Part 2

7 0 0
                                    

POV. Author

-
-
-

Terik matahari, kian memudar, menyisakan kehangatan dengan semilir angin yang berhembus terarah.
Arash dan sahabatnya masih setia menunggu kedatangan dua wanita yang tiga jam lalu menyetujui ajakan Reza.

"Ya elah, Ar. Udah berapa jam duduk di sini kek orang bego?! Kopi udah abis, cemilan sisa kulitnya." Gusar Reza yang sudah kesal.

"Lho! Kok, jadi grutu, Za? Kan kamu yang ngajakin tu cewek buat ketemu di sini. Dia beneran mau apa engga?" Timpal Arash santai

"Ya, mau. Makanya aku ajak kamu ke sini." Imbuhnya yakin.

Beberapa saat kemudian..
Suara hentakan kaki melangkah terdengar cukup jelas. Reza langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Eh! Rere dateng juga." Ucap Reza gugup.

Diikuti Arash yang sedang memainkan ponselnya juga menoleh, dengan gelagat salah tingkahnya. Arash tak sengaja menyenggol bekas kopi yang ia minum bersama Reza.

"Mulai!!! Mulai deh, tremornya. Biasa aja, sih, Ar." Goda Reza dengan lirikan nakal.

"Em. Euhh. I-iya, sorry." Arash mengambil gelas yang terjatuh.

"Kok, lama, sih? Abis ngapain coba?" Tanya Reza pada Alma.

"Ngapain kek, ngapain kek. Perlu banget tau urusan orang!" Jawab Rere kesal.

Rere ini perempuan paling judes di kelasnya. Tapi, kemurnian hatinya bisa melebur sifat judesnya. Karena Rere tidak suka memihak pada yang salah meskipun sahabatnya. Tidak akan berkata benar dengan kebohongan. Pokonya Good lah.

"Eh. Ya iya, juga sih. Maksudnya kan, kita tuh udah lama banget nunggu kalian. Ampe sore gini." Jawab Reza membela diri.

"Loh. Ya emang salah kita?? Kamu yang ngajaknya kesorean! Lagian lebih penting kegiatan sama warga dari pada pertemuan ini!" Gertak Rere.

Reza hanya cengar-cengir. Arash yang kebingungan memulai topik obrolan, terlihat Alma juga masih diam.

"Udah. Udah. Kesini mau debat??" Celetuk Arash.

"Noh!! Temen lu duluan." Potong Rere cepat.

"Oh, ya. Saya, Arashka dirgantara. Panggil Arash, aja." Imbuhnya memperkenalkan diri kepada Alma dan Rere

"Alma Shanaya." Jawabnya sambil tersenyum tipis.

"Renata Alvi" lanjut sahabatnya.

"Oke, oke. Duduk! Saya pesan minuman ya. Alma mau apa?" Ucap Arash menatap Alma.

"Mineral dingin, aja." Jawabnya cepat

"Kalo, Rere?" Lanjut Arash

"Es Jeruk, deh." Katanya sambil meraih kursi.

Pesanan pun datang selang beberapa waktu setelah Arash kembali duduk di tengah-tengah Alma, Rere dan sahabatnya.

"Ini, untuk Alma." Ungkap Arash mengambil botol mineral lalu membuka tutupnya untuk Alma.

Sontak mata Alma membulat sempurna, diiringi sorakan Rere dan Reza.

"Uhuuy!!" Teriaknya bergemuruh.

"Apaan, sih!" Ucap Alma salah tingkah. Sambil meraih botol mineral yang dihadapkan padanya

"Makasih. Ar." Imbuhnya lalu tersenyum.

"Oke, oke. Jadi kesimpulan pertemuan ini apa, ya?" Celetuk Rere memecah hening setelah sorakan terjadi.

"Nah, loh. Jawab Ar!" Teriak Reza dari sudut tempat duduk.

"Gak ada. Cuma pengen kenal lebih dekat sama perempuan manis. Yang sedari tadi sibuk kesana kemari tiada lelah, tiada mengeluh. Keren, sih!" Paparnya pada Alma. Lantas Rere dan Alma pun mengerenyitkan dahinya.

"Siapa maksudnya? Jangan lebay, deh, jadi cowok!" Putus Rere.

"Ya pasti dia lah." Jawab Arash cepat. Senyum miring di bibirnya dan lirikan matanya mengarah untuk Alma.

"Siiiiaaaaaaattt!" Pekik Reza.

"Peppeett teross, Ar. Pepeeettt!!" Lanjut Reza meledek sahabatnya.

"Sebentar! Ini maksudnya apaan, ya?" Kepolosan Rere mulai mencuat

Bersambung ____

Dimana Letak Salah Itu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang