Part 1

24 0 0
                                    

POV. Author

-
-
-

Cerita indah itu dimulai, sejak pertemuan Alma dengan Arash di suatu tempat.
  Alma adalah gadis yang cantik, periang tapi ia sebenarnya pemalu. Sedangkan Arash, seorang pemuda tampan, perawakannya ideal, terkesan cuek, namun nyatanya ia adalah lelaki yang penuh perhatian.
    Alma dan Arash mengikuti kegiatan yang  diadakan oleh kampusnya. Pada saat itulah, Arash jatuh cinta pada pandangan pertamanya. ia melihat Alma berbeda dengan wanita lainnya. Alma begitu antusias mengikuti kegiatan tersebut. Sehingga, Alma tak sadar, jika Arash mengamatinya dari kejauhan.

"Hei! Ngelamun aja lu, bro?!" Tegur Reza, sahabatnya.

Arash yang kaget, refleks menangkis tangan Reza.
"Apaan sih, Za. Kan, jadi kena sabetan tangan besiku!" Ucapnya dengan muka tegang

"Gak papa, lah. Udah kebal ini." Jawab Reza sedikit menggodanya.

"Kamu liatin siapa sih?" Imbuh sahabatnya dengan mengamati sekelilingnya.

"Liat deh, Za. Perempuan yang pake gamis hitam, kerudung warna biru tua itu." Ucap Arash cepat.

"Nah, iya itu!!!!" Lanjutnya sambil merangkul bahu sahabatnya, menunjuk satu perempuan di depannya.

Seketika mata sahabatnya itu membulat sempurna, tertuju pada Alma yang sedang melakukan interaksi dengan warga.

"Astaga! Arash." Pekiknya disertai gelak tawa.

Arash hanya diam tersipu malu.
"Kenapa emangnya? Ada yang salah!?"

"Itu tuh, Alma namanya, temenku jaman orok." Pungkasnya.

Seketika angin segar menerpa wajah Arash
"Seriusan? Oke. Kamu harus kenalin aku ke dia." Pinta Arash antusias.

Reza semakin senang menggoda sahabatnya itu. "Tapi ada syaratnya, lah. Yakali, cuma-cuma, sih!" Tegas Reza penuh kemenangan.

"Ampun, deh, sama kamu, Za. Temen minta tolong aja masih kepikiran begitu." Putus Arash menghela nafas.

"Mau, gak?" Lanjut Reza cepat.

"Yaudah, Apaan?!" Arash nampak terpaksa menyetujui syarat dari sahabatnya.

"Bantuin kerjain skripsi dong."  jawabnya ketus.

Arash lantas menggeleng-gelengkan kepalanya. Nampak kesal dengan permintaan sahabatnya.
"Kamu mah, Za. Skripsi aja butuh sumbangan! Gimana nanti nikahan?" Lanjut Arash

"Ah! kamu, gitu ngomongnya! Bawa-bawa nikah." Timpal Reza, cemberut.
"Ya kalo buat nikah mah. Gak harus endors lah. Semoga cukup sama tabunganku aja." Imbuhnya antusias

Arash yang menahan senyumnya, seketika tertawa terbahak-bahak
"Zaa... Reza. Bersyandaaa! Janganlah marah." Celetuknya seraya memegang bahu sahabatnya.

"Iya. Aku bantuin deh, skripsimu itu." Ucap Arash membuat sahabatnya melirik ke arahnya.

"Gak ah! Orang aku juga bersyandaaaa." Jawabnya sambil tertawa

"Sialan emang!" Potong Arash kesal

Suara gemuruh yang datang dari tengah-tengah warga yg mengelilingi Alma, tak dapat ditembus oleh Arash dan sahabatnya. Alma yang sedang memberikan arahan untuk warga sekitar tentang bagaimana mengolah suatu barang bekas menjadi barang yang layak jual dan bernilai tinggi.

Antusias warga mengikuti kegiatan ini tak diragukan lagi, terlihat Alma yang juga bersemangat dari awal hingga di penghujung kegiatan. Ya, kegiatan ini dari mahasiswa tingkat akhir universitas swasta di kota Alma. Alma, Arash dan Reza adalah mahasiswa yang ikut andil di kegiatan tersebut. Namun, Alma dan Arash tidak saling mengenal. Karena beda jurusan.

Setelah waktunya sedikit lenggang, Reza menerobos masuk di tengah-tengah warga.

Reza berbisik di telinga Alma
"Al, ada yang mau kenalan. Temenku, nih. Bisa dong, setelah acara kita ngobrol sebentar?" Ucap Reza sedikit cepat

Alma tercengang. "Hah?! Kenalan? Apaansi, Za. Udah, ah. Gak usah! Masih sibuk nih." Jawab Alma dengan menggeser posisinya

Terlihat Reza tak menyerah. "Ayo, lah! Sebentar aja. Please!" Reza terus mengiba.

"Kenapa, sih. Ribut aja." Celetuk perempuan di sebelah Alma. Rere, adalah sahabat Alma.

"Ini mbak. Temenku ada yang pingin kenalan sama Alma. Alma gak mau." Jawab Reza gugup.

"Oalah!! Jangan Mbak, dong. Berasa paling tua deh gue diantara kalian. Gue Rere." Katanya dengan nada kesal.

"Al, knpa gak mau? Udah mau aja. Itung-itung nambah temen, kan?" Imbuh sahabatnya kepada Alma.

Alma mengangguk, padahal Alma tidak tertarik dengan ajakan Reza.

"Waah makasih, mbak. Eh. Rere. Alma jadi mau nih." Ucap Reza dengan girang.

"Oke. Selesai acara. Kita tunggu di beskemp, ya!" Imbuh Reza, lalu beranjak pergi.

"Duh! Rere. Kenapa gitu, sih ngomongnya? Kan aku gak mau. Reza mah tau dari jaman dulu, rumahnya aja lima langkah sama rumahku. Aku tau wataknya gimana. Jangan-jangan temennya juga sama!" Gerutu Alma pada sahabatnya.

"Eh. Eeh. Eeh! Gak boleh su'udzhon loh. Masa sama temen sendiri, gitu? Siapa tau temennya Reza itu baik, Al." Jawab Rere tegas

Mata Alma menyipit "terus aku harus apa, Re?" Tanyanya polos

"Ya, iya-in aja gitu, lho, Al. Kita gak tau, siapa tau emang mereka mau baik-baik ke kita, kan?" Jawab Rere greget.


Bersambung ______

Dimana Letak Salah Itu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang