Part 4

7 0 0
                                    

POV. Author
-
-
-

Dua tahun berlalu, sejak hari wisuda itu. Alma, Arash dan sahabatnya menjalani hidup masing-masing.
Tidak ada lagi cerita konyol muncul dari celetukan Reza, tak ada lagi suasana tegang, karena judesnya Rere yang saat itu bisa kambuh tiba-tiba, kakunya sikap Arash dan Cerianya Alma melengkapi kebersamaan diantara mereka.

"Mah. Udah dua tahun ini, Alma gak ketemu sama Rere. Rasanya kangen banget sama dia." Ucap Alma yang menyenderkan kepalanya di pangkuan Mamanya.

"Iya. Mama juga kangen. Biasanya kalo kesini. Tu anak bikin rame. Udah kaya punya anak kembar kalo kalian lagi berantem, ribut gitu." Jawab Mama seraya membelai lembut rambut anak semata wayangnya.

"Aahh! Mama bikin aku sedih. Kan Alma makin kangen jadinya." Timpal Alma manja.

"Eh. Sama Arash gak kangen?" Goda Mamanya.

"Lho? Kok mama bahas Arash?" Sergap Alma terbangun dari pangkuannya.

"Ya, gak apa-apa. Orang mama cuma nanya, ko?!" Senyum tipis menyumbul di wajah mamanya

Tanpa diduga, ternyata memang Arash Rajin menghubungi Ayah Alma, menanyakan kabar bahkan mengirimi makanan untuknya.

Sang Ayah yang selalu bercerita ke Mamanya, harus ikut merahasiakan hal ini pada anaknya.

"Pokonya, Alma gak suka. Kalo mama bahasa-bahasa Arash di depan Alma." Putusnya

"Lho! Kenapa gitu? Arash tuh baik. lho, Al. Ganteng, soleh dan lebih penting lagi, dia itu sopan anaknya." Jelas mama Alma semakin terlihat bahwa dia berada di kubu Arash

"Ma.. Kok, Mama bisa ngomong gitu? Mama kan baru sekali ketemu dia. Dua tahun ini gak ada komunikasi. Kok mama sok tau. Kaya dukun aja." Jawab anaknya tak mau kalah

"Lho... Jangan remehin feeling Mama dong. Percaya deh sama Mama. Dari pandangan pertama mama udah yakin kalo Arash anak baik, Al." Belanya.

Setelah perdebatan sengit itu, tak lama Ayah Alma pun datang membawa makanan kesukaan anaknya.

"Alma, sayang. Nih, Papa bawa apa?" Ucapnya sambil mendekati Alma dan istrinya.

Sontak kedua perempuan itu menoleh dan tertuju pada tentengan yang dibawa lelaki paruh baya itu.

"Itu apa, Pah?" Terka sang istri

"Tebak dong!?" Sanggah sang suami. Karena Ayah Alma membawa makanan itu dengan pelastik hitam.

"Lihat dong, Pah. Bikin penasaran deh!" Timpal Alma

Ayah Alma pun membuka bungkusan pelastik itu
Dan ..

"Waahh.. Papa tumben beliin Alma spaghetti dan burger? Emang Papa punya uang?" Ujar Alma dengan mata berbinar.

Seketika belaian dari tangan lembut Mamanya pun mendarat di kepalanya, mengelus dengan lembut.

"Maafin kami ya, Al. Kamu minta ini itu belum pernah kami belikan. Kamu selalu berusaha membelinya dengan usahamu sendiri." Ucap Mama Alma menyeka air mata yang hampir menetes.

Terlihat Ayah Alma hanya tersenyum, menguatkan diri dengan tidak ikut menangis

"Dari usia kamu masih kecil. Sampai sekarang kamu sudah dewasa. Banyak sekali kemauan yang belum kita penuhi." Imbuhnya lagi

"Maah.. Ada apa ini? Kenapa melow, sih? Ayo makan. Papa sepertinya lagi banyak orderan ojek yah hari ini?" Lirihnya

"Iya, Nak. Alhamdulillah." Jawabnya.

"Selamat ulang tahun anak kesayangan Papa dan Mama. Maaf ya. Hanya bisa kasih kamu ini aja." Ucap kedua orangtuanya seraya memeluk hangat anak semata wayang

"Pah, Mah. Alma yang harusnya minta maaf. Alma masih saja merepotkan Papa sama Mama. Terimakasih sudah memberikan apapun yang Alma mau. Meski Papa harus berjuang lebih keras lagi untuk aku."

Plot flashback
-
Alma lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya hanya pekerja serabutan. Kadang ngojek, kadang dipanggil untuk pengerjaan rumah dan apapun dilakukan untuk kebutuhan anak dan istrinya

Alma sekolah sampai kuliah ia usahakan sendiri. Siang Alma sekolah, malamnya Alma berjualan. Hingga lulus SMA
Masuk kuliah, Alma masih kerja untuk memenuhi kebutuhannya.

"Al. Ada seseorang mengajakmu menikah. Kamu mau?" Tanya Ayahnya.

Seketika Alma tercengang mendengar Ayahnya berbicara.
"Ma-maksud, Papa?" Jawabnya masih dengan kebingungan.

"Iya, ada yang ngomong ke Papa. Kalo mau nikahin kamu tahun ini. Kamu mau gak?" Tegasnya

Sementara Alma terdiam, masih menerka apa maksud penyampaian Ayahnya.
Akankah Alma bersedia dengan perjodohan ini?

Bersambung___

Dimana Letak Salah Itu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang