🍇. Bukan salahku

234 22 1
                                    


"Akhirnya terbebas dari murid-murid baru itu, aku sudah tidak kuat bersama mereka. "

"Aku tidak pernah mendengarkan seorang wakil ketua osis berkata seperti dirimu itu. "

"Berbeda sedikit tidak berpengaruh. "

Jake memperhatikan anak-anak kelas 10A dari luar.

Mereka terlihat canggung meski kadang beberapa anak berusaha mencairkan suasana di kelas.

Usaha mereka sia-sia, terlihat sekali mata-mata anak kelas A itu sangat ambisius termasuk Jake anak kelas 11A.

Dia bisa melihat, anak dari kelas 10A rata-rata berasal dari keluarga berada.

Jake tahu ketika melihat penampilan mereka yang menurut ia familiar.

Bahkan anggota osis lainnya berkata anak bungsu dari seorang menteri ternyata bersekolah disini.

Itu bukan urusannya, anak menteri sekalipun akan dia pandang setara dengan anak-anak di sekitaran.

Jake berhak mendapatkan hormat ketika dia menghormati orang lain, tak peduli jika Jake hanyalah seorang adik dari penjual bunga didekat sekolahnya.

Jangan salah, kakak Jake itu meski bukanlah satu rahim sungguh ia adalah wanita baik nan cantik.

Tak heran banyak sekali anak laki-laki disekolahnya suka sekali berkunjung ke toko bunga kakaknya.

Jake akui, itu menyebalkan sebenarnya bahkan terlalu.

"Kita harus memberi sesi perkenalan, aku sudah muak mengenal seluruh anak disana. "

"Lakukan atau pembina akan mencabut gelar wakil ketua osis milikmu nantinya, hati-hati. "

"Upss- Maaf, Dek Jungwon. "

Jungwon adalah ketua osis disini, meski dia lebih muda dari Jake namun Jungwon dengan hebat berhasil lompat kelas melalui test IQ di sekolah menengah pertama dulu.

Jake kagum akan seluruh prestasi seseorang yang dirinya panggil sebagai Dek Jungwon.

Sudah pintar, mempesona pula.

Tidak heran bahkan hingga nenek- nenek mudah berkata Jungwon tampan.

Berbeda dengan Jake yang merupakan incaran ibu-ibu komplek untuk di jadikan calon suami anaknya.

Intinya, mereka sangat mempesona.

"Permisi- Hai, adik-adik kelas 10A! Semuanya sedang dalam keadaan baik saat ini bukan? "

"Baik kak! "

Jake dan Jungwon memulai sesi perkenalan tanpa mendapatkan kendala sejauh ini.

Satu- persatu murid mulai saling berkenalan sesuai permintaan pasangan osis itu.

Meski sangat menyenangkan, aslinya kedua kubu sedang memasang senyum palsu saat ini.

Hingga seorang anak lelaki berkulit pucat itu berdiri bersebelahan dengan murid yang Jake kenal sebagai anak tunggal dari ketua komite sekolah.

Mereka terlihat tak bersahabat, Jake kemudian berusaha mencairkan suasana di antara kedua adik kelasnya.

"Silakan, kalian berkenalan. "

Jake berdiri disebelah ketua osis, ia memberi ruang untuk kedua adik kelas tak bersahabat itu berkenalan.

Tak sadar posisinya membuat anak perempuan berbisik gemas melihat Jake bersanding dengan bahu lebar milik Jungwon yang perkasa bak pangeran berkuda.

Memang saat Jungwon dan Jake bersanding senang sekali untuk dibahas.

Entah mereka di katakan cocok, ingin menjelekkan, duo visual tak terkalahkan, atau seperti bunda-anak.

Hal itu membuat Jungwon dan Jake terdeteksi akan terus memimpin posisi teratas.

Hubungan mereka tidak ada spesialnya, itu karena Jake tahu Jungwon memiliki pacar di Amerika sana.

Sedang berkuliah sehingga dia dan pasangannya bersabar menunggu.

Jake kenal orang itu, bahkan dekat sekali karena mereka merupakan tetangga.

"Huh- Aku tidak sudi berkenalan dengan anak aneh seperti dia, itu membuat aku ternodai. "

"Anak dari istri siri sudah belagu. "




Bukhh-!




Semua didalam kelas dibuat diam saat lelaki berkulit pucat itu mendaratkan pukulan keras di pipi lawannya.

Jake tentu segera bertindak tegas terhadap pelaku sementara Jungwon menolong anak tunggal ketua komite itu ke unit kesehatan sekolah.

Anak lelaki berkulit pucat itu memperhatikan Jake yang masih berada disebelahnya.

Mata elangnya tak menyiratkan penyesalan sedikit pun setelah memukul lawannya.

Jake benar- benar merasa kesal ketika membalas tatapan mata adik kelasnya itu.

"Ini adalah hari pertama dan kamu membuat masalah, harusnya kamu tak melakukannya. "
"Dia menyebalkan. "

"Aku tahu, namun kamu tidak perlu bermain fisik hingga anak itu benar-benar kesakitan. "
"Cih- Kau berkata seolah dia benar. "

Rahang Jake mengeras melihat perilaku dari anak lelaki berkulit pucat tersebut.

Ia meremehkan wakil ketua osis itu, mencoba menantangnya seolah dia sudah berada di level sama.

Tentu semua orang pasti akan kesal saat merasa tersinggung oleh sikap orang lain.

Jake mengalihkan perhatiannya itu ke pintu kelas ketika melihat wakabid kesiswaan saat dia melangkah masuk.

Semua murid terlihat makin tegang,

atmosfer terasa makin berat,

dan bulir keringat dingin penuh gugup terasa menyeramkan sekali.

"Permisi- Tuan Shim, ada apa ini? "
"Situasi sudah saya tangani, murid disebelah saya adalah pelaku aksi pemukulan korban. "

"Uhm- Tuan Shim, kemari sebentar. "

Jake mengikuti wakabid kesiswaan tersebut dengan kebingungan.

Wakil ketua osis manis itu makin dibuat bingung melihat raut sedih di wajah Jungwon. Kembali dalam hati Jake bertanya, muka guru itu terlihat tak baik.

"Kau tahu? Anak yang kau sebut pelaku itu adalah anak seorang menteri, Tuan Shim! "

"Entah dia anak menteri atau petani, kita tak boleh memandang status sosialnya pak. "

"Kau berniat menasehatiku!? "

Dia tidak suka ini, Jake tidak suka seseorang memandang manusia lainnya sesuai status sosialnya.

Meski sekali pun pelakunya adalah anak menteri maka dia harus mendapatkan sanksi.

Jake tak percaya, wakabid kesiswaan lengah karena pelaku adalah anak menteri.

Ketika Jake selesai dimarahi habis- habisan oleh wakabid kesiswaan, Jungwon langsung memeluk seseorang yang dia anggap sebagai kakak kandungnya.

Didepan seluruh kelas 10A wakabid kesiswaan mempermalukan dirinya karena memiliki prinsip yang benar.

Jake sungguh merasa malu mengingat kata-kata wakabid kesiswaan yang terlontar ringan bagai angin kearahnya.










"Tak tahu malu.. "












The Rich Kid Chases My Attention. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang