3 - Sang Putri Hawa

71 1 0
                                    

Bukan setiap hari Elaine merasakan keterikatan terhadap seseorang. Yang satu ini berbeda, pikirnya. Tidak seperti keterikatan yang ia rasakan ketika matanya bersitatap dengan orang yang ia sukai sekaligus kagumi. Seperti contohnya Jamie, pacarnya.

    Elaine tidak pernah peduli dengan seseorang seperti Peter William, tipe orang yang lebih suka menyendiri dibanding bermain bersama anak-anak lainnya, itupun kalau anak lelaki itu memiliki teman. Namun seperti yang dirasakannya, Peter berbeda.

    "El," teman Elaine, Maia, menyikut gadis itu, membuyarkan lamunannya tentang Peter William. "Kau melamunkan apa sih?"

Elaine hanya menggeleng pelan. Maia mencibir. "Kebiasaan," gumamnya.

"Jadi," kata Maia, "kau mau ke kantin tidak?"

Elaine hanya membalas dengan gumaman pelan tak bersemangat seakan-akan daritadi setengah jiwanya telah dihisap habis. Maia mengerti bila sahabatnya sudah bertingkah seperti itu, ia pasti memiliki pikiran yang mengganggu dalam kepalanya. Dan Maia paham betul, hal pertama yang harus dilakukannya adalah berpura-pura tidak tahu.

Saat perjalanan menuju kantin pun juga begitu. Maia mendapati Elaine, lagi lagi, melamun ke arah Peter William, yang kini sedang pulas tertidur dibawah pohon trembesi. Maia tidak bisa menahan diri untuk tidak penasaran. "Jadi, ada apa dengan Peter William? Ataukah kalian memiliki semacam... hubungan?"

Elaine, melotot ke arah sahabatnya itu. Apakah ia sudah secara terang-terangan menunjukkan rasa penasarannya akan anak lelaki itu? Pasti begitu.

"Jadi benar kataku? Ada sesuatu diantara kalian?" Maia tersenyum jahil. "Kukira kau tidak akan beralih dari Jamie."

"Memang tidak." Dan itu merupakan hal yang didengar Maia dari Elaine sebelum gadis itu memutuskan untuk menghampiri Peter William di bawah pohon trembesi.

Elaine tidak mengerti mengapa kakinya tiba-tiba beranjak mendekati Peter William. Namun perasaannya berkata ia merasa telah melakukan hal yang benar. Elaine sendiri tidak tahu persisnya apa yang akan ia lakukan di bawah pohon trembesi bersama Peter William yang sedang pulas, pasti keberadaan mereka akan disalahartikan oleh orang-orang yang lewat dan tidak sengaja melihat mereka. Namun sekali  lagi, hatinya berkata ini adalah hal yang benar.

Elaine mendudukkan diri disamping Peter William. Anak lelaki itu terlihat sangat pulas dalam tidurnya, seolah-olah ia tidak tidur selama empat puluh delapan jam terakhir. Peter William tidur dengan tangannya menyilang di balik kepalanya sebagai sanggaan. Elaine tadinya berniat untuk membangunkan anak lelaki tersebut dengan satu dua guncangan. Tetapi ia sendiri pasti akan bingung bila menghadapi tatapan bingung Peter William terhadap dirinya ketika si anak lelaki dibangunkan dari tidurnya. Si gadis menatap wajah yang tertidur pulas dengan damai dihadapannya. Rambut cokelat anak lelaki tersebut kelihatan sudah lama semenjak terakhir kali dipotong. Garis rahangnya tajam dan bibirnya terlihat hanya seperti sebuah garis tipis. Bulu matanya yang lentik seperti menyapu kulit dibawahnya. Secara keseluruhan, anak lelaki itu cukup menawan. Hanya saja sedikit tertutupi oleh kacamata tebal berbingkai persegi yang tersemat pada wajahnya.

Elaine menggeleng, membebaskan diri dari perangkap pesona yang ditimbulkan oleh anak lelaki itu. Ia kembali memperhatikan wajah damai di depannya, kali ini dengan tatapan dilema. Haruskah ia membangunkan anak lelaki itu? Bila iya, dengan tujuan apa? Tidak mungkin ia berkata karena ia merasa dirinya dan Peter William memiliki keterikatan yang bahkan dirinya sendiri tidak mengerti apa artinya.

Elaine hendak beranjak dari tempat itu ketika satu pikiran jahil terbesit dalam kepalanya. Ia benar-benar jarang sekali menggunakan bakat supranaturalnya, karena memang bakat itu harus tetap tersembunyi rapat-rapat dalam dirinya atau sebuah organisasi ganas yang menjuluki diri mereka The Exterminator akan memburu dan menyiksanya selama sisa hidupnya. Namun, tidak apa-apa menggunakan bakatmu kepada orang yang tidak sedang berada dalam alam sadarnya, toh orang itu tidak akan tahu juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hidden Talent: Peter's ChroniclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang