March 16th, 9.30 A.M
'Bisa bisanya aku tidak pernah mempertimbangkan jika aku akan berurusan dengan Saka nanti... sial'
Ghea terus merutuki dirinya sendiri. Dan terus berjalan tanpa arah di koridor sekolah yang sepi. Ghea mengakui dirinya memang terlalu nekat untuk memalsukan surat izin, tapi... ia pikir ini akan segera berakhir dan tidak pernah menyangka jika Anaz tidak kunjung kembali ke sekolah.
Gadis itu terus bergerak tak tenang. Ayolah ini bukan tentang gadis itu takut dengan Saka dan kemarahannya. Ia lebih takut karena Saka tidak bisa diajak kerja sama nantinya. Lelaki itu cukup sulit di ajak negoisasi jika hal itu salah dan tidak ada keuntungan sama sekali untuknya. Ralat, bahkan lelaki itu terlalu idealis.
Bagaimana cara membuat alasan yang tepat jika suatu hari ia akan tertangkap basah oleh Saka.
Ghea berhenti dan melayangkan netra nya ke lapangan sekolah yang kini dipenuhi oleh murid murid pria yang bermain basket.
'Aku tidak mau berakhir di keluarkan dari sekolah ini.'
Akan bagaimana masa depannya nanti jika benar benar akan di keluarkan. Ia tidak memiliki siapapun selain dirinya sendiri.
Mendapatkan beasiswa dari sekolah ini saja sudah membuatnya bahagia setengah mati. Karena akhirnya, ia berhasil bebas dari panti asuhan yang menurutnya seperti neraka itu.
Gadis itu mengepalkan kedua tangannya erat.
Mengingat masa kecilnya membuat darah gadis itu seketika mendidih.
Ghea side*
Aku menghela nafas kasar, berbalik dan pergi menuju ke arah loker ku.
'Kemana semua orang? Bukankah break time sudah selesai?'
Tepat sebelum menaiki anak tangga seorang lelaki tanpa sengaja menabrak bahu ku kuat dan membuatku kehilangan keseimbangan.
AKKH!
Aku perlahan membuka mata dan meringis. Punggung ku menabrak keras pegangan tangga dan berakhir terjatuh di lantai.
Ini sakit sekali.
"Astaga! Ghea! Kau tidak apa?!" Seorang lelaki yang menabrakku tadi dengan tidak tau malunya kini berjongkok dan menatapku khawatir.
"A-astaga... maaf t-tadi aku buru buru dan-"
"Nio!!" Aku lelah dengan lelaki ini. Bukannya membantu ku ia justru hanya berbicara tanpa melakukan apapun.
"Jika tulang punggungku ada yang patah, kau harus tanggung jawab!"
Oke, mungkin ini memang terlalu berlebihan tapi sepertinya memang tulangku ada yang patah.
"Ayolah Ghea jangan menakutiku seperti itu... k-kau masih bisa berdiri kan?"
"Kau masih bertanya hah?!"
Lelaki itu sontak terdiam dan langsung membantu membawaku ke UKS.
°🕰°
"Ayolah Ghea... maaf, aku sangat buru buru tadi.."
Nio, lelaki itu terus menerus memohon dan memelas kepada Ghea, agar gadis itu menerima permintaan maafnya. Namun nihil, bahkan gadis tersebut tetap berjalan lurus kedepan dengan santai dan menghiraukan lelaki itu.
Hingga Nio kini mengambil langkah lebih awal dan berhenti tepat di depan gadis tersebut.
"Aku harus bagaimana agar kau memaafkanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Andless Dream
FantasíaSudah 2 minggu sahabatnya tidak sekolah yang padahal surat sakitnya hanya untuk 2 hari. Ghea bergegas mencari tau dimana keberadaan sahabatnya itu dan apa yang sebenarnya terjadi. Ditambah ke khawatiran takut dikeluarkan dari sekolah karena telah me...