Chapter 6

8.1K 925 41
                                    

Selama jerry menjelaskan di depan tentang acara ospek besok, renjun hanya termenung karena beberapa perkataan yang menurutnya sulit untuk di mengerti. Renjun hanya mengangguk ketika para anggota BEM lainnya mulai menyuarakan beberapa opini untuk acara ospek besok.

"Baik sebelum saya mengakhiri sesi rapat pada hari ini, ada yang ini memberikan gagasan lagi atau sekedar bertanya?" Semua anggota Bem secara serempak menoleh kearah renjun, renjun otomatis ikut menolehkan kepalanya kebelakang.

"Lu goblok" Joly menyikut lenganya sambil berbisik, Renjun reflek menghadap lagi kearah depan sambil menggelengkan kepalanya.

"Baik, saya akhiri rapat hari ini untuk besok anggota BEM harus datang pagi jam 5 untuk menyiapkan properti dan rapat mengenai rentetan acara" Renjun yang akan beranjak Tiba-tiba tanganya di tarik membuat renjun terduduk kembali.

"Tumben gak caper ke jerry? Lu lagi gak enak badan ya? Demam?" Jolly menyentuh dahi dan pipi milik renjun, renjun tentu saja langsung menepis tangan joly.

"Gue balik duluan, HEMA TUNGGU" Renjun berteriak memanggil hema ketika pria itu sudah menghilang dari ruang rapat, Dengan langkah terburu-buru renjun langsung ikut keluar untuk mencari sosok hema, joly kini ikut buru buru mengaitkan tas miliknya di pundak dan menyusul renjun yang kini sudah keluar ruangan terlebih dulu.

-------------------

"Roxy" Bukanya berhenti namanya di panggil, renjun terus melangkah untuk mencari sosok hema namun langkahnya berhenti ketika tangannya mulai di tarik.

"Apaan sih jol- eh jerry??" Renjun kira joly yang terus mengikuti dirinya namun di luar dugaan, sosok yang tak pernah renjun duga yaitu 'jerry' tengah berdiri di depannya dan menggenggam lengan miliknya.

"Roxy, lu udah ngomong sama pak wanto?" Renjun seharusnya tidak terkejut dengan pertanyaan milik jerry yang secara tiba-tiba menjaga dirinya, ada rasa sedikit kecewa didalam lubuk hati, tapi ini bukan perasaan kecewa milik renjun.

"Udah, tetep gak bisa" Wajah jerry yang datar tiba-tiba berubah, renjun yang melihat perubahan ekspresi jerry langsung melihat ke arah kanan dan kiri takut jika jerry mengamuk sampai memukul dirinya, maka pertama yang akan renjun lakukan adalah berlari sekuat tenaga, renjun tau diri untuk tidak melawan jerry karena dari segi badan saja dia sudah kalah telak.

"Ya lu usahain kek, ini semua kan gara gara lu" Renjun sampai saat ini tidak mengerti dengan roxy yang begitu mencintai jerry, lihat sifat menyebalkan. Wajahnya memang sangat menawan tapi kelakuannya 180° berbeda dari rupa fisiknya yang menggambarkan ketenangan dan rupawan.

"Gue udah minta maaf, hema juga udah gak masalah, terus kenapa jadi lu yang nyolot" Jerry terdiam melihat roxy yang membalas perkataan darinya. Roxy biasanya hanya akan menunduk dan meminta maaf pada diri jerry lalu menangis, bukan malah menatap lurus tepat kearah matanya sambil membalas perkataan jerry tak kalah ketus.

"Lepas" Jerry yang sadar tanganya masih mengcengkram lengan roxy buru buru melepaskan, sebelum melenggang pergi roxy masih sempat menatap tajam kearah diri jerry seolah menantang lalu melengos pergi meninggalkan jerry seorang diri, dengan banyaknya pertanyaan yang ada di kepalanya yaitu perbedaan sikap roxy yang sangat kontras membuatnya kebingungan sekaligus penasaran.

Sedangkan di lain sisi renjun memijat pelan bekas rematan jerry, sebenarnya renjun tadi mencoba untuk melepaskan cengkraman jerry. Namun cengkraman pria itu sangat kencang membuat dirinya susah untuk bergerak dan akhirnya pasrah, namun untungnya jerry melepaskan cengkramannya tampa banyak bicara.

Kini renjun tersesat, dia sudah tidak tau dimana posisinya saat ini, karena tadi dia mengikuti hema tampa mencoba untuk mengingat jalan yang tadi dia lewati. Renjun menundukkan kepalanya karena bukan hanya lelah tapi perut dan kepalanya sakit, renjun bersandar pada tembok dan menutup matanya karena rasa sakit di bagian perut yang awalnya perih karena kelaparan kini berubah menjadi rasa nyeri dan sakit.

"Roxy?" Sebelum roxy menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya kesadarannya hilang, tapi renjun sempat melihat wajah orang yang kini masih memanggil namanya.

"An angel?" Gumam renjun pelan lalu kesadarannya menghilang.

-----------------------

"Iya, mana gue tau" Renjun mendengar samar samar pembicaraan seseorang, suaranya asing bukan milson, yevany, joly, hema apalagi jerry.

Tenggorokannya sangat kering, saat ini dirinya merasa sangat haus. Renjun menoleh kearah samping dan melihat gelas yang berisikan air. Renjun bangkit dari tidurnya hal itu membuat kasur berdecit, renjun mengumpat dalam hati karena pria itu kini menghampirinya, karena suara langkah yang terdengar renjun semakin dibuat gugup.

"Lu gak papa?" Korden tersibak, renjun melamun ketika melihat wajah pria di depannya ini. Apakah dirinya sudah Mati atau saat ini dia tengah berada di tengah tengah bumi dan akhirat karena renjun melihat malaikat yang kini semakin dekat menghampirinya.

"Hmm" Renjun mengangguk saking bingungnya harus melakukan apa, renjun saat ini merasa salah tingkah karena pria di hadapannya ini sama sekali tidak melepaskan pandangan terhadap dirinya.

"Gue udah nelpon jerry, bentar lagi lu bakal di jemput" Sebelum pria itu beranjak, renjun menahan pria itu dengan menarik ujung kaos miliknya.

"Kenapa harus jerry? Kan bisa ke yang lain" Renjun mengatakan dengan suara pelan, pria itu menunduk dan mengatakan tepat di depan wajahnya.

"Bukannya lu seneng? Gue gak tau lu lagi pura pura atau apa, jerry paling gak bisa ngeliat orang sakit dan lu manfaatin kesempatan itu" Renjun menautkan alisnya, apakah pria ini sedang berpikir dirinya berbohong hanya untuk mencari perhatian jerry, renjun hanya bisa menundukkan kepala miliknya.

Renjun tidak tau siapa pria asing di depannya ini, tapi sepertinya dia cukup dekat dengan jerry tetapi kenapa menuduh sebegitunya. Perutnya masih sakit dan kepalanya juga masih terasa pusing tetapi dia akan menahan semua agar pria di depannya ini tidak menganggapnya lemah.

"Jimmy, roxy mana?" Renjun menoleh kearah pintu uks disana bukan sosok jerry yang renjun perkirakan, melainkan milson yang sepertinya kehabisan nafas sambil berjalan kearahnya.

"Tuh, gue duluan" Pria itu tersenyum sinis kearah  renjun dan melenggang pergi, dari awal jimmy memang menelpon milson bukan jerry. Renjun tidak menduga jika pria itu merupakan salah satu tokoh teman dekat dari pemeran utama yaitu jerry, benar benar seorang malaikat MAUT mulai saat ini dia akan mengebarkan bendera perang kepada jimmy.

"Mananya yang sakit?" Renjun menyandarkan tubuhnya ke headboard kasur sambil memegang perutnya.

"Tadi sebelum berangkat belum makan?" Renjun menggeleng pelan menjawab pertanyaan milson.

"Roxy, kamu punya penyakit maag dan dari tadi pagi sampe sekarang udah sore kamu belum makan" Milson langsung menyodorkan roti dan sebotol air, renjun baru sadar jika milson menenteng plastik.

"Perutnya masih perih gak?" Renjun kembali mengangguk.

Milson berdiri dan pergi ke tempat kotak obat berada, dia tampak mencari sesuatu sambil sesekali membaca nama obat tersebut. Lalu setelah dia dapat, milson membuka obat dan botol air lalu di berikan kepada roxy.

"Minum obat dulu habis itu istirahat, nanti kalo udah enakan baru makan" Renjun mengangguk dan kembali tidur, walaupun saat ini perutnya bergejolak bahkan renjun hampir muntah tapi dia terus menahan karena akan merepotkan milson nantinya ketika dia muntah di sini.

Ketika renjun sudah hampir terlelap, dengan samar dia mendengar pintu terbuka dan mendengar suara seseorang yang menurutnya tak asing.

'Jerry' nama itu yang terlintas di benaknya, apakah itu hanya imajinasi renjun tapi tak lama dari itu dia tertidur lelap.

TBC.

My Brother Is Protagonis [noren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang