2 - Sebuah Pertemuan

96 2 1
                                    

Berlari membuat napas Peter memburu. Peter berniat menetralkan deru napasnya ketika pintu kelasnya terbuka dan seorang perempuan berumur sekitar lima puluhan dengan tangan yang dilipat di dada keluar dari situ. Nama wanita tersebut Madam Jolie, seingat Peter. Daya ingat Peter cukup bagus. Ia dapat mengingat secara langsung hampir semua nama guru disekolahnya pada masa orientasi siswa yang berlangsung tempo hari.

"Siapa namamu?" Madam Jolie yang memang keluar kelas dengan tujuan memergoki Peter, bertanya dengan sengitnya.

"Aku... Peter... William," jawab Peter diselingi napasnya yang tersengal.

Bunyi sepatu Peter yang beradu dengan lantai tadi pasti menimbulkan kebisingan yang cukup menarik perhatian. Tidak heran jika Madam Jolie langsung keluar ruangan kelas demi 'menyambut' Peter. Peter sama sekali tidak berniat untuk menarik perhatian, ia hanya tidak ingin membuang lebih banyak waktu, terlebih ia tahu bahwa hal ini-mendapat teguran dari gurunya- tidak akan dapat ia hindari.

Madam Jolie yang sudah memiliki kerutan tipis di dahinya membuat kerutan yang lebih jelas lagi ketika ia mengamati keadaan Peter. "Apa yang terjadi denganmu? Dikejar sekawanan kuda?"

Peter hanya menjawab seadanya. Ia pasti tampak bodoh sekali sekarang. Bukannya ia tidak bertampang bodoh, hanya saja ia pasti terlihat lebih bodoh lagi ketika menuturkan alasan bodohnya terlambat masuk kelas.

Madam Jolie hanya merespon dengan mengangkat alisnya tinggi-tinggi, yang Peter anggap sebagai kerutan-dahi-tingkat-maksimum. Peter hampir saja menyemburkan tawa ketika mengingat kondisi genting yang harus dihadapinya kini.

Wanita di hadapan Peter menghela napasnya. "Masuk."

Peter langsung menuruti perintah yang tidak bisa ditolaknya. Ia melangkah masuk ke dalam kelas dan mendapati dirinya secara mendadak menjadi bahan pertunjukkan yang menarik bagi dua puluh empat siswa lainnya.

Kakinya benar-benar ingin melangkah ke tempat duduknya dan 'menghilang' di situ, bukannya berdiri di depan kelas dan menjadi pusat sorotan seluruh pasang mata satu ruangan. Namun apadaya, Madam Jolie pasti tidak ingin Peter masuk ke dalam zona nyamannya. Pastinya, wanita itu setidaknya ingin mempermalukan Peter terlebih dahulu sebelum mengizinkan Peter menuju ke tempat yang seharusnya.

"Hmm... Peter." Gumam sang guru yang kini telah berada dibalik mejanya.

Peter menatap sang guru hanya untuk menghindari perasaan terintimidasi yang berakar dari para murid. Untuk kasus ini, lebih baik ditatapi satu guru dari pada dua puluh empat murid, atau yang lebih baik lagi, menunduk menghindari semua tatapan.

Peter tidak tahan untuk terus menatap Madam Jolie sementara Madam Jolie sendiri menatapi Peter dengan tatapan yang lebih mengintimidasi lagi. Peter menunduk pasrah.

"Coba ceritakan kembali alasanmu terlambat," kata Madam Jolie.

Peter berusaha untuk tidak menarik napas terlalu dalam. "Aku-"

"Menghadap ke teman-temanmu!" potong si guru.

Peter akan mendengus bila saja ia berani melakukannya dihadapan seisi ruangan. Tidak ada yang bisa Peter anggap teman di dalam ruangan itu, jika yang dimaksud Madam Jolie adalah benar-benar 'teman'. Tapi Peter menghadap ke para murid, karena ia menganggap kata 'teman-teman' yang dimaksud Madam Jolie adalah dua puluhan siswa yang selalu siap sedia untuk mencampakkannya.

Peter berkata dengan sangat cepat, berharap tidak ada yang bisa menangkap kata-katanya. "Aku tertidur di halaman belakang sekolah terlalu pulas sampai-sampai bel masuk tidak terdengar olehku."

Yang Peter lihat selanjutnya adalah mulut para murid yang menganga, membentuk kata 'hah?' tanpa suara. Ekspresi penasaran dan bingung yang Peter anggap terlihat sangat bodoh tampak di wajah mereka.

Hidden Talent: Peter's ChroniclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang