Fly up High School.Ghea, tidak usah menungguku. Aku diam diam pergi ke pesta topeng malam ini, jangan lapor ke penjaga asrama yah. -Louine-
March 16th (06.00 AM)
Ghea mengernyitkan alis. Ia masih mengeringkan rambutnya yang lembab karena keramas dengan handuk. Gadis itu menatap flash note yang tertempel di pimtu kulklas bingung. Jangankan menunggu, ia saja baru menyadari jika Louine meninggalkan pesan untuknya di pintu kulkas.
Tidak sepeduli itukah dirinya dengan roommate nya sendiri? Ghea, gadis itu sontak menggelengkan kepala nya cepat. Bukan, Louine saja yang menaruh kertas itu di tempat yang kurang strategis. Ia kembali menggeleng, lagi pula ini bukanlah masalah yang besar yakan?
Mungkin gadis itu bermaksud agar Ghea tidak mencarinya. Tapi, kenyataaan yang terjadi... Ghea bahkan lupa jika punya teman sekamar dan langsung tidur begitu saja. Oke, mungkin kalau itu memang salahnya but—,
Ghea mengedikkan bahunya pelan dan melanjutkan kegiatan berkemas nya.
'Masalah sepele yang tidak perlu diambil pusing.'
Ia merapikan rambut bob pendeknya walaupun tetap tidak rapi karena, rambut hitam kecoklatan itu memang pada dasarnya bervolume.
Ia mengunci pintu kamar asrama nya dan perlahan berjalan keluar menyusuri koridor asrama yang masih sedikit sepi karena jam masuk sekolah masih1 jam 45 menit lagi.
"Hei nak!" Seorang ibu penjaga asrama berkacamata kini memanggil Ghea dengan wajah yang penuh tanda tanya dan penasarannya membuat Ghea mengernyit alis bingung dan menghentikkan langkahnya.
"Kau temannya Anazelia Kylern kan?" dan di balas anggukan ragu oleh Ghea.
"Saya dengar dia sakit, tapi ini sudah lebih dari seminggu" Ibu berkacamata itu memberikan amplop coklat kecil dengan menarik paksa tangan gadis itu dan menaruhnya bahkan sebelum benar benar Ghea mencerna apa yang terjadi.
"I-ini s-surat—," kalimat gadis itu langsung terpotong oleh sang ibu berkacamata dengan sindiran.
"Itu surat peringatan dari ketua penjaga asrama. Saya tidak mau tau, bilang ke temanmu itu jangan bermain main dengan tanggung jawab kami. Jika ada apa apa dengan kalian siapa lagi yang akan disalahkan kalau bukan kami. Paham?"
Ghea mengangguk samar sambil menunduk. Lalu penjaga asrama itu pergi begitu saja meninggalkan Ghea yang terdiam kaku. Ia mulai berpikir keras sambil menatap amplop coklat di genggamannya itu rumit, sial.
○🕰○
08.30
Ghea kini menatap kosong ke arah jendela sambil bertumpu dagu. Benar juga, Anaz sudah tidak sekolah selama seminggu ini. Apakah karena Ghea terlalu menganggap semua ini sepele? Ia menggerutu kecil sambil menepuk meja pelan.
'Ghea bodoh...' Ia bahkan belum benar benar mencari tau perihal Anaz sakit apa dan dimana ia dirawat. Selama ini gadis itu hanya membantu Anaz dengan surat tambahan buatannya sendiri, ia pikir Anaz akan secepatnya sekolah lagi. Tapi nyatanya, Ghea keliru.
Jika sudah begini, ia juga akan ikut terkena masalah karena memalsukan surat izin.
Hari itu, Anaz memang sakit dan mengirim surat ke sekolah. Tapi surat itu hanya untuk 2 hari, dan sisanya Ghea-lah yang mengarang. Ia kira Anaz memang tidak sempat mengirim surat tambahan ditambah gadis itu yang hanya memiliki neneknya sebagai keluarga satu satunya. Pasti akan sangat berat dan merepotkan jika harus neneknya yang bolak balik mengirim surat.
Absensi di sekolah ini sangat besar sebagai bahan pertimbangan bagi nilai, naik kelas atau di keluarkan dari sekolah ini. Walaupun Fly up High School merupakan sekolah asrama, perihal kedisplinan cukup menjadi rintangan. Sekolah ini tidak benar benar 24 jam mengawasi siswanya saat di dorm asrama. Sehingga tidak banyak siswa dan siswinya yang terlena dan absen, entah apa tujuannya dari situ setiap tahun pasti ada 10 atau lebih siswa siswi yang dikeluarkan hanya karena masalah absensi.
Aturan disekolah ini sangat lengkap dan cukup banyak. Namun, ditaati atau tidak merupakan pilihan bagi siswa itu sendiri. Sekolah hanya tinggal memberikan sanksi dan meng-eliminasi para siswa yang tidak mengikuti aturan. Begitulah cara kerjanya..
Jadilah seperti sekarang, Ghea merutuki dirinya sendiri dan bergerak gelisah.
'Kemana sebenarnya kau pergi?'
Ghea menenggelamkan kepalanya di atas meja. Ada begitu banyak pertanyaan pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan langsung kepada Anaz. Tapi gadis itu lenyap begitu saja entah dimana membuat Ghea bingung harus bagaimana.
BRAK
Suara pintu kelas yang terbuka kasar membuat Ghea tersentak dari bangkunya. Di tambah dengan kelas yang kosong karena para siswa sedang istirahat ke kantin membuat suara dobrakan pintu menjadi lebih bergema. Ia mengangkat kepalanya perlahan dan melirik kearah pintu.
Seorang remaja lelaki berperawakan cukup tinggi kini melangkahkan kakinya besar besar saat masuki kelas. Wajahnya cukup menahan kesal, ia memegang buku di tangannya— ralat, lebih tepatnya meramas buku tebal itu hingga urat dan buku jemarinya terlihat jelas.
Ghea terkesiap.
Saka, sang sekertaris kelas yang terkenal cukup pendiam di kelasnya ini kini terang terangan sedang marah karena sesuatu.
Melihatnya membuat Ghea merinding tanpa sebab, Hingga tatapan tajam dan dingin itu kini berhenti kearahnya.
Keduanya kini terpaku satu sama lain.
Lebih tepatnya Ghea yang terdiam karena merinding dan Saka yang terdiam karena bingung.
Saka, lelaki itu tetap menatap lekat kearah gadis itu dan perlahan berjalan mendekat.
Ghea meneguk salivanya pelan dan menciut. Hingga beberapa langkah agar benar benar sampai kebangku Ghea, lelaki itu tiba tiba melaluinya begitu saja dan duduk di bangku nya paling depan. Ia langsung membuka buku tebalnya dan mulai menulis.
Ghea yang masih membatu kini tersadar dan menggerjabkan matanya. Ia kembali melirik kecil punggung kokoh lelaki itu.
Dan Ghea baru menyadari jika ternyata Saka akan se seram itu jika sedang marah. Sial...sial... artinya gadis itu sedang berada dalam masalah besar.
Ia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dari sekarang, karena bumerang yang ia ciptakan kini sedang menuju ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Andless Dream
FantasySudah 2 minggu sahabatnya tidak sekolah yang padahal surat sakitnya hanya untuk 2 hari. Ghea bergegas mencari tau dimana keberadaan sahabatnya itu dan apa yang sebenarnya terjadi. Ditambah ke khawatiran takut dikeluarkan dari sekolah karena telah me...