~ PROLOG ~

345 32 2
                                    

Jam pulang sekolah sudah lewat dari 30 menit yang lalu, anak-anak sebayanya telah pulang dan hanya menyisakan dirinya sendiri. Menunggu berharap sangat ayah akan menjemputnya, mengingat ramalan cuaca tadi pagi menyampaikan badai akan terjadi malam hari.

Detik demi detik berlalu, namun sosok yang begitu diharapkan tak kunjung datang. Ah... Dia lupa, dirinya bukan lagi sosok yang perlu dipedulikan sehebih itu. Jadi mau dia pulang terlambat sekali pun, dua orang dewasa tersebut tak akan khawatir. Lain halnya jika itu sangat kakak.

"Sudahlah... Lebih baik segera pulang, sebelum badai datang." putusnya, melangkahkan kaki dari halte bus.

Menembus kasarnya angin yang mulai membawa awan gelap, menutup langit keorenan dengan cepat. Beruntung, sekolah yang dimasukinya tidak terlalu jauh sampai memerlukan dirinya naik transportasi umum. Hanya tiga persimpangan jalan, dirinya hampir sampai, saat dia kakinya melangkah menyeberangi jalan. Dari pertigaan, Seorang pemuda berlari kencang tanpa tahu di depannya mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi menuju arahnya.

Maka, karena tidak meelihat lampu lalu lintas berubah warna. Gadis itu menarik dan mendorong pemuda dengan kuat hingga, si pemuda terjatuh ke trotoar. Namun tidak dengan gadis itu, kecelakaan tak dapat terelakkan.

Dibawah langit yang menggelap, langit menurunkan sedikit demi sedikit tetesan airnya dan lambat laun menjadi deras. Tubuh lemas yang tergolek di tengah jalan mengundang orang-orang yang menyaksikan aksi gadis itu segera menghubungi Ambulance.

Sayup-sayup, gadis itu mendengar suara yang menyuruhnya untuk tetap sadar. Kepalanya nyeri, menyebar keseluruhan tubuhnya, aneh. Pada hal dia yakin tadi tidak ada seorangpun yang peduli, tapi sekarang mereka mengerubuninya seperti tumpahan sirup manis.

Kesadarannya perlahan memudar, sebelum benar-benar kedua netra lilac itu tertutup. Dia mendengar satu seruan keras yang memanggil namanya, seruan yang diliputi emosi panik dan khawatir.

Hah... Mana mungkin.

Pasti itu hanya halusinasinya saja ditengah sekarat. Tapi, jika itu memang sungguhan baguslah, setidaknya mereka masih punya hati menguburkan tubuhnya nanti. Dan hidup bahagia tanpa perlu menanggung malu setiap saat.

"S-se-mog-a... B-ba-hag-ia... K-ka-lia-n... " dan tepat setelah mengucapkan kalimat perpisahan. Binar yang menghiasi netra lilac tersebut hilang, digantikan dengan keredupan dan juga perginya roh gadis itu dari dunia.

=====

Sabtu, 30 September 2023

Hiraet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang