gak si.






Yang merasa punya tangan silahkan vote, komen, and share. Gratis kok!

Ayo saingin vote chapter sebelumnya.

Sekian terima ape ape je lah

Who Am I ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang